SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK PESANTREN MULYA ABADI, JL. MAGELANG KM 8.5 SLEMAN YOGYAKARTA, SEMOGA BLOG INI BISA MENJADI SILATURAHMI KITA UNTUK SALING BERBAGI

Doa Meluluhkan Hati Seseorang

Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya HambaMu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah

Doa Agar di Beri kerjaan Bisnis

Ya Allah, Raja segala Kerajaan, Tuhan memberikan Kerajaan pada yang Tuhan kehendaki, melepas Kerajaan dari yang Tuhan kehendaki, menjayakan orang yang Tuhan kehendaki, dan merendahkan orang yang Tuhan kehendaki

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan

Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’

Hibah Menurut Bukhori

Hibah Menurut Bukhari Ibrahim Annakhai tergolong Tabiin yang sangar alim. Beliau murid Ibrhaim Attaimi, murid Amer bin Maimun, murid Abu Abdillah Al-Jadali, murid Khuzaimah sahabat Nabi SAW.

Masuk Surga Paling Awal

Rasulullah SAW bersabda, “Jibril AS telah datang untuk memegang tanganku untuk menunjukkan saya Pintu Gerbang Surga, yang akan dimasuki oleh umatku.”

2014/09/20

Mughirah Diundang Raja Besar



Kisah Bersambung
(1)



Saya yakin para Asatidz (Ustadz-Ustadz) masihingat kisah, “Mughirah Sahabat Rasulillah SAW” Yang pada waktu ‘Perjanjian Hudaibiah’ memukulkan tangkai pedang, atas tangan Urwah yang membelai jenggot Rasulillah SAW. Mughirah termasuk orang yang sangat pemberani. Dan dalam kisah ini juga terkandung beberapa pelajaran:
1.     Pemberani takkan memendekkan umur.
2.     Yang tidak taat Allah dan RasulNya, jangan menjadi Pemimpin Islam.
3.     Berita yang sudah sohor, ‘belum tentu benar’.
Kisah nyata ini terjadi sekitar tahun 20 Hijriah.

Menurut Al-Waqidi sejarawan Islam, dalam Futuhussyam :

Di pagi indah itu, Pasukan Muslimiin melakukan shalat subuh berjamaah. Lalu duduk untuk berbincang-bincang, sambil menunggu pasukan Romawi Timur yang akan datang.
Panglima mereka bernama Iyadh bin Ghanim, berada di pertengahan mereka. Beberapa orang menghentikan pembicaraan, karena tiba-tiba mendengar derap kaki kuda yang datang membawa Abdullah bin Ashim. Abdullah akan melaporkan pada Iyadh mengenai ‘Permohonan Tamu Ustadz Nashrani’ yang di kalangan Romawi disebut Al-Qiss.
Iyadh mempersilahkan masuk pada Al-Qiss yang datang menghadap.
Ketika telah masuk, Al-Qiss agak terkejut, karena ternyata barak itu lebih sederhana daripada yang diduga. Bahkan alasnya juga hanya dari kulit berisi tapas kurma. Permadani-permadani mewah rampasan perang, justru hanya digulung. Di situ, Iyadh dikelilingi oleh sejumlah Tokoh dan sejumlah Komandan bawahannya, yang semuanya duduk memangku pedang.
Busana Iyadh sederhana, seperti yang lain. Walau begitu, mereka kelihatan menakutkan dan agung. Sejak memasuki barak, Al-Qiss sudah terheran-heran. Wajahnya menoleh kekiri dan kekanan, untuk mencari Iyadh yang belum pernah dikenal. Lalu bertanya, “Mana yang menjadi pimpinan? Saya akan berbicara padanya. Apa betul kalian semua pemimpin dan komandan? Semua kalian kelihatan sangar dan agung.”
Setalah ditunjuk oleh mereka, Iyadh didekati oleh Al-Qiss, dan ditanya, “Hai Pemuda. Kau pimpinan semua ini?.”
Iyadh menjawab, “Kata mereka demikian. Tapi ini hanya selama saya taat Allah azza wajalla.”
Semuanya mendengarkan Al-Qiss berkata, “Raja Al-Bathlius (البطليوس / Badajos) perintah, agar saya menemui kalian. Raja ingin bertanya pada seorang kalian yang pandai dan berwawasan luas. Yang akan ditanyakan menganai ‘kalian’. Dengan tujuan agar pertumpahan darah ini ‘berhenti’.”
Iyadh menoleh pada para pendampingnya, dan bertanya, “Bagaimana tanggapan kalian? Mengenai yang dibicarakan oleh Al-Qiss ini? Dan siapa yang akan menghadap untuk mewakili berbicara pada raja? Agar selanjutnya kembali lagi kemari?.”
Mughirah bin Syubah berdiri untuk berkata, “Saya yang akan mendatangi undangan ini. Sepuluh orang yang akan mendampingi saya, agar yang pandai berbicara, dan pandai berperang.”
Iyadh menjawab, “Pilihlah di antara mereka ini! Terserah kau! Semoga Allah memberi Taufiq dan menuntun kau pada kebenaran. Dan semoga bisa pulang dengan selamat, bahkan mendapatkan rampasan perang. Doa ini untuk kau dan semua rombongan.”
Mughirah mundur, untuk berteriak:
1.     “Mana Said bin Abdil Qadir?!
2.     Abu Ayub Al-Anshari?!
3.     Khalid bin Zaid Al-Anshari?!
4.     Zaid bin Tsambit Al-Anshari?!
5.         Ibnu Masud Al-Badri?! 
6.     Jarir bin Muthim?!
7.     Abu Zaid Al-Uqaili?!
8.     Muawiyah bin Al-Akam Atssaqafi?!
9.     Amar bin Hushain?!
10. Dan Zaid bin Arqam?!.”

Semua yang dipanggil menjawab, “Labbaik” bersaut-sautan. Artinya ‘ya’.
Sebagai komandan, Mughirah perintah, “Bersiaplah menemani saya! Semoga mendapat Barakah dan Pertolongan Allah!.”
Mereka segera memasuki tenda mereka, untuk mengenakan baju perang, membawa perisai, pedang, dan tombak.
Mughirah memasuki tendanya untuk memakai baju perang, dan mengenakan ikat pinggang yang diperkokoh dengan kulit. Saku ikat pinggang sebelah kanan diselipi belati; sebelah kiri juga diselipi belati. Pedang yang dibawa berbahan Jauhar, yakni jenis besi sangat kuat. Warna tombaknya seperti buah samurah (kelampis). Kudanya berwarna hitam.
Mughirah dan semua pendampingya, membawa pelayan berkendaraan kuda baghal. Mughirah telah memberi pengarahan pada mereka.

Iyadh menoleh dan berkata pada Mughirah, “Hai Ayah Syaibah! Yang akan kau sampaikan pada manusia laknat nanti, barangkali akan membuat dia kalah hujjah (diplomasi). Ajaklah agar dia Islam dan mengamalkan shalat, zakat, puasa, hajji, berjihad! Dan agar makan makanan yang halal! Meninggalkan yang haram! Jika menolak! Suruhlah membayar pajak tiap tahun! Jika menolak! Perangilah dengan pedang tajam! Saya yakin kau akan diberi Pertolongan oleh Maha Raja Pengatur segala urusan. Karena KeridhoanNya pada Muhammad sebaik-baik makhluq.”
Mughirah menjawab, “Saya juga berharap mendapatkan Pertolongan dari Allah yang Maha memberi Anugerah, agar nanti bisa berbicara dengan tepat.”

Mereka telah berjalan mengikuti Al-Qiss yang mengendarai kuda baghal. Para Pelayan mereka berjalan di belakang, juga mengendarai kuda baghal. Semua Pelayan berbaju perang dan membawa tombak. Bibir mereka melafalkan tahli, takbir, dan membaca shalawat untuk nabi SAW. [1]


[1] فتوح الشام (2/ 256)
قال الراوي: حدثنا قيس بن شماس عن كعب بن همام عن شداد بن أوس وكان من أصحاب الرايات قال بينما نحن جلوس نتحدث مع الأمير عياض بن غانم إذ أقبل عبد الله بن عاصم وأخبر عن ذلك القس قال فأذن له الأمير عياض بالدخول فدخل القس فوجد الأمير عياضا جالسا في خيمته على فراش من أدم وحشوه من ليف وفرش المشركين التي اكتسبوها مطوية على جانب وحوله السادات والأمراء رضي الله عنه كلهم جلوس حوله وهو كأنه أحدهم وسيوفهم على أفخاذهم وعليهم هيبة ووقار فلما دخل القس اندهش وحار وأخذه الانبهار ثم التفت يمينا وشمالا وقال: يا قوم أيكم الأمير حتى أكلمه فإنكم كلكم أراكم سادات وأمراء وعليكم هيبة ووقار فأشاروا إلى الأمير عياض فالتفت إليه وقال: يا فتى أنت أمير قومك قال كذلك يزعمون ما دمت على طاعة الله عز وجل فقال له القس: أن الملك البطليوس قد أرسلني اليكم يريد ذا الرأي والخبرة ليسأله عن أمركم فلعل أن يكون ذلك سبب حقن الدماء بينكم وبينه قال فعندها التفت الأمير عياض إلى أصحابه وقال: ما تقولون فيما أتاكم به هذا القس ومن ينطلق إليه ويخاطبه ويعود الينا قال فوثب المغيرة بن شعبة وقال أنا أمضي إليه وأريد معي عشرة رجال من الأمراء ذوي المروءة والباس فقال له الأمير: اختر من شئت وفقك الله وسددك وردك الينا سالما غانما أنت ومن معك قال فالتفت وراءه وقال: أين سعيد بن عبد القادر اين أبو أيوب الانصاري أين خالد بن زيد الانصاري أين زيد اين ثابت الانصاري أين مسعود البدري أين جرير بن مطعم أين أبو يزيد العقيلي أين معاوية بن العكم الثقفي أين عمار بن حصين أين زيد بن أرقم فأجابوه بالتلبية فقال لهم: خذوا أهبتكم وانطلقوا معي على بركة الله وعونه قال فتبادر هؤلاء الأمراء السادات إلى خيامهم ولبس كل واحد درعه وتنكبوا بحجفهم وتقلدوا بسيوفهم واعتقلوا برماحهم. قال الواقدي: ثم أن المغيرة رضي الله عنه دخل إلى خيمته ولبس درعه وشد وسطه بمنطقته وهي من الادم وفيها خنجران واحد عن اليمين وواحد عن الشمال وتقلد بسيف من جوهر واعتقل برمح أسمر وركب جواده الادهم وأخذ كل واحد منهم عبده راكبا على بغلة وودعهم فالتفت الأمير عياض وقال للمغيرة اعرف يا أبا شعبة ما تكلم به هذا الملعون فما عرفتك إلا مفلح الحجة فادعه إلى الإسلام وما فرض عليه من الصلاة والزكاة والصيام والحج والجهاد وما أبيح من الحلال وما حرم من الحرام فإن أبى فالجزية في كل عام فإن أبي فالقتال بحد الحسام ونرجو النصر من الملك الديان بجاه محمد خير الانام قال فقال المغيرة أرجو من الله الملك الوهاب المعونة في رد الجواب وسارت الأمراء والقس أمامهم راكب على بغلة وعبيدهم خلفهم على بغالهم وكل عبد عليه لامة حربه وساروا وهم معلنون بالتهليل والتكبير والصلاة على البشير النذير.    


2014/09/17

Doa Hebat Membuat Terperanjat




Sahel bin Ammar pernah menghadiri Majlis (Tempat pertemuan) Al-Hajjaj bin Yusuf yang saat itu, sedang memamerkan kawanan kudanya. Hadir dalam Majlis, Anasbin Malik RA.
Pada AnasAl-Hajjaj berkata, “Hai Ayah Hamzah, kedudukan kawanan kuda ini, dibanding dengan kawanan kuda, yang dulu di sisi Rasulillah, bagaimana?.”
Anas menjawab, “Yang milik nabi SAW dulu, sebagaimana yang Allah azza wajalla firmankan ‘Siapkan kemampuan kalian! Berupa kekuatan dan kawanan kuda! Untuk (menghadapi) mereka!’ Kalau ini, dirawat untuk pamer dan sum’ah (terkenal).”
Sontak Al-Hajjaj marah, dan berkata, “Kalau tidak karena surat Amirul-Mukminiin, Abdul-Malik bin Marwan, yang dikirimkan pada saya! Niscaya saya telah menindak! Niscaya saya telah menindak!.”
Anas menjawab, “Sungguh kau takkan mampu melakukan! Niscaya Rasulullah SAW telah mengajar saya ‘Doa Penjagaan’ dari Syaitan dirajam, dan dari semua penguasa kejam.”
Sontak Al-Hajjaj bersimpuh, bertumpu dua lututnya. Dan memohon, “Ajarkan pada saya, Paman.”
Anas menjawab, “Kau tak pantas mendapatkan Doa ini!.”

Sahel berkata, “Al-Hajjaj memaksa agar anak-cucu dan keluarga Anas, menjelaskan 'Doa' tersebut. Namun mereka menolak. Sebagian dari anak-cucunya berkata pada saya ‘menurut Anas kalimat doanya’:
«بِسْمِ اللَّهِ عَلَى نَفْسِي وَدِينِي، بِسْمِ اللَّهِ عَلَى مَا أَعْطَانِي رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ، بِسْمِ اللَّهِ عَلَى أَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ رَبِّي، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ رَبِّي لَا أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، أَجِرْنِي مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ، وَمِنْ كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ، إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ، فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ».”

Baca:
Bismillaahi ‘alaa nafsii wadiinii. Bismillahi ‘alaa maa a’thaanii Rabbii ‘azza wajalla. Bismillaahi ‘alaa ahlii wamaalii. Allaahu akbar. Allaahu Rabbii. Allaahu akbar. Allaahu Rabbii. Laa usyriku bihii syaiaa. Ajirnii min kulli syaithaanin rajiimin wamin kulli jabbarin ‘aniid. Inna waliyyiyallaahul ladzii nazzalal kitaaba wahuwa yatawallas shaalihiin. Fain tawallau faqul hasbiyallaahu laa Ilaaha illaa Huwa ‘alaihi tawakkaltu wahuwa Rabbul ‘Arsyil Adziiim.

Artinya:
Dengan Nama Allah untuk diri dan agamaku. Dengan Nama Allah untuk yang diberikan padaku, oleh Tuhanku azza wajalla. Dengan Nama Allah untuk keluarga dan hartaku. Allah lebih besar Allah Tuhanku. Allah lebih besar Allah Tuhanku. Allah Tuhanku, saya takkan menyekutukan 'Dia' pada sesuatu. Selamatkan saya dari 1), Segala Syaitan yang dirajam. 2), Dari semua penguasa jahat. Sungguh Kekasihku Allah yang telah menurunkan Kitab. Dia pula yang mencintai kaum Shalih. Jika mereka berpaling, katakan! ‘Yang mencukupi saya, Allah’. Tiada Tuhan kecuali Dia. Pada Dia saya berserah. Dan Dia Tuhan Arasy yang agung. [1]


Ponpes Mulya Abadi Mulungan



1059 - حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ وَهْبِ بْنِ مُهَاجِرٍ الْقُرَشِيُّ الْمِصْرِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ سَهْلٍ الْعَمَّارُ، حَدَّثَنِي أَبِي أَنَّهُ كَانَ فِي مَجْلِسِ الْحَجَّاجِ بْنِ يُوسُفَ وَهُوَ يَعْرِضُ خَيْلًا وَعِنْدَهُ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَ: يَا أَبَا حَمْزَةَ أَيْنَ هَذِهِ مِنَ الْخَيْلِ الَّتِي كَانَتْ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ: تِلْكَ وَاللَّهِ كَمَا قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ {وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ} [الأنفال: 60] وَهَذِهِ هُيِّئَتْ بِالرِّيَاءِ وَالسُّمْعَةِ، فَغَضِبَ الْحَجَّاجُ وَقَالَ: لَوْلَا كِتَابُ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ مَرْوَانَ إِلَيَّ لَفَعَلْتُ وَلَفَعَلْتُ، فَقَالَ لَهُ أَنَسٌ: إِنَّكَ لَنْ تُطِيقَ ذَلِكَ لَقَدْ عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَحْتَرِزُ بِهِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ وَمِنْ كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ، فَجَثَا الْحَجَّاجُ عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَقَالَ: عَلِّمْنِيهِنَّ يَا عَمُّ، فَقَالَ: لَسْتَ لَهَا بِأَهْلٍ قَالَ: فَدَسَّ إِلَى عِيَالِهِ وَوَلَدِهِ فَأَبَوْا عَلَيْهِ، قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ سَهْلٍ: قَالَ أَبِي: حَدَّثَنِي بَعْضُ بَنِيهِ أَنَّهُ قَالَ: «بِسْمِ اللَّهِ عَلَى نَفْسِي وَدِينِي، بِسْمِ اللَّهِ عَلَى مَا أَعْطَانِي رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ، بِسْمِ اللَّهِ عَلَى أَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ رَبِّي، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ رَبِّي لَا أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، أَجِرْنِي مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ، وَمِنْ كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ، إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ، فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ».

Tertipu Dalil



Sebetulnya Syaitan yang suka menipu. Pada kaum yang membaca dalil pun, Syaitan juga menipu, yakni menyesatkan.
Humran bin Aban pernah datang pada Utsman bin Affan, mengantar air wudhu. Saat itu beliau RA sedang duduk di Madinah, di tempat yang disebut Maqaid (tempat-tempat duduk). Beliau wudhu dengan wudhu yang elok, yakni tertib. Lalu berkata, “Saya pernah menyaksikan nabi SAW berwudhu di Majlis (Tempat Pertemuan) ini. Wudhu beliau SAW  juga elok. Lalu bersabda ‘barangsiapa berwudhu seperti wudhu ini, lalu datang ke Masjid, untuk shalat dua rakaat, lalu duduk, maka dosanya yang telah berlalu diampuni’.”
Utsman menambah, “Beliau bersabda ‘jangan tertipu!’.” [1]

Maksudnya jangan hanya melihat dalil, “Maka dosanya yang telah berlalu diampuni!” karena berakibat sembrono hingga melakukan dosa.


[1] صحيح البخاري (8/ 92)
6433 - حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ حَفْصٍ، حَدَّثَنَا شَيْبَانُ، عَنْ يَحْيَى، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ القُرَشِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي مُعَاذُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ حُمْرَانَ بْنَ أَبَانَ، أَخْبَرَهُ قَالَ: أَتَيْتُ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ، بِطَهُورٍ وَهُوَ جَالِسٌ عَلَى المَقَاعِدِ، فَتَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الوُضُوءَ، ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ وَهُوَ فِي هَذَا المَجْلِسِ، فَأَحْسَنَ الوُضُوءَ ثُمَّ قَالَ: «مَنْ تَوَضَّأَ مِثْلَ هَذَا الوُضُوءِ، ثُمَّ أَتَى المَسْجِدَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ جَلَسَ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» قَالَ: وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ تَغْتَرُّوا»
__________

[تعليق مصطفى البغا]
6069 (5/2363) -[ش (بطهور) الماء الذي يتطهر به. (المقاعد) موضع بالمدينة. (لا تغتروا) أي بهذه المغفرة وتعتمدوا عليها فتجسروا على الذنوب]
[ر 158]

2014/09/15

Janda Ditinggal Wafat



Surat Al-Baqarah 234 - 235
{وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا فَعَلْنَ فِي أَنْفُسِهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (234) وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا عَرَّضْتُمْ بِهِ مِنْ خِطْبَةِ النِّسَاءِ أَوْ أَكْنَنْتُمْ فِي أَنْفُسِكُمْ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ سَتَذْكُرُونَهُنَّ وَلَكِنْ لَا تُوَاعِدُوهُنَّ سِرًّا إِلَّا أَنْ تَقُولُوا قَوْلًا مَعْرُوفًا وَلَا تَعْزِمُوا عُقْدَةَ النِّكَاحِ حَتَّى يَبْلُغَ الْكِتَابُ أَجَلَهُ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ (235)} [البقرة: 234، 235].

Artinya:
Orang-orang dari kalian yang diwafatkan, meninggalkan istri-istri. Maka (mereka istri) menunggu dengan diri mereka, 4 bulan 10 hari. Ketika telah sampai ajal (iddah), maka mengenai yang mereka (istri) amalkan bil-makruf, tiada dosa atas kalian. Dan Allah Maha Meliput pada yang kalian amalkan. (234)

Ibnu Katsir berkata, “Ini perintah dari Allah untuk para wanita, yang ditinggal wafat oleh suami. Agar menjalani iddah ‘empat bulan sepuluh hari’. Hukum ini meliputi para istri yang telah maupun belum dijimak. Sandaran dalil bahwa hukum ini meliputi ‘janda yang belum dijimak’ umumnya ayat mulia ini, ditambah Hadits nanti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan para penulis Kitab Sunan. Tirmidzi menilai Hadits ini shohih:
Sungguh Ibnu Masud pernah ditanya mengenai pria yang menikahi wanita, lalu wafat. Padahal belum menjimak, dan belum menentukan maskawin. Mereka berkali-kali datang padanya untuk menanyakan hukum tersebut. Beliau berkata, “Saya akan menjawab persoalan ini dengan rokyu (pendapat) saya. Jika benar, berarti dari Allah. Jika salah, berarti dari saya dan dari Syaitan. Allah dan RasulNya lepas dari urusan tersebut. Saya berpandangan ‘wanita’ itu berhak mendapatkan maskawin sempurna. (Dalam lafal lain ‘wanita itu berhak mendapatkan maskawin seperti wanita lainnya. Tidak kurang dan tidak lebih. Berkewajiban melakukan iddah, juga berhak mendapatkan waris)’.”
Maqil bin Sinan Al-Asyjai berdiri, untuk berkata, “Saya pernah mendengar Rasulallah SAW menghukumi demikian pada Barwa binti Wasyiq.”
Sontak Abdullah berbahagia maksimal, karena persaksian tersebut. (Dalam riwayat lain, ‘Sontak beberapa pria dari Asyja berdiri’, untuk berkata, “Kami bersaksi bahwa Rasulullah SAW pernah menghukumi demikian pada Barwa binti Wasyiq.”
Yang hukumnya tidak  termuat di sini, hanya janda ditinggal wafat, dalam keadaan hamil. Sunggguh iddahnya melahirkan hamilan. Walaupun melahirkannya hanya sekerlingan, setelah wafat suami. Berdasarkan umumnya Ayat, “Dan ibu-ibu hamil, ajal (iddah)nya melahirkan hamilan mereka.” QS Atthalaq ayat 4. [1]

Tiada dosa atas kalian, mengenai yang kalian sindirkan, berupa ‘melamar wanita’ atau ‘menyembunyikan’ di dalam diri kalian. Allah tahu bahwa sungguh kalian akan ingat mereka (janda). Namun jangan berjanji pada mereka dengan rahasia. Kecuali jika kalian (hanya) mengucapkan perkataan baik. Jangan sengaja pada ‘Akad Nikah!’ hingga catatan (iddah) telah sampai ajal (tempo)nya. Ketahuilah bahwa sungguh Allah tahu yang di dalam diri kalian! Maka waspadalah padaNya! Dan ketahuilah bahwa sungguh Allah Maha Pengampun Maha Aris (Santun). (235)


[1] تفسير ابن كثير (1/ 635)
هَذَا أَمْرٌ مِنَ اللَّهِ لِلنِّسَاءِ اللَّاتِي يُتَوّفى عَنْهُنَّ أَزْوَاجُهُنَّ: أَنْ يَعْتَدِدْنَ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرَ لَيَالٍ وَهَذَا الْحُكْمُ يَشْمَلُ الزَّوْجَاتِ الْمَدْخُولَ بِهِنَّ وَغَيْرَ الْمَدْخُولِ بِهِنَّ بالإجماع، ومستنده في غير الْمَدْخُولِ بِهَا عُمُوم الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ، وَهَذَا الْحَدِيثُ الَّذِي رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَأَهْلُ السُّنَنِ وَصَحَّحَهُ التِّرْمِذِيُّ: أَنَّ ابْنَ مَسْعُودٍ سُئِل عَنْ رَجُلٍ تَزَوَّجَ امْرَأَةً فَمَاتَ وَلَمْ يَدْخُلْ بِهَا، وَلَمْ يَفْرِضْ لَهَا؟ فَتَرَدَّدُوا إِلَيْهِ مِرَارًا فِي ذَلِكَ فَقَالَ: أَقُولُ فِيهَا بِرَأْيِي، فَإِنْ يَكُنْ صَوَابًا فَمِنَ اللَّهِ، وَإِنْ يكُن خَطَأً فَمِنِّي وَمِنَ الشَّيْطَانِ، وَاللَّهُ وَرَسُولُهُ بَرِيئَانِ مِنْهُ: [أَرَى] لَهَا الصَّدَاقَ كَامِلًا. وَفِي لَفْظٍ: لَهَا صَدَاقُ مِثْلِهَا، لَا وَكْسَ، وَلَا شَطَط، وَعَلَيْهَا الْعِدَّةُ، وَلَهَا الْمِيرَاثُ. فَقَامَ مَعْقِلُ بْنُ سِنَانٍ الْأَشْجَعِيُّ فَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قَضى بِهِ فِي بَرْوَع بِنْتِ وَاشِقٍ. فَفَرِحَ عَبْدُ اللَّهِ بِذَلِكَ فَرَحًا شَدِيدًا. وَفِي رِوَايَةٍ: فَقَامَ رِجَالٌ مِنْ أَشْجَعَ، فَقَالُوا: نَشْهَدُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَضَى بِهِ فِي بَرْوَع بِنْتِ وَاشِق وَلَا يَخْرُجُ مِنْ ذَلِكَ إِلَّا الْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا، وَهِيَ حَامِلٌ، فَإِنَّ عِدَّتَهَا بِوَضْعِ الْحَمْلِ، وَلَوْ لَمْ تَمْكُثْ بَعْدَهُ سِوَى لَحْظَةٍ؛ لِعُمُومِ قَوْلِهِ: {وَأُولاتُ الأحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ} [الطَّلَاق: 4].

2014/09/14

Sungguh Kalau Mereka Beriman



{وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} [الأعراف: 96].
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Apapun komentar anda mengenai 'terjemah' ayat ini, tetap saja penerjemahnya ‘hebat’, karena telah ‘berijtihad’. Memang sulit menerjemahkan ayat ini. Hanya kalau tahu bahwa kaum Arab memastikan berkata ‘lau’ lalu ‘anna’, ketika bermaksud mengatakan ‘sungguh kalau’. Tidak seperti bangsa Indonesia. In syaa Allah, pasti mengurangi ‘kebingungan’ atau ‘kesulitan’  menerjemahkan. Apalagi jika tahu bahwa ‘al’ dalam ‘al-quraa’ adalah ahdiyyah (untuk menunjuk ‘itu’ atau ‘tersebut’). Pasti akan plong. Ada lagi yang mungkin dilupakan oleh penerjemah, lafal ‘lafatahnaa’ diartikan pastilah Kami 'akan' melimpahkan. Padahal fiil madhi (kata kerja lampau). Mestinya pastilah Kami 'telah' melimpahkan, atau kalimat sepadan itu.

Rujukan kami: تفسير الزمخشري = الكشاف عن حقائق غوامض التنزيل (2/ 133)
اللام في القرى: إشارة إلى القرى التي دل عليها قوله وَما أَرْسَلْنا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَبِيٍّ كأنه قال ولو أنّ أهل تلك القرى الذين كذبوا وأهلكوا آمَنُوا بدل كفرهم وَاتَّقَوْا المعاصي مكان ارتكابها لَفَتَحْنا عَلَيْهِمْ بَرَكاتٍ مِنَ السَّماءِ وَالْأَرْضِ لآتيناهم بالخير من كل وجه. وقيل أراد المطر والنبات وَلكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْناهُمْ بسوء كسبهم ويجوز أن تكون اللام في القرى للجنس. فإن قلت: ما معنى فتح البركات عليهم؟ قلت: تيسيرها عليهم كما ييسر أمر الأبواب المستغلقة بفتحها. ومنه قولهم: فتحت على القارئ، إذا تعذرت عليه القراءة فيسرتها عليه بالتلقين. http://mulya-abadi.blogspot.com/2011/05/arti-lau-anna.html dan  http://mulya-abadi.blogspot.com/2013/11/lau-anna.html.