Tidak ada Hujjah tegas mengenai kepastian 'Bentuk Mukjizat' atau 'Burhan' tersebut’.
Dia melihat lagi tulisan ‘Jangan kau dekati perzinaan! Sungguh itu keji dan sejelek-jelek jalan!’ di telapak tangan itu. [Qs Al-Isra 32]. Namun dia belum mau menghentikan hasratnya.
Dia melihat tulisan ‘Takutlah hari yang saat itu kalian dikembalikan pada Allah!’ di telapak tangan itu. [Qs Al-Baqarah 281], namun dia AS tidak bergeming.
Sontak Jibril AS turun untuk berkata ‘masyak kau (Yusuf) akan melakukan perbuatan kaum bodoh? Padahal di dalam kitab besar, kau terdaftar pada deretan para nabi AS?’.”
Yusuf AS berkata ‘kau telah malu pada patung yang tidak mendengar dan tidak melihat? Kenapa saya justru tidak malu pada yang Maha Mendengar Maha Melihat, yang tahu isi hati?’.
Tobat dan istighfar mereka telah dijelaskan (pada kita). [3]
(Karena perjuangan menghindarnya sempurna) maka dia berhak mendapatkan ‘Sanjungan Allah’ yang tertulis di dalam kitab-kitab suci kuno. Bahkan di dalam Al-Qur’an yang merupakan hujjah yang mengalahkan semua KitabNya. Yang berguna sebagai 'alat pencari atau pembukti' kebenaran, bagi Kitab-KitabNya.
Mungkin keikhlasan Yusuf AS yang membuat ridho, hingga Allah memberi Mukjizat berbentuk 'Bayi berbicara' untuk membela, dengan ‘persaksian baik’. Seperti kaum yang selalu ikhlas (dalam beramal) juga diperlakukan demikian, oleh Allah.
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
Mengenai Ayub AS, Allah berfirman: وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِهِ وَلَا تَحْنَثْ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ [ص/44].
Mengenai Dzunnun (Yunus AS), Allah berfirman: وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ [الأنبياء/87].