Pasukan Muslimiin terperangah, saat menyaksikan kaum Muslimaat mengamuk mati-matian dengan
senjata. Pada kawannya, seorang Muslim berkata, “Kita lah yang lebih
berkewajiban memerangi lawan.”
Khaulah bintil Azwar melawan lelaki yang menyerang seorang
Muslim. Kepala Khaulah ditebas dengan pedang, namun hanya sanggulnya yang
putus. Kepalanya tergores karena menghindar cepat. Darahnya bercucuran.
Dia sempoyongan dan rebah ke tanah.
Afirah binti Affan menebaskan pedangnya pada lelaki yang melukai
Khaulah.
Dan berteriak, “Demi
Allah lelaki ini telah membuat marah Dhirar! Karena melukai saudara
perempuannya!.”
Lelaki itu roboh dan tewas bersimbah darah.
Khaulah menjawab, “In syaa Allah nggak apa-apa.
Hanya karena lukanya berat. Tolong panggilkan Dhirar.”
Afirah menjawab, “Saya tidak tahu orangnya di mana.”
Saat itu, perang sedang berkobar-kobar mengerikan. Khaulah
berdoa, “Ya Allah!
Jadikan saya sebagai pengganti saudara lelaki saya! Jangan Kau matikan dia,
agar Islam tidak kehilangan dia.” Lalu berusaha berdiri, namun tidak mampu.
Karena lukanya parah. Beberapa wanita menggendong dia menuju tempat yang aman.
Ketika malam tiba, Khaulah telah lincah
lagi, bahkan bisa mengeluarkan minuman untuk sejumlah Muslimiin. Dhirar, saudaranya, memandangi kepalanya yang
telah membaik, dengan takjub. “Kepalamu terkena apa?,” tanyanya.
Khaulah menjawab, “Dipedang oleh orang, tapi dia telah dibunuh
oleh Afirah.”
Dhirar menghibur, “Saudariku! Berbahagialah dengan surga! Lukamu telah saya balaskan berkali-kali! Banyak sekali musuh yang telah saya
bunuh.”
Perang yang berkecamuk sejak pagi itu, makin lama makin berat, karena musuh melaut dan ‘ganas’ sekali. Semua
pasukan berperang, sibuk sekali. Bahkan Abu Ubaidah dan para pimpinan lainnya,
sama sibuk berperang dengan garang, hingga petang. Perang dihentikan setelah
pasukan Romawi yang tewas berserakan berjumlah 40.000 lebih.
Karena pedang pasukan Romawi banyak yang kuat, 9 pedang Khalid
patah oleh benturan keras, berkali-kali. Khalid memilih 100 lelaki pemberani
dari Jaisuz-Zachf (pasukan pengobrak-abrik), untuk
mendampingi menyerang.
Busana pasukan Romawi bagian tengah, sutra Dibaj dan Charir,
berkuda putih, dan kelabu. Di tengah mereka, ada Salib dari jauhari
gemerlapan, dibawa lari cepat ‘untuk menyerang’. Diikuti oleh
arak-arakan pasukan. Hingga pasukan
Muslimiin mundur ke belakang.
Pasukan sayap kanan Romawi, melancarkan serangan, hingga pasukan sayap kiri Muslimiin ‘terdesak
mundur’.
Pasukan sayap kiri Romawi meningkatkan serangan
lebih ganas, hingga pasukan
sayap kanan Muslimiin, ‘mundur’ terdesak jauh.
Para Muslimaat menampar pipi dan berteriak, “Takutlah Allah!
Jangan mundur! Takutlah Tuhan kalian!.”
Penghibur sekaligus pemberi semangat pasukan Muslimiin adalah Najmu bin Mufrich (نجم
بن مفرح). Dia pandai menyusun kalimat indah, dan sangat pemberani. Di tengah peperangan,
dia melantunkan syair dengan nada tinggi:
Hai semuanya
Ini hari kemenangan yang tak ada bandingan
setelahnya
Kalian telah makin mendekatinya
Surga takkan teraih kecuali dengan
Kegigihan dan perjuangan yang memberatkan
Demi Allah surga takkan diraih oleh orang yang
benci perjuangan
Ada surga di atas beberapa langit
Yang tak mungkin dimiliki oleh yang
berjuangnya pelit
Di atasnya surga-surga tempat para syuhada
Oleh itu buatlah ridha
Yang Maha Tahu barang ghoib dan shahada
Kini jihad telah berkobar
Kemunafikan akan segera bubar
Kita pengikut nabi akhir zaman
Jangan jauhi pertolongan
Gembirakanlah ruh Al-Mushthafa
Dengan cara tabah di medan laga
Kokohkan tekat
Sucikan niat
Jangan lari ke belakang
Karena berakibat masuk neraka yang garang
Dan dimurkai oleh yang Maha Menang
Demi yang telah menulis segala Qodar
Dan membuat Falak berputar
Segala sesuatu di SisiNya telah ditentukan
Para bidadari bermata indah telah besolek
untuk menyambut kalian
Membawa teko dan gelas berisi air
Dari mata air
Yang serius mencari perumahan abadi
Takkan peduli pada yang terjadi
Serbulah mereka dengan sungguhan
Agar berhasil menggapai harapan
Tusuklah dada agar
Diganjar bidadari yang bergebyar
Tusukkanlah senjata
Sebagai syarat masuk surga
Berbusanalah kesemangatan
Agar mendapat ganjaran
Beramallah untuk menggembirakan kaum iman
Jangan justru tersesat
Agar tak masuk Jahannam yang dahsyat
Bersama kaum kafir yang bejat
Selisihi keyakina mereka! Ikuti orang-orang
yang telah lewat
Dan dengarkanlah ayat yang hebat
وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ
مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا
وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Ayo menyerbu jangan ragu
Berjihadlah agar beruntung seperti para Mujahidiin
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Berkat syair Najmu, pasukan Muslimiin maju ke depan, untuk menyerang dengan garang. [1]
In syaa Allah bersambung.
[1] Perang
Yarmuk Bulan Rajab tahun 15
Hijriah.
Ponpes Mulya Abadi Mulungan Mlati Sleman Yogyakarta Indonesia
Ponpes Mulya Abadi Mulungan Mlati Sleman Yogyakarta Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar