Yuqana berkata, “Demi Allah, saya malu pada kalian, karena kemenangan yang kita dapatkan bukan karena
siasat saya sepenuhnya. Saya akan pergi ke negeri Anthakiyah, dengan berharap semoga Allah memberi
saya Pertolongan mengalahkan mereka.”
Al-Fadhlberkata, “Allah berfirman pada Nabi-Nya SAW ‘laisalaka minal amri syai’. [1] Maka jangan susah atas kegagalan itu.”
Diamenjawab, “Demi agama Islam, saya takkan pulang sehingga Allah membuat saya dansaudara-saudara saya Muslimiin, puas
dan bahagia.”
Yuqana telah mendapat dukungan 200 pasukan dari keluaga besarnya yang
barusan Islam. Dia perintah agar 200
pasukannya, mengajak keluarga mereka yang telah Islam, untuk berjihad
menuju negeri Anthakiyah.
Ketika
orang-orang telah berdatangan banyak, Yuqana menyuruh mereka agar bersiap-siap di tempat, selama
empat hari. Empat orang dari mereka diajak berkuda untuk berpurak-purak lari
dari kejaran bangsa Arab, melalui Jalan Charim (حارم).
Sisanya
dipesan agar menyusul empat hari kemudian, melalui Jalan Arnach (أرناح). Mereka juga dipesan untuk berkumpul di
negeri Anthakiyah.
Beberapa
pasukan keamanan di sana, berjaga ketat di sudut-sudut jalan.
Yuqana dan rombongannya didekati dan ditanya oleh mereka. Dia
menjawab, “Saya Yuqana Raja Chalab
(Aleppo) yang lari
dari serangan kaum Arab.”
Komandan
mereka menyuruh sejumlah pasukan, agar mengantar Yuqana berlima menuju Raja Hiraqla.
Mereka
menunggu hingga Hiraqla menyelesaikan shalat. Lalu melaporkan mengenai Yuqana yang teraniaya oleh kaum Arab. “Yang
mulia, Tuan Petrus di wilayah Saman, mengirim lelaki ini kemari. Dia mengaku
sebagai raja negeri Chalab.”
Yuqana terkejut oleh sapaan, “Hai Yuqana,
ada laporan kau telah mengikuti agama kaum Arab?” Raja Hiraqla yang merajai raja-raja Syam.
Dia menjawab,
“Memang ada yang melaporkan begitu, namun sebetulnya saya hanya bermakar agar
bisa kabur dari mereka yang jahat dan menjijikkan. Saya mengatakan pada mereka
‘negeri Izaz akan saya serahkan pada kalian, dan rajanya akan saya bunuh. Saya
minta 100 pasukan Arab untuk saya bawa ke kerajaan Izaz. Saya minta agar 1.000
pasukan Arab menyusul saya ke kerajaan Izaz, dengan tujuan mereka akan saya
tangkap, jika telah masuk ke dalam benteng. Selanjutnya mereka akan saya kirim
pada baginda. Namun Raja Daris salah paham karena tidak tahu makar yang saya
rencanakan. Dia justru lebih percaya pada ucapan mata-matanya daripada ucapan
saya. Saya dan pasukan yang saya bawa, ditangkap dan dipenjarakan. Pasukan Arab
berjumlah 1.000 datang untuk menyerang kerajaan Izaz. Daris dibunuh oleh
putranya bernama Luqa. Tak lama kemudian kerajaan Izaz diserbu oleh 1.000
pasukan Arab itu. Kami berlima lari kemari ketika peperangan sedang berkecamuk.
Kalau tidak cinta agama, saya tidak mungkin membunuh adik saya sendiri bernama
Yuchana, dan tak mungkin melawan pasukan Arab hingga setahun penuh.”
Beberapa
Bathriq dan raja bawahan Hiraqla yang di situ, membenarkan laporan Yuqana:
“Yang mulia, Yuqana benar. Baginda akan tahu bahwa dia pejuang hebat dan sangat
cerdas.”
Hiraqla
tersenyum, lalu melepaskan baju kebesarannya, diberikan pada Yuqana.
Gelang dan sabuknya juga dilepas untuk diberikan.
Para
tokoh besar itu mengamati Hiraqla berkata, “Jika kerajaanmu di Chalab (Aleppo) telah direbut oleh mereka, kau saya
beri kerajaan Anthakiyah” pada Yuqana.
Beberapa
aturan dijelaskan sebelum Yuqana menjadi raja Anthakiyah.
Mereka
terkejut oleh datangnya penguasa wilayah Jisrul-Chadid (جسر الحديد) (Jembatan Besi), kepercayaan
Hiraqla. Dia melaporkan pada Hiraqla bahwa 200 Bathriq dari keluarga Yuqana
datang dari Chalab, membawa laporan bahwa mereka
lari dari serangan Kaum Arab.
Pada Yuqana, Hiraqla
perintah, “Datang dan ceklah mereka! Kalau betul mereka kerabatmu, maka sambut
dan ajaklah bergabung padamu! Namun jika mereka bukan kerabatmu, saya yang akan
menghdapi untuk memberi keputusan mereka. Kamu jangan mengikuti agama mereka
seperti penduduk Sijar (سيجر),
Chamah (حماة), Rastan (الرستن), Jausiyah (جوسية), Balabak (بعلبك), Dimasyqa (دمشق) dan Chauran (حوران)!.”
[2]
Yuqana
menyanggupi, “Ya, akan segera hamba laksanakan!.”
Lalu mengendarai kudanya, diiringi sejumlah pasukan, raja-raja dan pejabat tinggi.
Lalu mengendarai kudanya, diiringi sejumlah pasukan, raja-raja dan pejabat tinggi.
Setelah
sampai Jisrul-Chadid, Yuqana perintah sejumlah pasukan agar mendatangkan 200
tamu dari Chalab.
Yuqana
berbusana mewah, mengucapkan selamat atas kedatangan 200 tamu dari keluarganya.
Para
tamu dari kerabatnya terperanjat saat menyaksikan Yuqana mengenakan busana Raja
Hiraqla. Mereka turun dari kuda dan mencium kendaraan Yuqana.
Yuqana
bertanya, “Bagaimana mungkin kalian bisa lolos dari serangan kaum Arab?.”
Mereka
berkata, “Yang mulia, kami telah bergabung pada pimpinan mereka untuk menyerbu
penduduk Manbaj dan Buzaah. Setelah menang, kami kembali ke Chalab, tetapi
mampir ke Izaz. Ternyata Izaz sudah direbut oleh pasukan Muslimiin, di bawah
pimpinan Malik. Di waktu malam, kami melarikan diri hingga akhirnya datang
kemari.”
Laporan
mereka didengarkan oleh para Pasukan Hiraqla yang mendampingi Yuqana.
Setelah
kembali menghadap Hiraqla, mereka melaporkan yang mereka dengar. Hiraqla
perintah agar mereka mentaati Yuqana yang akan diberi rumah mewah di sisi
istana Hiraqla.
Pada
Hiraqla, Yuqana berkata, “Yang mulia tahu bahwa tempat mewah ini
takkan abadi. Dulu Al-Masih AS menggambarkan:
‘Dunia
ini seperti bangkai; pencarinya
bagaikan sekelompok anjing memperebutkan’.
Ada
riwayat menjelaskan bahwa:
'Al-Masih AS pernah melihat burung indah berhias segala yang indah. Bulunya dicabuti
hingga menjadi sangat jelek'. Dia AS bertanya ‘siapa kau?’ Burung
jelek menjawab ‘saya dunia yang dari luar tampak indah, namun sungguh jelek, jika busananya telah dibuka’.
Saya
berbicara begini agar yang mulia tahu bahwa, saya mendapat anugrah ini pasti akan ada yang dengki.
Karena orang yang mendapat anugrah, pasti didengki oleh lainnya. Terus terang
saya khawatir jika ada orang dengki, memfitnah saya di hadirat yang mulia. Saya
berpandangan jika nantinya yang mulia akan menyingkirkan saya, lebih baik
anugrah ini diberikan pada selain saya saja. Saya menjadi pasukan yang mulia sudah cukup senang." Lalu Yuqana menangis.
Hiraqla
berkata, “Ya Yuqana, mengenai anugrah ini, hanya akan saya berikan padamu. Ini
sudah menjadi keputusan. Orang yang akan memfitnah kau, akan kuserahkan padamu,
agar kau sendiri yang menindak.”
Yuqana
mengucapkan terimakasih pada Hiraqla. Lalu berpamitan untuk mendatangi rumah
mewah dan taman yang dianugrahkan padanya.
Tiba-tiba
sekelompok utusan dari putri
Hiraqla bernama Zaitunah (زيتونة),
yang bertempat di Marasy (مرعش),
datang dengan berkuda.
Pada
Hiraqla, mereka berkata, “Yang mulia, Tuan Putri takut serangan pasukan Arab. Beliau
akan datang kemari agar mendapat perlindungan dari yang mulia. Beliau minta
pasukan untuk mengawal menuju kemari.”
Hiraqla berkata, “Yang berwenang memutuskan ini Yuqana.”
Yuqana
mencium tanah (bersujud), depan Hiraqla, dan berkata, “Hamba akan membereskan
tugas ini.”
Pada
Yuqana, Hiraqla memberikan 1.200 pasukan berkuda berbusana sutra Dibaj mewah. Pasukan
yang dibawa ditambah menjadi 2.200 pasukan
berkuda. Mereka membawa Salib emas yang empat sisinya diberi mutiara
gemerlapan.
Yuqana
memacu kuda agar kecepatan larinya maksimal, agar segera sampai Marasy, untuk
menjemput Putri Hiraqla termuda.
Putri ini diberi
wilayah Marasy oleh Hiraqla, dan dinikahkan dengan Banu Sathir bin Charits
(بنو سطير بن حارس), yang di kalangan prajurit dan masyarakat
luas, disebut ‘Pedang Nashrani’ karena sangat pemberani. Hanya Banu Sathir telah tewas di dalam
Perang Yarmuk, setelah dilanda luka-luka berat.
Yuqana
membawa Putri Zaitunah melewati wilayah Al-Jadatul-Uzhma (الجادةالعظمى) menuju Anthakiyah, sambil mencari mata-mata pasukan
Muslimiin atau kaum Dzimmi. [3] Dia memacu kudanya diiringi oleh 2.200 pasukan berkuda, menyusuri jalan ke
arah hutan Dibaj. [4] Di
malam yang gelap itu, dia terkejut oleh pasukan berkuda yang datang dengan ketakutan.
Dia bertanya, “Ada apa?.”
In syaa Allah bersambung
[1] لَيْسَ
لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ [آل عمران/128]. Artinya: Sejak
dulu kau bukan penguasa perkara sedikitpun. La sebelum laka diartikan penguasa karena tamlik. Syai di sini diartikan sedikitpun.
[4] Dibaj artinya sutra. Hutan itu pernah dilewati putri
dan menantu Hiraqla bernama Raja Tuma dengan berbusana sutra dibaj gemerlapan,
sehingga hutan itu dinamakan Hutan Dibaj (Marjuddibaj).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar