Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2013/05/30

Yang Paling Baik daripada Semuanya




Ibnu Katsir menulis: تفسير ابن كثير (7/ 426)
وَ [قَدْ وَرَدَ] فِي بَعْضِ الْكُتُبِ الْإِلَهِيَّةِ: "يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: ابْنَ آدَمَ، خَلَقْتُكَ لِعِبَادَتِي فَلَا تَلْعَبْ، وَتَكَفَّلْتُ بِرِزْقِكَ فَلَا تَتْعَبْ فَاطْلُبْنِي تَجِدْنِي؛ فَإِنْ وَجَدْتَنِي وَجَدْتَ كُلَّ شَيْءٍ، وَإِنْ فُتك فَاتَكَ كُلُّ شَيْءٍ، وَأَنَا أَحَبُّ إِلَيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ".

Artinya:
Sungguh di dalam sebagian Kitab-Kitab Tuhan telah tertulis ‘Allah Taala berfirman, “Hai anak Adam! Aku telah mencipta kau untuk beribadah padaKu; maka jangan bermain-main! Aku telah menanggung rizqimu; maka jangan ngoyo! Maka carilah Aku; kau pasti akan menjumpaiKu. Jika kau menjumpaiKu; kau jumpai segala sesuatu (yang baik). Jika Aku terlambat (datang) padamu; segala sesuatu (yang baik), terlambat (datang) pada kau. Akulah yang lebih baik daripada segala sesuatu, untukmu’.”
Sebetulnya ini berkaitan dengan Firman, “بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.” Di TanganMu segala kebaikan. Sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Jika Allah mendekat pada kita; segala kebaikan mendekat pada kita. Jika Allah terlambat mendekati kita; segala kebaikan terlambat mendekati kita.
Agar kita didekati oleh Allah; kita harus mengamalkan kewajiban yang dibebankan pada kita dengan penuh ikhlas dan senang. Lebih baik lagi jika kita mengamalkan sunnah-sunnah atau nawafil.

2013/05/28

Kajian Al-Baqarah 85 – 88







{ثُمَّ أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ تَقْتُلُونَ أَنْفُسَكُمْ وَتُخْرِجُونَ فَرِيقًا مِنْكُمْ مِنْ دِيَارِهِمْ تَظَاهَرُونَ عَلَيْهِمْ بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَإِنْ يَأْتُوكُمْ أُسَارَى تُفَادُوهُمْ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْكُمْ إِخْرَاجُهُمْ أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (85) أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالْآخِرَةِ فَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ (86) وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ (87) وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلًا مَا يُؤْمِنُونَ (88) } [البقرة: 85 - 88].




Artinya:

Lalu kalian hai ini semuanya, membunuh diri kalian dan mengusir sebagian dari kalian, dari kampung-kampung mereka. Kalian tolong-menolong mengalahkan mereka dengan dosa dan permusuhan. Namun jika tawanan-tawanan datang pada kalian, kalian menebus mereka, padahal dia ‘mengusir mereka’ diharamkan atas kalian. Masyak kalian beriman pada sebagian kitab dan mengkufuri pada sebagian? Balasan orang yang melakukan demikian dari kalian, tiada lain kecuali hina dalam kehidupan dunia, dan di hari kiamat akan dikembalikan pada lebih beratnya adzab. Dan Allah tak lupa mengenai yang kalian amalkan. (85)

Mereka orang-orang yang telah menukarkan kehidupaan dunia dengan akhirat. Maka adzab takkan diringankan dari mereka, dan mereka takkan ditolong. (86)

Niscaya sungguh Kami telah memberi Kitab pada Musa, dan telah memberi penerus beberapa Rasul, mulai dari setelahnya. Dan Kami telah memberi Keterangan-Keterangan pada Isa bin Maryam. Dan telah memperkuat dia dengan Ruh Qudus. Masyak setiap Rasul datang pada kalian, membawa yang diri kalian tidak cocok; kalian takabur? Sebagian kalian dustakan; sebagain kalian bunuh?. (87)

Mereka berkata, “Hati kami tertutup.” Justru Allah telah melaknat mereka karena kekufuran mereka, maka sedikit sekali mereka beriman. [1] (88)

Bersambung

Ponpes Mulya Abadi Mulungan

[1] Bal (بَلْ) terkadang diartikan justru atau ‘yang benar’. Contoh: صحيح البخاري (8/ 43)
قَالَ: جَلَسْتُ إِلَى سَعِيدِ بْنِ المُسَيِّبِ، فَحَدَّثَنِي: أَنَّ جَدَّهُ حَزْنًا قَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «مَا اسْمُكَ» قَالَ: اسْمِي حَزْنٌ، قَالَ: «بَلْ أَنْتَ سَهْلٌ» قَالَ: مَا أَنَا بِمُغَيِّرٍ اسْمًا سَمَّانِيهِ أَبِي قَالَ ابْنُ المُسَيِّبِ: «فَمَا زَالَتْ فِينَا الحُزُونَةُ بَعْدُ».


Artinya:
Saya pernah duduk mendekati Said bin Al-Musayyab. Dia bercerita pada saya bahwa ‘sungguh kakeknya bernama Chazn pernah datang pada Rasulallah SAW’. Beliau bersabda, “Siapa namamu?.”
Dia menjawab, “Nama saya Chazn (Susah).”
Nabi bersabda, “(Yang benar) Justru kau bernama Sahl (Mudah).”
Dia menjawab, “Saya takkan merubah nama pemberian ayah saya.”
Ibnul-Musayyab berkata, “Maka setelah itu, kesusahan tak henti-henti mendera kami.”
 

2013/05/22

Hati-Hati Penipuan

Ahad sore tanggal 19 bulan ini, Chaf; putra Yusane terkejut oleh seorang remaja yang menelpon dengan menangis sedih, “Saya adik sampean yang ditangkap oleh polisi.”
Chaf makin terkejut karena suara dari seberang berobah seperti suara orang dewasa, “Saya polisi yang telah menangkap adik kamu. Adik kamu bernama siapa?.”
Chaf menjawab, “Iqbal Aunillah.”
Dia berkata, “Kalau begitu betul; anak bernama Iqbal Aunillah telah saya tangkap karena tindak kejahatan. Kalau kau ingin adikmu selamat; serahkan pada saya ‘uang 25 juta’.”
Dengan tegang, Chaf memberikan Hp pada ibunya. Ibunya berang, “Hai! Kalau kau betul seorang polisi, di mana kantormu? Menangkap orang itu ada prosedurnya! Jangan ngawor!.”
Penjahat menjawab, “Kalau uang tidak segera diserahkan! Anak anda akan saya tembak.”
Ibu Chaf bernama Yusane naik pitam. Melalui Hp, dia berteriak, “Kalau kau berani membunuh anakku! Hingga kapanpun kau akan saya cari!. Chaf! Carilah polisi agar melacak orang ini ada di mana?!.”
Dengan lemas, Yusane menghubungi suami yang sedang bertugas, “Sebaiknya bagaimana?.”
Suami menjawab, “Katakan pada Tuhan ‘حَسْبُنا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْنا وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ’.”
Suami berdoa, “Ya Allah! Saya memperlindungkan Iqbal dan kawan-kawannya, padaMu! Karena Kau telah berfirman ‘اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ’.”
Dzifa menangisi Iqbal yang belum jelas beritanya. Hp penjahat itu sudah tidak bisa lagi dihubungi. Dengan gerak cepat dia menghubungi kawan-kawan Iqbal, melalui Hp. Dari mereka ada yang bilang, “Iqbal dari Bukit Bintang. Sekarang sedang dalam perjalanan pulang.”
Tak lama kemudian Iqbal muncul sambil tersenyum, “Ada apa Mbak?.”
Dzifa terkejut bahagia. Pukulannya mendarat pada lengan Iqbal, sambil berceloteh, “Kau membuat orang-orang khawatir! Kenapa pergi tidak berpamitan?.”
Setelah masuk rumah; Iqbal dihujani ceramah oleh keluarganya, terutama ibunya.

2013/05/15

Kajian Al-Baqarah 82 – 84


Al-Baqarah 82 – 84



وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (82) وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ (83) وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ لَا تَسْفِكُونَ دِمَاءَكُمْ وَلَا تُخْرِجُونَ أَنْفُسَكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ ثُمَّ أَقْرَرْتُمْ وَأَنْتُمْ تَشْهَدُونَ (84).


Artinya:
Dan orang-orang yang telah beriman dan beramal salih, mereka Penghuni Surga. Mereka kekal di dalamnya. [82].

Dan ketika Kami mengambil Janji Bani Israil “Kalian tidak boleh menyembah kecuali pada Allah ! Pada dua orang tua ‘agar berbuat baik !' Demikian pula pada pemilik kerabat, anak-anak Yatim dan kaum Miskin. Dan berkatalah yang baik, pada manusia ! Tegakkan shalat ! Dan tunaikan Zakat !" Lalu kalian berpaling kecuali sedikit dari kalian. Kalian berpaling. [83].

Dan ketika Kami mengambil Janji kalian “Kalian tidak boleh mengalirkan darah-darah kalian ! dan tidak boleh mengusir diri-diri kalian dari kampung-kampung kalian !” Lalu kalian telah mengikrarkan (mengiyakan). Kalian bersaksi. [84].

Ibnu Katsir menulis:
Allah Tabaraka wa Taala berfirman, untuk mengingkari kaum Yahudi pada zaman Rasulillah SAW, di Madinah. Dan tentang kenyatan yang ada; perang yang melibatkan kaum Aus dan Khazraj. Sungguh kaum Aus dan Khazraj yang juga kaum Anshar, di zaman Jahiliah, penyembah berhala.
Telah sering terjadi peperangan antar mereka. Yahudi Madinah terbagi menjadi tiga kabilah:
1.     Banu Qainuqa.
2.     Banu Nadhir. Dua kabilah ini bersahabat dengan ikatan sumpah, dengan kaum Khazraj.
3.     Banu Quraidzah. Kabilah bersahabat dengan ikatan sumpah, dengan kaum Aus.
Bila perang antar mereka berkobar; tiap golongan berperang, membela sahabat masing-masing, yang diikat dengan sumpah. Saat itulah kaum Yahudi membunuh musuh-musuh. Golongan Yahudi yang lain, membunuh golongan Yahudi lainnya. Padahal dalam agama dan nash kitab mereka; ‘itu diharamkan atas mereka’. Mereka juga mengusir kaum mereka, dari rumah-rumah mereka, bahkan merampok isi rumah, dan harta kekayaan. Lalu bila peperangan telah meletakkan persenjataan (telah berakhir); mereka membebaskan tawanan dari golongan mereka yang dikalahkan. Untuk mengamalkan hukum Taurat. Oleh karena itu yang Maha Tinggi berfirman, “Masyak kalian beriman pada sebagian kitab, dan mengkufuri sebagian?.” Oleh karena itu yang Maha Tinggi berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Kami menegakkan aturan kalian;
1.     Kalian tidak boleh mengalirkan darah kalian.
2.     Kalian tidak boleh mengeluarkan kalian dari kampung-kampung kalian. Maksudnya ‘sebagian kalian jangan membunuh sebagian!’ Dan jangan mengusir dari rumahnya! Jangan menolong mengalahkan dia! Penjelasan ini seperti FirmanNya yang Maha Tinggi, “Maka bertobatlah pada Pencipta kalian! Bunuhlah diri kalian! Itu lebih baik di sisi Tuhan kalian [Al-Baqarah 54].” [1]


Bersambung

Ponpes Mulya Abadi Mulungan


[1]                       تفسيرابن كثير (1/ 318)
يَقُولُ، تَبَارَكَ وَتَعَالَى، مُنْكِرًا عَلَى الْيَهُودِ الَّذِينَ كَانُوا فِي زَمَانِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْمَدِينَةِ، وَمَا كَانُوا يُعَانُونَهُ مِنَ الْقِتَالِ مَعَ الْأَوْسِ وَالْخَزْرَجِ، وَذَلِكَ أَنَّ الْأَوْسَ وَالْخَزْرَجَ، وَهُمُ الْأَنْصَارُ، كَانُوا فِي الْجَاهِلِيَّةِ عُبَّاد أَصْنَامٍ، وَكَانَتْ بَيْنَهُمْ حُرُوبٌ كَثِيرَةٌ، وَكَانَتْ يَهُودُ الْمَدِينَةِ ثلاثَ قَبَائِلَ: بَنُو قَيْنُقَاعَ. وَبَنُو النَّضِيرِ حُلَفَاءُ الْخَزْرَجِ. وَبَنُو قُرَيْظَةَ حُلَفَاءُ الْأَوْسِ. فَكَانَتِ الْحَرْبُ إِذَا نَشِبَتْ بَيْنَهُمْ قَاتَلَ كُلُّ فَرِيقٍ مَعَ حُلَفَائِهِ، فَيَقْتُلُ الْيَهُودِيُّ أَعْدَاءَهُ، وَقَدْ يَقْتُلُ الْيَهُودِيُّ الآخرُ مِنَ الْفَرِيقِ الْآخَرِ، وَذَلِكَ حَرَامٌ عَلَيْهِمْ فِي دِينِهِ وَنَصِّ كِتَابِهِ، وَيُخْرِجُونَهُمْ مِنْ بُيُوتِهِمْ وَيَنْهَبُونَ مَا فِيهَا مِنَ الْأَثَاثِ وَالْأَمْتِعَةِ وَالْأَمْوَالِ، ثُمَّ إِذَا وَضَعَتِ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا اسْتَفَكُّوا الْأَسَارَى مِنَ الْفَرِيقِ الْمَغْلُوبِ، عَمَلًا بِحُكْمِ التَّوْرَاةِ؛ وَلِهَذَا قَالَ تَعَالَى: {أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ} وَلِهَذَا قَالَ تَعَالَى: {وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ لَا تَسْفِكُونَ دِمَاءَكُمْ وَلا تُخْرِجُونَ أَنْفُسَكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ} أَيْ: لَا يَقْتُلُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا، وَلَا يُخْرِجُهُ مِنْ مَنْزِلِهِ، وَلَا يُظَاهِرُ عَلَيْهِ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: {فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ} [البقرة: 54].

2013/05/11

Laa Ilaaha illaa Allah



Usdul-Ghobah kitab sejarah lengkap mengenai para sahabat Nabi Muhammad SAW. Di sana dijelaskan tentang saat Khalid bin Al-Walid yang mashur akan wafat: أسد الغابة (2/ 140)
ولما حضرت خَالِد بْن الْوَلِيد الوفاة، قال: لقد شهدت مائة زحف أو زهاءها، وما في بدني مَوْضِعُ شِبْرٍ إِلَّا وَفِيهِ ضَرْبَةٌ أَوْ طَعْنَةٌ ، أو رمية، وها أنا أموت عَلَى فراشي كما يموت العير، فلا نامت أعين الجبناء، وما من عمل أرجى منه لا إله إلا اللَّه، وأنا متترس بها.

Artinya:
Ketika wafat datang menghapiri, Khalid bin Al-Walid berkata, “Niscaya sungguh saya telah berperang sebanyak seribu kali, atau kira-kira sekian itu. Tidak ada tempat sejengkal pun di badan saya, kecuali ada bekas pukulan (pedang), atau tusukan (pedang / tombak), atau bekas panah. Namun saya ini justru akan meninggal di atas pembaringan seperti matinya unta. Maka mata orang-orang penakut tidak tidur. [1] Tidak ada amalan yang lebih saya andalkan daripada kalimat ‘laa Ilaaha illaa Allah’. [2] Dengan (‘laa Ilaaha illaa Allah’) itulah saya bertekat menangkis serangan.

Di dalam Mukjamul-Kabir, Thobaroni meriwayatkan sedikit berbeda: المعجم الكبير للطبراني (4/ 106)
3812 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ الْمَرْوَزِيُّ، ثنا سُوَيْدُ بْنُ نَصْرٍ، وَحِبَّانُ بْنُ مُوسَى، قَالَا: ثنا عَبْدُ اللهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْمُخْتَارِ، عَنْ عَاصِمِ ابْنِ بَهْدَلَةَ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، قَالَ: لَمَّا حَضَرَتْ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيدِ الْوَفَاةُ، قَالَ: «لَقَدْ طَلَبْتُ الْقَتْلَ فَلَمْ يُقَدَّرْ لِي إِلَّا أَنْ أَمُوتَ عَلَى فِرَاشِي، وَمَا مِنْ عَمِلٍ أَرْجَى مِنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَا مُتَتَرِّسٌ بِهَا» ، ثُمَّ قَالَ: «إِذَا أَنَا مُتُّ فَانْظُرُوا سِلَاحِي، وفَرَسِي فَاجْعَلُوهُ عِدَّةً فِي سَبِيلِ اللهِ».

Arti selain isnad(nya):
Ketika wafat datang melanda, Khalid bin Al-Walid berkata, “Niscaya sungguh saya telah mengejar ‘matisyahid’. Namun mutlak tidak dikodar untukku, kecuali hanya akan mati di atas pembaringanku. Tiada satu pun amalan yang lebih saya andalkan, daripada ‘laa Ilaaha illaa Allah’. Dengan (‘laa Ilaaha illaa Allah’) itulah saya bertekat menangkis serangan.” Lalu berkata, “Jika saya telah meninggal, carilah pedang dan kudaku! Gunakan sebagai persiapan perang di Jalan Allah.”


[1] Ibnu Katsir menjelaskan: تفسير ابن كثير (1/ 662)
يَعْنِي: أَنَّهُ يَتَأَلَّمُ لِكَوْنِهِ مَا مَاتَ قَتِيلًا فِي الْحَرْبِ وَيَتَأَسَّفُ عَلَى ذَلِكَ وَيَتَأَلَّمُ أَنْ يَمُوتَ عَلَى فِرَاشِهِ.
Artinya: Maksudnya, sungguh dia berusaha agas kesakitan, karena tidak meninggal di dalam perang. Dia juga sedih atas keadaan yang demikian. Dia berusaha agar sakit, namun kenyataannya dia hanya meninggal di atas pembaringannya.
[2] Penulis yakin bahwa tulisan (منه) dari Maktabatu-Ssyamilah di atas salah. Dan meyakini bahwa (مِنْ) yang dari Thobaroni ‘yang benar’.