Kaum Hawa mengedumal, “Maa syaa Allah, mestinya nasehat ‘menyejukkan perasaan’. Sehingga menjadi hiburan.”
Setelah diurus, ternyata penasehatnya keceplosan, “Ibu-ibu yang
menolak ‘poligami’, berarti ngongso (bahasa Jawa).”
Sepanjang yang kami ketahui, “Allah belum pernah berfirman yang menyakitkan perasaan. Meskipun sedang murka, atau pada orang yang dimurkai.
Maksudnya ‘di dunia’. Dan Nabi kita SAW, juga belum pernah bersabda ‘jelek’,
meskipun pada orang yang dibenci.”
Dan oleh karena Sabdanya SAW selalu indah, “Semua musuhnya, berbalik menjadi pengikut yang sangat mencintai. Kecuali yang tewas sebelum Fathu
Makkah. Bahkan di antara mereka ada, yang karena terlalu malu dengan
tindakannya, sejak Fathu Makkah, tidak berani melihat wajah nabi SAW,
hingga wafat. Kebanyakan mereka, lalu menjadi kaum yang membela mati-matian
padanya SAW.”
Memang ‘Berbicara Indah Saat Marah’ tidak
mudah. Sepertinya sang penasehat sedang marah, dan tidak mampu mengendalikan
diri.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، نَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ نَسْتَغْفِرُكَ وَنَتُوبُ إِلَيْكَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar