Lawan mendekat dan duduk di
depan Yuqana, untuk berkata, “Paman, saya berniat melepaskan kau dan semua pasukan kau. Saya telah mementingkan kau mengalahkan keluaga, ayah saya, dan tahta yang akan saya waris. Mestinya kau sadar bahwa melakukan demikian ini, merupakan pengorbanan yang berat, walau
saya sadar bahwa agama Islam ini benar. Kau akan saya lepas dengan
syarat, menikahkan saya dengan putri kau. Maskawinnya, 'kau dan pasukan kau,
saya lepaskan dengan cuma-cuma'. Mestinya kau dan mereka ini menjadi
budakku.”
Yuqana
bergetar menyaksikan Lawan bersyahadat, “Asyhadu
an laa Ilaaha illaa Allah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulu Allah,” Lalu
melepaskan dan memberi pedang pada Lawan.
Lalu melepaskan dan memberi pedang pada semua pasukannya.
Lalu melepaskan dan memberi pedang pada semua pasukannya.
Pada
mereka, Lawan berkata, “Waspadalah! Saya yang akan membunuh ayah saya yang
sedang mabuk. Kalian agar melakukan amalan yang membuat Allah ridha, agar
mendapat barakah.”
Dengan
bahagia, Yuqana berkata, “Saksikan bahwa saya menikahkan Lawan dengan putriku,
dengan maskawin berbentuk 'kita semua dilepas, dan dimerdekakan’ dari
perbudakan” pada pasukannya.
Lawan terperangah lalu berkata, “Saya menyetujui pernikahan saya dan putri Paman Yuqana, “ Lalu bergerak cepat memasuki rumah ayahnya. Lawan terkejut melihat ayahnya tewas berlumuran darah, di tengah kerumunan para saudara Lawan dari lain ibu.
Lawan terperangah lalu berkata, “Saya menyetujui pernikahan saya dan putri Paman Yuqana, “ Lalu bergerak cepat memasuki rumah ayahnya. Lawan terkejut melihat ayahnya tewas berlumuran darah, di tengah kerumunan para saudara Lawan dari lain ibu.
Lawan bertanya, “Siapa yang
membunuh ayah?.”
Para saudaranya menjawab,
“Kami.”
Lawan bertanya, “Kenapa?.”
Jawaban mereka, “Mencari
Perhatian Allah. Kami mendengar kau bercakap-cakap dengan Yuqana dan
pasukannya. Kami takut ayah tahu rencana 'kau akan membunuh' dia, dan kau akan
dikalahkan. Mumpung kau belum dibunuh, beliau kami bunuh” mengejutkan.
Dengan bahagia, Lawan bergegas
mendatangi Yuqana dan pasukannya, untuk melaporakan bahwa ayahnya telah
tewas.
Yuqana dan pasukannya berbahagia, dan keluar menuju petengahan benteng, sambil memekikkan tahlil, takbir, dan shalawat, atas nabi SAW.
Yuqana dan pasukannya berbahagia, dan keluar menuju petengahan benteng, sambil memekikkan tahlil, takbir, dan shalawat, atas nabi SAW.
Pasukan
Izaz terkejut
dan berteriak, untuk menghadapi serangan pasukan Yuqana. Lonceng Gereja
dipukul sekeras-kerasnya, pertanda bahaya. Saat itulah Thariq dan kemenakan
Malik, berada di bibir jurang dekat benteng kerajaan.
Thariq
dan kemenakan Malik bergegas mendatangi Malik, untuk melaporkan keadaan. Pada pasukannya, Malik perintah, "Ayo membantu
saudara kita!.”
Pasukan
Malik bergegas mengendarai kuda, berlari menuju benteng
Izaz. Yang ditinggalkan untuk menjaga
500 tawanan, pasukan berjumlah 100 orang.
Lawan
menyaksikan pasukan Muslimiin, di bawah pimpinan Malik, berdatangan,
berkendaraan kuda. Pintu gerbang dibukakan, dan mereka memasuki benteng.
Malik
dan Pasukannya berteriak, “Allahu akbar! Allah akan menolong kami, menghinakan
kaum Kufar!.”
Pasukan negeri
Izaz melemparkan
tombak dan pedang ke tanah, sebagai tanda menyerah. Mereka berkata, “Ampun!
Selamatkan kami!” berkali-kali. Mereka ditangkap dan ditawan.
Malik dan Pasukannya mengucapkan
syukur pada Yuqana
dan Pasukannya.
Yuqana berkisah mengenai jasa Lawan, melepaskan Yuqana dan 100 pasukannya. Dan bahwa 'para saudara Lawan' yang membunuh Raja Daris.
Yuqana berkisah mengenai jasa Lawan, melepaskan Yuqana dan 100 pasukannya. Dan bahwa 'para saudara Lawan' yang membunuh Raja Daris.
Malik terperangah dan berkata,
“Jika Allah meneghendaki sesuatu, maka membuatkan jalan.”
Tanya-jawab
ayah Jubair dan Abu Lubabah bin Al-Mundzir (أبو لبابة بن المنذر)
veteran Perang Futuchussyam, mengenai Raja Daris Gugur:
“Bagaimana
kisah sebenarnya mengenai
penaklukan negeri Izaz, dan terbunuhnya Raja Daris? Saya masih ragu-ragu dengan kebenaran
kisah itu, dan ingin mendengar kisah yang benar?.”
“Ketika
Penaklukan Kerajaan
Izaz telah
selesai, Malik mengumpulkan tawanan, rampasan perang: busana, emas, perak,
wadah-wadah antik, dan lain-lain. Semua dikelurkan dari benteng. Yang memimpin
mengurusi itu semua, Qais bin Saed, yang saat itu matanya luka oleh anak panah,
dalam peperangan itu juga.
Malik
memasuki benteng, mencari Daris di istana, ternyata telah tewas. Malik
terperangah dan bertanya ‘siapa yang telah membunuh orang laknat ini?’ Lawan
menjawab ‘kakak saya bernama Luqa (لوقا)’.
Malik
perintah agar Luqa didatangkan untuk ditanya ‘kenapa kau membunuh ayahmu
sendiri? Kami baru tahu bahwa ada orang Romawi yang tega membunuh ayahnya
sendiri?’.
Luqa
menjawab ‘saya membunuh dia karena cinta agama kalian. Di dalam benteng ini ada
biara yang dihuni oleh seorang alim. Kami sering membaca Injil di hadapan dia
yang sering mengajar kami mengenai seluk-beluk negeri Romawi. Saya dengan dia
yang bernama Abul-Mundzir, pernah berduaan di dalam biara. Kepadanya, saya
bertanya ‘kenapa negeri-negeri Syam bisa direbut oleh kaum Arab? Dan kenapa
pasukan raja besar Romawi ditaklukkan? Padahal setahu kami, kaum Arab, kaum yang sangat lemah? Itu berarti Allah yang menolong
mereka, kan? Apa kau pernah membaca kitab-kitab Romawi atau Yunani yang
menjelaskan tentang itu?’.
Abul-Mundzir
berkata ‘Nak, betul! Saya pernah membaca’. Bahkan Raja Hiraqla pernah berkata, sebelum terjadinya ini semua: ‘Kaum Arab pasti akan merebut tahta yang saya duduki ini’. di hadapan para raja, uskup, bathriq, dan para pejabat tinggilainnya. Saya juga mendengar khabar nabi mereka SAW pernah bersabda ‘bumi pernah diperkecil untukku, hingga saya bisa melihat Timur dan Baratnya. Dan kerajaan umatku akan melebar ke wilayah yang telah dilipatkan untukku’.
Pada
Abul-Mundzir, saya bertanya, ‘menurut kau? Nabi kaum itu benar atau
palsu?’ Dia menjawab ‘Nak, di dalam kitab kita tertulis, bahwa Allah Taala akan
mengutus seorang yang berada dari Chijaz (Makkah) sebagai nabi. Isa bin Maryam AS juga pernah memberitakan pada kita tentang itu. Saya tidak tahu tentang
pertanyaan yang ini, dia nabi atau bukan’.
Saya
tahu bahwa Abul-Mundzir merahasiakan tentang
kenabian karena khawatir saya melaporkan dia.
Ketika saya melihat Yuqana dan pasukannya tertawan, saya berkata ‘Yuqana yang telah membunuh adiknya bernama Yuchana dan telah memerangi kaum Arab saja telah masuk Islam. Tentunya karena dia tahu bahwa Islam agama yang benar’. Saya juga berkata di dalam hati ‘bunuhlah ayahmu! Untuk menyelamatkan Yuqana dan pasukannya! Ikutilah agama mereka yang pasti benar!’.
Ketika saya melihat Yuqana dan pasukannya tertawan, saya berkata ‘Yuqana yang telah membunuh adiknya bernama Yuchana dan telah memerangi kaum Arab saja telah masuk Islam. Tentunya karena dia tahu bahwa Islam agama yang benar’. Saya juga berkata di dalam hati ‘bunuhlah ayahmu! Untuk menyelamatkan Yuqana dan pasukannya! Ikutilah agama mereka yang pasti benar!’.
Ketika
ayah saya mabuk dan tidur pulas, saya datang untuk membunuh, untuk
menyelamatkan Yuqana dan pasukannya. Ternyata Yuqana dan pasukannya telah dilepaskan
oleh Lawan, adik saya.
Pada
Lawan, Malik bertanya, ‘kenapa kau berbuat begitu?’.
Lawan menjawab ‘karena cinta agama kalian. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah, dan sungguh Muhammad SAW Utusan Allah’.
Lawan menjawab ‘karena cinta agama kalian. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah, dan sungguh Muhammad SAW Utusan Allah’.
Malik
berdoa ‘semoga Allah menerima amalanmu dan memberi kau Taufiq’.
Lalu
keluar dari benteng dan menunjuk Said bin Amer, agar mengatur 100
pasukan Yuqana, untuk mengurusi
dan memerintah kerajaan Izaz.
Raja
Rawandat dan pasukannya yang diikat dihadirkan, untuk diperintah memasuki
Islam.
Namun
mereka menolak. Tak lama kemudian mereka tewas oleh Siksaan Tuhan, melalui
pedang yang ditebaskan oleh kaum Muslimiin atas leher mereka.”
In syaa Allah bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar