Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2016/11/27

PS 157: Pembebasan Syam






Lawan mendekat dan duduk di depan Yuqana, untuk berkata, “Paman, saya berniat melepaskan kau dan semua pasukan kau. Saya telah mementingkan kau mengalahkan keluaga, ayah saya, dan tahta yang akan saya waris. Mestinya kau sadar bahwa melakukan demikian ini, merupakan pengorbanan yang berat, walau saya sadar bahwa agama Islam ini benar. Kau akan saya lepas dengan syarat, menikahkan saya dengan putri kau. Maskawinnya, 'kau dan pasukan kau, saya lepaskan dengan cuma-cuma'. Mestinya kau dan mereka ini menjadi budakku.” 
Yuqana bergetar menyaksikan Lawan bersyahadat, “Asyhadu an laa Ilaaha illaa Allah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulu Allah,” Lalu melepaskan dan memberi pedang pada Lawan.
Lalu melepaskan dan memberi pedang pada semua pasukannya. 
Pada mereka, Lawan berkata, “Waspadalah! Saya yang akan membunuh ayah saya yang sedang mabuk. Kalian agar melakukan amalan yang membuat Allah ridha, agar mendapat barakah.” 
Dengan bahagia, Yuqana berkata, “Saksikan bahwa saya menikahkan Lawan dengan putriku, dengan maskawin berbentuk 'kita semua dilepas, dan dimerdekakan’ dari perbudakan” pada pasukannya.
Lawan terperangah lalu berkata, “Saya menyetujui pernikahan saya dan putri Paman Yuqana, “ Lalu bergerak cepat memasuki rumah ayahnya. Lawan terkejut melihat ayahnya tewas berlumuran darah, di tengah kerumunan para saudara Lawan dari lain ibu. 
Lawan bertanya, “Siapa yang membunuh ayah?.” 
Para saudaranya menjawab, “Kami.” 
Lawan bertanya, “Kenapa?.” 
Jawaban mereka, “Mencari Perhatian Allah. Kami mendengar kau bercakap-cakap dengan Yuqana dan pasukannya. Kami takut ayah tahu rencana 'kau akan membunuh' dia, dan kau akan dikalahkan. Mumpung kau belum dibunuh, beliau kami bunuh” mengejutkan.

Dengan bahagia, Lawan bergegas mendatangi Yuqana dan pasukannya, untuk melaporakan bahwa ayahnya telah tewas.
Yuqana dan pasukannya berbahagia, dan keluar menuju petengahan benteng, sambil memekikkan tahlil, takbir, dan shalawat, atas nabi SAW
Pasukan Izaz terkejut dan berteriak, untuk menghadapi serangan pasukan Yuqana. Lonceng Gereja dipukul sekeras-kerasnya, pertanda bahaya. Saat itulah Thariq dan kemenakan Malik, berada di bibir jurang dekat benteng kerajaan.

Thariq dan kemenakan Malik bergegas mendatangi Malik, untuk melaporkan keadaan. Pada pasukannya, Malik perintah, "Ayo membantu saudara kita!.” 
Pasukan Malik bergegas mengendarai kuda, berlari menuju benteng Izaz. Yang ditinggalkan untuk menjaga 500 tawanan, pasukan berjumlah 100 orang.

Pada Lawan, Yuqana berkata, “Sungguh pasukan Muslimiin akan datang, membantu kita.” 
Lawan menyaksikan pasukan Muslimiin, di bawah pimpinan Malik, berdatangan, berkendaraan kuda. Pintu gerbang dibukakan, dan mereka memasuki benteng. 
Malik dan Pasukannya berteriak, “Allahu akbar! Allah akan menolong kami, menghinakan kaum Kufar!.” 
Pasukan negeri Izaz melemparkan tombak dan pedang ke tanah, sebagai tanda menyerah. Mereka berkata, “Ampun! Selamatkan kami!” berkali-kali. Mereka ditangkap dan ditawan. 
Malik dan Pasukannya mengucapkan syukur pada Yuqana dan Pasukannya.
Yuqana berkisah mengenai jasa Lawan, melepaskan Yuqana dan 100 pasukannya. Dan bahwa 'para saudara Lawan' yang membunuh Raja Daris. 
Malik terperangah dan berkata, “Jika Allah meneghendaki sesuatu, maka membuatkan jalan.”

Tanya-jawab ayah Jubair dan Abu Lubabah bin Al-Mundzir (أبو لبابة بن المنذر) veteran Perang Futuchussyam, mengenai Raja Daris Gugur:
“Bagaimana kisah sebenarnya mengenai penaklukan negeri Izaz, dan terbunuhnya Raja Daris? Saya masih ragu-ragu dengan kebenaran kisah itu, dan ingin mendengar kisah yang benar?.”
“Ketika Penaklukan Kerajaan Izaz telah selesai, Malik mengumpulkan tawanan, rampasan perang: busana, emas, perak, wadah-wadah antik, dan lain-lain. Semua dikelurkan dari benteng. Yang memimpin mengurusi itu semua, Qais bin Saed, yang saat itu matanya luka oleh anak panah, dalam peperangan itu juga.  
Malik memasuki benteng, mencari Daris di istana, ternyata telah tewas. Malik terperangah dan bertanya ‘siapa yang telah membunuh orang laknat ini?’ Lawan menjawab ‘kakak saya bernama Luqa (لوقا)’. 
Malik perintah agar Luqa didatangkan untuk ditanya ‘kenapa kau membunuh ayahmu sendiri? Kami baru tahu bahwa ada orang Romawi yang tega membunuh ayahnya sendiri?’. 
Luqa menjawab ‘saya membunuh dia karena cinta agama kalian. Di dalam benteng ini ada biara yang dihuni oleh seorang alim. Kami sering membaca Injil di hadapan dia yang sering mengajar kami mengenai seluk-beluk negeri Romawi. Saya dengan dia yang bernama Abul-Mundzir, pernah berduaan di dalam biara. Kepadanya, saya bertanya ‘kenapa negeri-negeri Syam bisa direbut oleh kaum Arab? Dan kenapa pasukan raja besar Romawi ditaklukkan? Padahal setahu kami, kaum Arab, kaum yang sangat lemah? Itu berarti Allah yang menolong mereka, kan? Apa kau pernah membaca kitab-kitab Romawi atau Yunani yang menjelaskan tentang itu?’.
Pada Abul-Mundzir, saya bertanya, ‘menurut kau? Nabi kaum itu benar atau palsu?’ Dia menjawab ‘Nak, di dalam kitab kita tertulis, bahwa Allah Taala akan mengutus seorang yang berada dari Chijaz (Makkah) sebagai nabi. Isa bin Maryam AS juga pernah memberitakan pada kita tentang itu. Saya tidak tahu tentang pertanyaan yang ini, dia nabi atau bukan’.
Saya tahu bahwa Abul-Mundzir merahasiakan tentang kenabian karena khawatir saya melaporkan dia.
Ketika saya melihat 
Yuqana dan pasukannya tertawan, saya berkata ‘Yuqana yang telah membunuh adiknya bernama Yuchana dan telah memerangi kaum Arab saja telah masuk Islam. Tentunya karena dia tahu bahwa Islam agama yang benar’. Saya juga berkata di dalam hati ‘bunuhlah ayahmu! Untuk menyelamatkan Yuqana dan pasukannya! Ikutilah agama mereka yang pasti benar!’.
Ketika ayah saya mabuk dan tidur pulas, saya datang untuk membunuh, untuk menyelamatkan Yuqana dan pasukannya. Ternyata Yuqana dan pasukannya telah dilepaskan oleh Lawan, adik saya. 
Pada Lawan, Malik bertanya, ‘kenapa kau berbuat begitu?’.
Lawan menjawab ‘karena cinta agama kalian. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah, dan sungguh Muhammad SAW Utusan Allah’.
Malik berdoa ‘semoga Allah menerima amalanmu dan memberi kau Taufiq’. 
Lalu keluar dari benteng dan menunjuk Said bin Amer, agar mengatur 100 pasukan Yuqana, untuk mengurusi dan memerintah kerajaan Izaz. 
Raja Rawandat dan pasukannya yang diikat dihadirkan, untuk diperintah memasuki Islam.
Namun mereka menolak. Tak lama kemudian mereka tewas oleh Siksaan Tuhan, melalui pedang yang ditebaskan oleh kaum Muslimiin atas leher mereka.”



In syaa Allah bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar