Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2016/11/27

PS 159: Pembebasan Syam




Yuqana berkata, “Demi Allah, saya malu pada kalian, karena kemenangan yang kita dapatkan bukan karena siasat saya sepenuhnya. Saya akan pergi ke negeri Anthakiyah, dengan berharap semoga Allah memberi saya Pertolongan mengalahkan mereka.” 
Yuqana telah mendapat dukungan 200 pasukan dari keluaga besarnya yang barusan Islam. Dia perintah agar 200 pasukannya, mengajak keluarga mereka yang telah Islam, untuk berjihad menuju negeri Anthakiyah.
Ketika orang-orang telah berdatangan banyak, Yuqana menyuruh mereka agar bersiap-siap di tempat, selama empat hari. Empat orang dari mereka diajak berkuda untuk berpurak-purak lari dari kejaran bangsa Arab, melalui Jalan Charim (حارم). 
Sisanya dipesan agar menyusul empat hari kemudian, melalui Jalan Arnach (أرناح). Mereka juga dipesan untuk berkumpul di negeri Anthakiyah.
Dia dan empat orangnya telah sampai wilayah Saman (سمعان) dekat pantai. 
Beberapa pasukan keamanan di sana, berjaga ketat di sudut-sudut jalan. 
Yuqana dan rombongannya didekati dan ditanya oleh mereka. Dia menjawab, “Saya Yuqana Raja Chalab (Aleppo) yang lari dari serangan kaum Arab.” 
Komandan mereka menyuruh sejumlah pasukan, agar mengantar Yuqana berlima menuju Raja Hiraqla.
Yuqana sampai di Anthakiyah, ketika Raja Hiraqla sedang  shalat di dalam Biara Al-Fityan (الفتيان).
Mereka menunggu hingga Hiraqla menyelesaikan shalat. Lalu melaporkan mengenai Yuqana yang teraniaya oleh kaum Arab. “Yang mulia, Tuan Petrus di wilayah Saman, mengirim lelaki ini kemari. Dia mengaku sebagai raja negeri Chalab.”
Yuqana terkejut oleh sapaan, “Hai Yuqana, ada laporan kau telah mengikuti agama kaum Arab?” Raja Hiraqla yang merajai raja-raja Syam.
Dia menjawab, “Memang ada yang melaporkan begitu, namun sebetulnya saya hanya bermakar agar bisa kabur dari mereka yang jahat dan menjijikkan. Saya mengatakan pada mereka ‘negeri Izaz akan saya serahkan pada kalian, dan rajanya akan saya bunuh. Saya minta 100 pasukan Arab untuk saya bawa ke kerajaan Izaz. Saya minta agar 1.000 pasukan Arab menyusul saya ke kerajaan Izaz, dengan tujuan mereka akan saya tangkap, jika telah masuk ke dalam benteng. Selanjutnya mereka akan saya kirim pada baginda. Namun Raja Daris salah paham karena tidak tahu makar yang saya rencanakan. Dia justru lebih percaya pada ucapan mata-matanya daripada ucapan saya. Saya dan pasukan yang saya bawa, ditangkap dan dipenjarakan. Pasukan Arab berjumlah 1.000 datang untuk menyerang kerajaan Izaz. Daris dibunuh oleh putranya bernama Luqa. Tak lama kemudian kerajaan Izaz diserbu oleh 1.000 pasukan Arab itu. Kami berlima lari kemari ketika peperangan sedang berkecamuk. Kalau tidak cinta agama, saya tidak mungkin membunuh adik saya sendiri bernama Yuchana, dan tak mungkin melawan pasukan Arab hingga setahun penuh.”
Beberapa Bathriq dan raja bawahan Hiraqla yang di situ, membenarkan laporan Yuqana: “Yang mulia, Yuqana benar. Baginda akan tahu bahwa dia pejuang hebat dan sangat cerdas.” 
Hiraqla tersenyum, lalu melepaskan baju kebesarannya, diberikan pada Yuqana. Gelang dan sabuknya juga dilepas untuk diberikan. 
Para tokoh besar itu mengamati Hiraqla berkata, “Jika kerajaanmu di Chalab (Aleppo) telah direbut oleh mereka, kau saya beri kerajaan Anthakiyah” pada Yuqana. 
Beberapa aturan dijelaskan sebelum Yuqana menjadi raja Anthakiyah.

Mereka terkejut oleh datangnya penguasa wilayah Jisrul-Chadid (جسر الحديد) (Jembatan Besi), kepercayaan Hiraqla. Dia melaporkan pada Hiraqla bahwa 200 Bathriq dari keluarga Yuqana datang dari Chalab, membawa laporan bahwa mereka lari dari serangan Kaum Arab
Pada Yuqana, Hiraqla perintah, “Datang dan ceklah mereka! Kalau betul mereka kerabatmu, maka sambut dan ajaklah bergabung padamu! Namun jika mereka bukan kerabatmu, saya yang akan menghdapi untuk memberi keputusan mereka. Kamu jangan mengikuti agama mereka seperti penduduk Sijar (سيجر), Chamah (حماة), Rastan (الرستن), Jausiyah (جوسية), Balabak (بعلبك), Dimasyqa (دمشق) dan Chauran (حوران)!.” [2]
Yuqana menyanggupi, “Ya, akan segera hamba laksanakan!.” 

Lalu mengendarai kudanya, diiringi sejumlah pasukan, raja-raja dan pejabat tinggi. 
Setelah sampai Jisrul-Chadid, Yuqana perintah sejumlah pasukan agar mendatangkan 200 tamu dari Chalab.
Yuqana berbusana mewah, mengucapkan selamat atas kedatangan 200 tamu dari keluarganya. 
Para tamu dari kerabatnya terperanjat saat menyaksikan Yuqana mengenakan busana Raja Hiraqla. Mereka turun dari kuda dan mencium kendaraan Yuqana. 
Yuqana bertanya, “Bagaimana mungkin kalian bisa lolos dari serangan kaum Arab?.” 
Mereka berkata, “Yang mulia, kami telah bergabung pada pimpinan mereka untuk menyerbu penduduk Manbaj dan Buzaah. Setelah menang, kami kembali ke Chalab, tetapi mampir ke Izaz. Ternyata Izaz sudah direbut oleh pasukan Muslimiin, di bawah pimpinan Malik. Di waktu malam, kami melarikan diri hingga akhirnya datang kemari.”

Laporan mereka didengarkan oleh para Pasukan Hiraqla yang mendampingi Yuqana. 

Setelah kembali menghadap Hiraqla, mereka melaporkan yang mereka dengar. Hiraqla perintah agar mereka mentaati Yuqana yang akan diberi rumah mewah di sisi istana Hiraqla.

Pada Hiraqla, Yuqana berkata, “Yang mulia tahu bahwa tempat mewah ini takkan abadi. Dulu Al-Masih AS menggambarkan:

‘Dunia ini seperti bangkai; pencarinya bagaikan sekelompok anjing memperebutkan’.

Ada riwayat menjelaskan bahwa:

'Al-Masih AS pernah melihat burung indah berhias segala yang indah. Bulunya dicabuti hingga menjadi sangat jelek'. Dia AS bertanya ‘siapa kau?’ Burung jelek menjawab ‘saya dunia yang dari luar tampak indah, namun sungguh jelek, jika busananya telah dibuka’. 
Saya berbicara begini agar yang mulia tahu bahwa, saya mendapat anugrah ini pasti akan ada yang dengki. Karena orang yang mendapat anugrah, pasti didengki oleh lainnya. Terus terang saya khawatir jika ada orang dengki, memfitnah saya di hadirat yang mulia. Saya berpandangan jika nantinya yang mulia akan menyingkirkan saya, lebih baik anugrah ini diberikan pada selain saya saja. Saya menjadi pasukan yang mulia sudah cukup senang." Lalu Yuqana menangis.
Hiraqla berkata, “Ya Yuqana, mengenai anugrah ini, hanya akan saya berikan padamu. Ini sudah menjadi keputusan. Orang yang akan memfitnah kau, akan kuserahkan padamu, agar kau sendiri yang menindak.” 
Yuqana mengucapkan terimakasih pada Hiraqla. Lalu berpamitan untuk mendatangi rumah mewah dan taman yang dianugrahkan padanya.

Tiba-tiba sekelompok utusan dari putri Hiraqla bernama Zaitunah (زيتونة), yang bertempat di Marasy (مرعش), datang dengan berkuda. 
Pada Hiraqla, mereka berkata, “Yang mulia, Tuan Putri takut serangan pasukan Arab. Beliau akan datang kemari agar mendapat perlindungan dari yang mulia. Beliau minta pasukan untuk mengawal menuju kemari.” 
Hiraqla berkata, “Yang berwenang memutuskan ini Yuqana.” 
Yuqana mencium tanah (bersujud), depan Hiraqla, dan berkata, “Hamba akan membereskan tugas ini.” 


Pada Yuqana, Hiraqla memberikan 1.200 pasukan berkuda berbusana sutra Dibaj mewah. Pasukan yang dibawa ditambah menjadi 2.200 pasukan berkuda. Mereka membawa Salib emas yang empat sisinya diberi mutiara gemerlapan. 
Yuqana memacu kuda agar kecepatan larinya maksimal, agar segera sampai Marasy, untuk menjemput Putri Hiraqla termuda.

Putri ini diberi wilayah Marasy oleh Hiraqla, dan dinikahkan dengan Banu Sathir bin Charits  (بنو سطير بن حارس), yang di kalangan prajurit dan masyarakat luas, disebut ‘Pedang Nashrani’ karena sangat pemberani. Hanya Banu Sathir telah tewas di dalam Perang Yarmuk, setelah dilanda luka-luka berat.
Yuqana membawa Putri Zaitunah melewati wilayah Al-Jadatul-Uzhma (الجادةالعظمى) menuju Anthakiyah, sambil mencari mata-mata pasukan Muslimiin atau kaum Dzimmi. [3] Dia memacu kudanya diiringi oleh 2.200 pasukan berkuda, menyusuri jalan ke arah hutan Dibaj. [4] Di malam yang gelap itu, dia terkejut oleh pasukan berkuda yang datang dengan ketakutan. Dia bertanya, “Ada apa?.” 






[1]  لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ [آل عمران/128]. Artinya: Sejak dulu kau bukan penguasa perkara sedikitpun. La sebelum laka diartikan penguasa karena tamlik. Syai di sini diartikan sedikitpun.
[2] Penduduk beberapa negeri yang disebut oleh Hiraqla ini, telah banyak yang Islam.
[3] Kaum Dzimmi adalah taklukan kaum Muslimmiin.
[4] Dibaj artinya sutra. Hutan itu pernah dilewati putri dan menantu Hiraqla bernama Raja Tuma dengan berbusana sutra dibaj gemerlapan, sehingga hutan itu dinamakan Hutan Dibaj (Marjuddibaj).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar