Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2016/11/28

PS 161: Pembebasan Syam









Dhirar menyerang
 dengan garang, didampingi oleh 100 pasukan. Serangannya menggila membuat musuh kuwalahan melawan, hingga Jabalah teheran-heran.
Jabalah perintah agar pasukannya memanah kuda Dhirar.
Kuda jatuh terkena beberapa anak-panah pada beberapa titik. Dhirar jatuh dan ditangkap oleh sejumlah pasukan Jabalah.
Serangan pasukan Dhirar dipatahkan dan mereka ditawan untuk dibawa ke Anthaqiyah.

Dalam perjalanan, Jabalah dan pasukanya bertemu Yuqana mengawal Zaitunah binti Hiraqla.
Safinah mantan budak Rasulillah SAW dan lainnya juga tertawan bersama Dhirar
Di malam  kelam itu, Safinah lepas dan kabur menuju Abu Ubaidah. Di tengah perjalanan, dia terkejut oleh singa jantan besar yang menghadang. Pada singa itu, dia berata, “Hai Ayah Charits, saya ini maula (mantan budak) Rasulillah SAW. Saya sedang begini dan akan begini.” 
Singa mendekati dia, sambil mengibas-ngibaskan ekor, lalu berhenti dan menundukkan kepala yang maksudnya ‘silahkan berjalan’. 
Safinah berjalan didampingi singa jantan, sampai kota yang penduduknya telah berdamai dengan kaum Muslimiin.
Singa pergi meninggalkan Safinah.

Kedatangan Safinah mengejutkan pasukan Muslimiin. Laporan Safinah bahwa Dhirar ditawan, setelah seratus kawannya ditawan, membuat mereka syok dan menangis sedih. Abu Ubaidah dan Khalid RA juga menangis pilu. Mereka berdua membaca, “Laa chaula walaa quwwata illaa bi Allah Al-Aliyyi Al-Azhiim.” [1]

Kaum Muslimiin terperangah dan bergetar oleh syair yang dibaca oleh Khaulah:

Tak adakah kaum yang menjelaskan ini berita
Akankah kami datang sendiri ke sana
Kalau saya tahu perjanana mereka akhir pejumpaan
Niscaya kami kemarin ikut dalam perjalanan
Hai si burung gagak! Bisakah kau memberi tahu tentang mereka?
Berhari-hari kami menunggu berita mereka
Semoga Allah melaknat penawan mereka
Yang bersamaku mengukir sejarah
Kini telah berubah
Jika mereka pulang kemari
Akan berjuang bersama lagi
Hatiku galau ketika mereka
Berkata Dhirar ditawan oleh lawan
Hari-hari selanjutnya kesedihan
Semangat hidupku hilang
Memikirkan orang-orang
Yang telah menempati ruang hatiku
Salamku
Untuk kalian tercinta
Yang jauh dari mata

Api kemarahan pasukan Muslimiin berkobar-kobar.
Mazruah binti Amluq Al-Chimyariyah (مزروعة بنت عملوق الحميرية) dan sejumlah wanita, mengerumuni Khaulah.

Putra Mazruah bernama Shabir bin Aus, juga ditawan bersama Dhirar. Melaui syair, Mazruah menangisi putranya:

Hai putraku! Kemarahanku pada mereka berkobar
Hingga tubuhku bergetar
Ini musibah besar
Yang hampir membuat aku terkapar
Kafilah yang kutanya mengenani kau diam
Kapankah dendamku redam
Tak ada yang menjelaskan mengenai kau
Air mataku berderai karena galau
Sejak kau pergi dari sisiku
Aku sedih air mataku tumpah
Karena memikirkan kau hai pahlawan
Asal kau hidup, saya sanggup membisu setahun lamanya
Namun jika kau telah tiada
Saya bingung harus bagaimana

Syair itu membuat tangisan para wanita makin keras.
Sontak mereka diam.



In syaa Allah bersambung



[1] لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم.
[2] الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ [البقرة/156، 157]. Artinya: Kaum yang ketika musibah menimpa mereka, berkata, “Sungguh kita milik Allah dan sungguh kita akan kembali pada-Nya." Shalawat dan Rahmat dari Tuhan mereka, melimpah atas mereka. Dan mereka orang-orang yang mendapatkan petunjuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar