Dhirar dan lainnya memperhatikan Khalid berkata, “Saat ini saya sedang menununggu, apa yang akan terjadi, berdasarkan mimpi itu? Saya tetap yakin, bahwa Allah ‘akan memberi’ Kebaikan dan Pertolongan pada kita, untuk mengalahkan lawan.”
Dhirar berkata, “Kau telah meyakini mimpi itu baik, berarti akan
baik in syaa Allah Ta’ala. Bagaimana mimpimu?.”
Khalid menjawab, “Saya bermimpi ‘melihat pasukan’ kita, berjalan
di tanah lapang. Tiba-tiba saya melihat kawanan keledai liar bertubuh besar
namun ringan. Panah-panah dan pedang-pedang kita, tak dihiraukan melukai.
Bahkan mereka tak takut apapun. Kita menyerang kawanan keledai, berlangsung
cukup lama. Pasukan berkuda kita meningkatkan serangan dengan sengit. Mereka
saya cerai-beraikan dengan pasukan berkuda, yang saya bagi menjadi empat
kelompok. Saya menyerang hingga kawanan binatang itu kabur, menuju perbukitan
dan jurang, yang sulit dijangkau. Keledai yang berhasil kami tangkap hanya
sedikit. Keledai yang telah saya masak dan saya bakar, tiba-tiba hidup dan berusaha
lari. Keledai-keledai saya giring menuju tempat sempit. Pada kaum Muslimiin,
saya memanggil keras, ‘Naikilah kendaraan kalian untuk mengejar itu! Semoga Allah memberi Barokah pada kalian!’.
Kaum Muslimiin berlari cepat dengan kuda. Saya berlari mengikuti
mereka. Di antara kawanan keledai itu, ada unta besar yang saya tangkap, untuk
saya sembelih. Pasukan Muslimiin sama menangkap dan membunuh buruan mereka.
Akhirnya hanya sedikit buruan yang lepas.
Ketika saya pulang bersama Muslimiin dengan berbahagia,
tiba-tiba kaki kudaku tersandung. Saya terkejut terhuyung, jatuh. Tangan saya
bergerak cepat, meraih surban yang lepas dari kepala. Tiba-tiba saya bangun.
Jantung saya berdebar-debar dan saya tak henti-henti memikirkan mimpi yang saya
alami. Barang kali ada di antara kalian, yang bisa menafsirkan mimpi itu?
Bagaimanakah?.”
Semua diam untuk memikirkan jawabannya.
Khalid mengajak mereka, pulang ke Damaskus.
Dalam perjalanan pulang melewati gunung, Abdur Rohman bin Abi Bakr Asshiddiq RA, berkata pada Khalid,“Binatang liar yang kita buru, artinya orang-orang yang kita cari. Kau jatuh bersama kudamu, berarti kau dari atas turun ke bawah. Surban adalah mahkota kaum Arab, jatuh berarti cacat. Berarti kau akan tertimpa sesuatu yang tidak menyenangkan.”
Dalam perjalanan pulang melewati gunung, Abdur Rohman bin Abi Bakr Asshiddiq RA, berkata pada Khalid,“Binatang liar yang kita buru, artinya orang-orang yang kita cari. Kau jatuh bersama kudamu, berarti kau dari atas turun ke bawah. Surban adalah mahkota kaum Arab, jatuh berarti cacat. Berarti kau akan tertimpa sesuatu yang tidak menyenangkan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar