Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2016/11/28

PS 160: Pembebasan Syam






Mereka bersiap-siap melakukan serangan. Ternyata pasukan yang akan diserbu meneriakkan, “Hidup Isa bin Maryam! Hidup Salib Agung! Siapa kalian?.” 
Yuqana menjawab, “Kalian juga siapa?.” 
Mereka menjawab, “Kami pasukan Raja Jabalah bin Aiham!.” 
Yuqana turun dari kuda untuk mengucapkan salam pada mereka.
Mereka juga mengucapkan salam pada Yuqana dan pasukanya.
Jabalah bertanya, “Kalian dari mana?.” 
Yuqana menjawab, “Dari Marasy membawa putri Raja Hiraqla. Kalian dari mana?.” 
Jabalah menjawab, “Dari Umaq (العُمَق) mencari bahan makan, namun di tengah perjalanan pulang, kami bertemu lebih 200 pasukan berkuda Arab. Pasukan kami berjumlah 2.000 kuwalahan menghadapi serangan mereka. Serangan kami yang menggila dipatahkan oleh mereka, bahkan beberapa pasukan kami berguguran. Beberapa orang mereka mampu membunuh dua atau tiga orang dari pasukan kami, tapi akhirnya kami bisa menawan mereka. Pimpinan mereka di belakang, kami kejar dan kudanya kami panah hingga tewas. Lalu dia kami tawan. Ternyata dia sahabat Muhammad SAW bernama Dhirar bin Al-Azwar. Dia dan pasukannya akan akami hadapkan pada Raja Hiraqla, agar ditanya.”
Agar dikira bahagia, Yuqana tersenyum dan berkata, “Demi benarnya agama ini! Kau telah beruntung, bisa menawan orang hebat dan pasukannya. Saya sendiri telah mendengar berita mengenai keberanian dan ketangkasan dia di dalam berperang, hingga banyak pahlawan kita yang gugur di tangannya.”
Yuqana dan Jabalah memimpin arak-arakan pasukan menuju Anthakiyah.


Negeri Izaz telah dianugrahkan oleh Allah pada pasukan Muslimiin. Malik menunjuk Said bin Amer Al-Ghanawi (سعيد بن عمرو الغنوي) agar memerintah negeri itu.
Malik dan Al-Fadhl diikuti arak-arakan pasukan Muslimiin, pulang menuju Chalab untuk menyerahkan rampasan perang pada Abu Ubaidah.
Abu Ubaidah berbahagia dan bersyukur atas kemenangan Muslimiin di negeri Izaz dan rampasan perang yang melimpah. Dia bertanya, “Dia pergi ke Anthakiyah untuk menjumpai dan memakar atas raja Romawi terbesar. Dia belum bisa menghadap kemari” pada Malik, tentang Yuqana. Dan dijawab dengan berbisik.
Abu Ubaidah berdoa, “Semoga Allah memberi Pertolongan, Kemenangan dan Ampunan.” 
Lalu menulis surat untuk Umar bin Al-Khatthab RA:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari Abu Ubaidah Amir bin Al-jarrach pada Amirul-Mukminiin Umar bin Al-Khatthab RA
سلام عليك
Saya memuji pada Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah, dan mendoakan shalawat pada Nabi-Nya SAW, ammaa bakd:
Sungguh Allah Penebar Segala Anugrah, menuntun kami agar bersyukur. Benteng sesulit apapun di Syam, telah kami rebut karena Anugrah-Nya. Raja-raja Syam dipaksa oleh Allah agar tunduk pada kami. Dan tanah mereka diberikan pada kami. Bahkan oleh Allah, negeri Chalab juga telah diberikan pada kami. Negeri Izaz juga kami taklukkan berkat Pertolongan Allah. Raja Chalab bernama Yuqana telah masuk Islam dengan baik, bahkan telah mewajibkan diri, berjuang demi Muslimiin. Berkat perjuangan Yuqana, kaum Muslimiin merasakan manfaatnya; dan kaum Kafir menderita. Kini dia menemui Hiraqla untuk bermakar dengan keberania membahayakan, karena taat Allah dan Rasul-Nya. Saya menulis surat ini ketika sedang bersiap menuju Anthakiyah, untuk memberi pelajaran pada Raja Hiraqla. Kini benteng-benteng kerajaan di Syam telah kami renggut. Kami berharap semoga bisa segera menangkap Hiraqla, menduduki singgasana, dan mengambil harta kekayaannya. Sebagaimana Rasulullah SAW pernah menjanjikan pada kita. Berilah kami bekal doamu yang akan beranfaat besar, dan agar kaum Kafir segera rusak.”
والسلام عليك وعلى من معك عن المسلمين ورحمة الله وبركاته


Abu Ubaidah mengambil 1/5 dari rampasan perang, diserahkan pada Rabach bin Ghanim Al-Yasykari (رباح بن غانم اليشكري), yang diserahi membawa 200 pasukan berkuda.
Rabach dan pasukannya ditugaskan mengantar 1/5 dari rampasan perang pada Umar di Madinah. Di antara mereka yang terpenting: 
1.     Qatadah.
2.     Salamah bin Al-Akwa (سلمة بن الأكوع).
3.     Abdullah bin Basyar.
4.     Jabir bin Abdillah RA, dan lainnya. 
Abu Ubaidah juga menugaskan agar Dhirar bin Al-Azwar membawa 200 pasukan berkuda, untuk mengawal mereka.
Safinah mantan budak Rasulillah SAW berada di dalam pasukan Dhirar, bertugas menjadi mata-mata.
Dhirar membawa sejumlah lelaki taklukan agar menunjukkan jalan. 
Pasukan berjumlah 400 itu berarak-arak menyusuri jalan. Ketika waktu sahur, mereka memasuki hutan Dabiq. Para menunjuk jalan berteriak, “Hai! Awas! Kasihanilah kuda kalian yang berjalan terus!.”
Dhirar mengistirahatkan mereka semua, di situ. 
Di waktu sahur berikutnya mereka terkejut oleh datangnya Raja Jabalah dan pasukanya untuk menyerbu.
Dhirar dan 100 pasukannya bergegas menaiki dan memacu kuda. Pasukan berjumlah 100 lainnya belum sempat naik kuda, sudah diserbu. Perlawanan mereka dipatahkan oleh pasukan Jabalah yang terlalu banyak.
Pada 100 pasukannya, Dhirar berteriak, “Hai pemuda Arab! Musuh kalian telah menangkap saudara kalian ketika sedang istirahat! Ayo kita selamatkan! Nabi SAW bersabda ‘surga berada di bawah kilauan pedang-pedang’. Allah juga berfirman ‘kam min fiatin qaliilatin ghalabat fiatan katsiiratan biidznillaah. Wa Allahu maasshaabiriin’.” [1]

Di antara pasukan Dhirar, ada yang bernama Rabiah bin Mamar bin Abi Auf (ربيعة بن معمر بن أبي عوف) yang sangat pandai menguntai syair. Dia menjadi pusat perhatian karena syairnya yang indah. Dia membaca syair:

Surga Allah  seluas beberapa langit dikepung oleh derita
Surga tertinggi ditempati oleh Syuhada
Maka buatlah ridha!
Pada yang tahu barang ghaib maupun yang nyata
Jihad telah berdiri di atas kakinya
Bukankah kalian sebagai shabat nabi SAW ini zaman?
Kenapa pesimis meraih Pertolong Rohman?
Buatlah bahagia Ruh Al-Musthafa dengan [2]
Gigih melawan lawan
Jangan lari! Karena akan dimurkai oleh Tuhan
Ketahuilah ‘kemengangan akan diraih’ oleh yang mau berkorban
Yang berniat mencari kampung abadi pasti
Bertemu musuh sebanyak apapun 'tak peduli'
Benarkan niat kalian agar mendapatkan!
Rahmat dari Tuhan kalian?
Tepatkan sasaran agar mendapatkan yang kalian harapkan
Tusuklah leher mereka
Agar berpahala bidadari mempesona
Agar diberi perumahan istimewa
Tabahlah agar meraih kemenangan
Jangan mengasihani lawan
Karena ucapan mereka tipuan
Ulama mengenai mereka membaca
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ

Syair itu membuat 100 pasukan Dhirar menjadi semangat, dan keberanian mereka berkobar.
Dhirar membaca syair pemacu semangat:




In syaa Allah bersambung

Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi



[1]  كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ  [البقرة/249]. Artinya: Banyak golongan sangat sedikit telah mengalahkan golongan sangat banyak karena Idzin Allah. Dan Allah menyertai orang-orang Sabar.

[2] Al-Musthafa artinya benar-benar dipilih, maksudnya Nabi Muhammad SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar