Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2015/06/29

Cerita Islami: Hamil 6 Bulan




Dalam kitab berjumlah beberapa jilid, bernama Kanzul-‘Ummal, dinukil Hadits dari Qatadah dari Abi Harb, dari Ayahnya bernama Abul-Aswad Addauli:
“Wanita melahirkan kandungan berusia 6 bulan, dilaporkan padaUmar RA. Umar hampir merajam wanita tersebut.
Beruntung, saudara perempuannya datang untuk laporan pada Ali RA ‘sungguh Umar akan merajam saudara perempuan saya’. Saya mohon dengan bersumpah pada Allah, jika tuan mempunyai jawaban pembelaan, katakan pada saya.
Ketika Ali menjawab ‘dia bisa dibela’; wanita itu bertakbir keras (karena bahagia), hingga Umar dan orang di sisinya mendengar.
Dia datang untuk berkata pada Umar ‘sungguh Ali RA menyatakan saudara perempuan saya bisa dibela’.
Ali dipanggi dan ditanya oleh Umar ‘bagaimana pembelaan untuk wanita melahirkan tersebut?’.
Ali berkata ‘sungguh Allah ‘azzawajalla berfirman, 'para wanita menyusui 2 tahun, pada bayi mereka’. [Qs Al-Baqarah 233]. Dalam Ayat, lain berfirmanhamil dan menyapihnya 30 bulan. [Qs Al-Achqaf 15]. Berarti hamil bisa hanya 6 bulan; menyusui 24 bulan’.
Wanita yang akan dirajam, dibebaskan oleh Umar RA.
Abul-Aswad berkata ‘ternyata bayi berikutnya juga 6 bulan, lahir’.” [1]

Ikuti Cerita Islami berikutnya


Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia


[1] كنز العمال (6/ 205)
15363- عن قتادة عن أبي حرب بن الأسود الدؤلي عن أبيه، قال: "رفع إلى عمر امرأة ولدت لستة أشهر فأراد عمر أن يرجمها فجاءت أختها إلى علي بن أبي طالب فقالت: إن عمر يرجم أختي فأنشدك الله إن كنت تعلم أن لها عذرا لما أخبرتني به فقال علي: إن لها عذرا فكبرت تكبيرة سمعها عمر ومن عنده، فانطلقت إلى عمر فقالت: إن عليا زعم أن لأختي عذرا، فأرسل عمر إلى علي ما عذرها؟ قال: إن الله عز وجل يقول: {وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ} ، فقال {وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاثُونَ شَهْراً} فالحمل ستة أشهر والفصل أربعة وعشرون شهرا فخلى عمر سبيلها، قال: ثم إنها ولدت بعد ذلك لستة أشهر". "عب وعبد بن حميد وابن المنذر".:

2015/06/26

Cerita Islami : Syafaat Al-Qur’an dan Puasa



Cerita Islami

Abdullah bin Amer RA bercerita, nabi SAW bersabda, “Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafaat pada hamba. Puasa akan berkata ‘Tuhan hamba, sungguh hamba telah menghalang-halangi makan dan syahwat padanya, di siang hari. Maka berilah saya, hak memberi syafaat padanya’. Al-Qur’an akan berkata ‘Tuhan hamba, hamba telah menghalang-halangi dia dari tidur, di malam hari (dan seterusnya)’. Syafaat mereka berdua diterima.”

Berdasarkan persyaratan Muslim, Hadits ini shahih. Namun Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkan Hadits ini di dalam kitab mereka. [1]



[1] المستدرك على الصحيحين للحاكم (1/ 740)
2036 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعْدٍ الْحَافِظُ، أَخْبَرَنِي مُوسَى بْنُ عَبْدِ الْمُؤْمِنِ، ثنا هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي حُيَيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: رَبِّ إِنِّي مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَيُشَفَّعَانِ «.» هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ "

2015/06/24

Ustadz H Musthafa Luthfi


Ustadz H Musthafa Luthfi


Dulu Ustadz H Musthafa Luthfisuka memelihara kumis. Beliau murid KH Nurhasan Al-Ubaidah.  Oleh Ustadz H Hambali, beberapa tahun silam, beliau ditanya, “Saya dulu pernah mendengar Bapak menjelaskan ‘bila saudara Nabi Yusuf AS, marah’ mengerikan. Asal cerita itu dari mana?” 
Beliau menjawab, “Dari KH Nurhasan.”
Rujukan kisah yang dimaksud ‘Tafsir Arrazi’.
Murid KH Nurhasan yang memiliki kitab tersebut, Ustadz Abdul-Mannan Klaten:
Ibnu Abbas RA berkata, “Ketika Nabi Yusuf AS berkata ‘aku berlindung pada Allah, jika menangkap selain orang yang menyanding perkakas kami’, Yahudza marah. Konon bila dia marah dan membentak, wanita yang mendengar, gugur kandungannya. Bulu-bulu tubuh Yahudza, berdiri. Takkan reda sehingga sebagian keluarga Nabi Yaqub AS meletakkan tangan padanya.
Pada saudara-saudaranya, Yahudza berkata, “Tolong saya! Amuklah kaum di beberapa pasar Mesir! Saya yang akan menghadapi raja!.”
Pada putra kecilnya, Yusuf AS bersabda, “Sentuhlah dia!.”
Begitu disentuh, kemarahan Yahudza mereda. Ketika dia hampir membentak, Yusuf AS menjejak bumi, memegang dan menarik pakaiannya, hingga Yahudza jatuh. Kemarahannya hilang.
Saat itu, dia berkata, “Ya yang Mulia (dan seterusnya).”
Ketika harapan ditolong ‘putus’, mereka saling bertanya, dan berkata, “Sungguh ayah telah menyumpah kita, dengan Sumpah Berat Allah. Selain itu, kita disangka jelek, karena telah bersitegang dengan Yusuf AS. Lalu bagaimana ‘jalan keluar’ dari kesulitan ini?.” [1]


Ponpes Mulya Abadi Mulungan



 قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّه عَنْهُمَا: لَمَّا قَالَ يُوسُفُ عَلَيْهِ السَّلَامُ: مَعاذَ اللَّهِ أَنْ نَأْخُذَ إِلَّا مَنْ وَجَدْنا مَتاعَنا عِنْدَهُ [يوسف: 79] غضب يهوذا، وَكَانَ إِذَا غَضِبَ وَصَاحَ فَلَا تَسْمَعُ صَوْتَهُ حَامِلٌ إِلَّا وَضَعَتْ وَيَقُومُ شَعْرُهُ عَلَى جَسَدِهِ فَلَا يَسْكُنُ حَتَّى يَضَعَ بَعْضُ آلِ يَعْقُوبَ يَدَهُ عَلَيْهِ فَقَالَ لِبَعْضِ إِخْوَتِهِ اكْفُونِي أَسْوَاقَ أَهْلِ مِصْرَ وَأَنَا أَكْفِيكُمُ الْمَلِكَ فَقَالَ يُوسُفُ عَلَيْهِ السَّلَامُ لِابْنٍ صَغِيرٍ لَهُ مِسَّهُ فَمَسَّهُ فَذَهَبَ غَضَبُهُ وَهَمَّ أَنْ يَصِيحَ فَرَكَضَ يُوسُفُ عَلَيْهِ السَّلَامُ رِجْلَهُ عَلَى الْأَرْضِ وَأَخَذَ بِمَلَابِسِهِ وَجَذَبَهُ فَسَقَطَ فَعِنْدَهُ قَالَ يَا أَيُّهَا الْعَزِيزُ، فَلَمَّا أَيِسُوا مِنْ قَبُولِ الشَّفَاعَةِ تَذَاكَرُوا وَقَالُوا: إِنَّ أَبَانَا قَدْ أَخَذَ عَلَيْنَا مَوْثِقًا عَظِيمًا مِنَ اللَّه. وَأَيْضًا نَحْنُ مُتَّهَمُونَ بِوَاقِعَةِ يُوسُفَ فَكَيْفَ الْمَخْلَصُ مِنْ هَذِهِ الْوَرْطَةِ.

Dicipta di dalam Benteng Rapat




Sungguh Ahmad bin Hanbal pernah ditanya, “Bukti Allah Pencipta.”
Dia menjawab, “Di sini ada benteng halus sebagai pelindung sempurna. Tidak berpintu, tidak lobang. Dinding luarnya seperti perak ‘putih’; bagian dalamnya seperti emas murni. Suatu saat, tiba-tiba dinding terbelah, lalu keluar hewan yang mendengar dan melihat. Memiliki bentuk elok, dan bersuara nyaring. Yakni anak ayam ketika keluar dari ‘telur’.” [1]

Ponpes Mulya Abadi Mulungan



وَعَنِ الْإِمَامِ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ: هَاهُنَا حِصْنٌ حَصِينٌ أَمْلَسُ، لَيْسَ له باب وَلَا مَنْفَذٌ، ظَاهِرُهُ كَالْفِضَّةِ الْبَيْضَاءِ، وَبَاطِنُهُ كَالذَّهَبِ الْإِبْرِيزِ، فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذِ انْصَدَعَ جِدَارُهُ فَخَرَجَ مِنْهُ حَيَوَانٌ سَمِيعٌ بَصِيرٌ ذُو شَكْلٍ حَسَنٍ وَصَوْتٍ مَلِيحٍ، يَعْنِي بِذَلِكَ الْبَيْضَةَ إِذَا خَرَجَ مِنْهَا الدَّجَاجَةُ..

2015/06/23

Kalimat Doa Hari Jumat


Kalimat Doa yang Sebaiknya Dibaca di hari Jumat, yang diriwayatkan oleh Al-Khathib, yang ditulis di dalam kitab Kanzul-‘Ummal. Kitabtersebut telah disarahkan oleh Al-Munawi di dalam Faidhul-Qadiir, “Kalau sesuatu di antara timur dan barat, didoai dengan doa ini, di hari Jumat, niscaya ‘dikabulkan’ bagi orang yang berdoa:

Arabiknya:
Artinya:
Tiada Tuhan yang berhak disembah keculai Engkau, ya yang Maha Pengasih, yang Maha memberi Anugerah, ya Pencipta beberapa langit dan beberapa bumi. Ya Pemilik Keagungan dan Pemulia .............. [1]



Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia


10292 - لو دعي بهذا الدُّعَاءِ عَلَى شَيْءٍ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ فِي سَاعَةٍ مِنْ يَوْمِ الجُمُعَةِ لاسْتُجِيبَ لِصَاحِبِهِ: لاَ إله إِلاَّ أَنْتَ يَا حَنَّانُ يَا مَنَّانُ يَا بديع السموات والأرض يا ذا الجلال والإكرام
(خط) عن جابر.

[حكم الألباني]
 (موضوع) انظر حديث رقم: 4824 في ضعيف الجامع.

2015/06/22

Kata dari Bahasa Arab Artikel Menarik




Kalau ingin tahu makna, “Kata dari bahasa Arab,” dengan tepat, pelajarilah Kamus bahasa Arab. Dan kitab kamus mengenai itu yang unggul “Lisanul-Arab.” Di sana dijelaskan:
“(Istilah) Hakamu adalah Allah SubhanaHu wa Taala, yakni Lebih adilnya para hakim.” Dia juga disebut “Al-Hakiim SubhanaHu wa Taala” Yang berkuasa menghukumi.
Menurut Allaits, “Al-Hakam adalah Allah Taala.” Al-Azhari menjelaskan, “Termasuk Sifat-Sifat Allah:
1.     Al-Hakam.
2.     Al-Hakiim.
3.     Dan Al-Haakim.
Makna (tiga) Nama ini hampir sama. Allah lebih tahu mengenai yang dikehendaki. Kita berkewajiban iman bahwa itu semua Nama-NamaNya.
Ibnul-Atsir membahas Nama-Nama Allah Taala:
1.     Al-Hakam.
2.     Dan Al-Hakiim.
Duanya bermakna Maha Menghukumi, yakni penentu.
Hakiim, se-wazan (sebentuk) fa’iil bermakna faa’il. Atau bermakna, “Dia yang menentukan dan menepatkan segala sesuatu.
“Hakiim” fa’iil bermakna muf’il. Ada yang berkilah, “Al-Hakiim, bijaksana, yakni sangat pandai. Lafal “Hikmah” istilah untuk menjelaskan ‘kemampuan mengetahu rahasia sesuatu’, berkat ilmunya yang tinggi.” [1]




[1] لسان العرب (12/ 140)
حكم: اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَحْكَمُ الحاكمِينَ، وَهُوَ الحَكِيمُ لَهُ الحُكْمُ، سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى. قَالَ اللَّيْثُ: الحَكَمُ اللَّهُ تَعَالَى. الأَزهري: مِنْ صِفَاتِ اللَّهِ الحَكَمُ والحَكِيمُ والحاكِمُ، وَمَعَانِي هَذِهِ الأَسماء متقارِبة، وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا أَراد بِهَا، وَعَلَيْنَا الإِيمانُ بأَنها مِنْ أَسمائه. ابْنُ الأَثير: فِي أَسماء اللَّهِ تَعَالَى الحَكَمُ والحَكِيمُ وَهُمَا بِمَعْنَى الحاكِم، وَهُوَ الْقَاضِي، فَهو فعِيلٌ بِمَعْنَى فاعِلٍ، أَوْ هُوَ الَّذِي يُحْكِمُ الأَشياءَ وَيُتْقِنُهَا، فَهُوَ فَعِيلٌ بِمَعْنَى مُفْعِلٍ، وَقِيلَ: الحَكِيمُ ذُو الحِكمة، والحِكْمَةُ عِبَارَةٌ عَنْ مَعْرِفَةِ أَفْضَلِ الأَشياء بِأَفْضَلِ الْعُلُومِ.

2015/06/18

Tinggalkan Riba



Kajian Bersambung
Surat Al-Baqarah 278 - 281
Tinggalkan Riba


{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (278) فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ (279) وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (280) وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (281)} [البقرة: 278 - 281].

Artinya:
Hai khusus kaum yang telah beriman! Takutlah Tuhan kalian! Tinggalkan riba yang tersisa! Jika kalian kaum Iman. [278].
Jika kalian tidak melakukan, maka terimalah Serangan dari Allah dan RasulNya! Jika kalian bertobat, maka pokok harta kalian ‘untuk kalian’. Kalian tidak menganiaya dan tidak dianiaya. [279].
Jika menderita kesulitan, maka ditunggu hingga mudah. Jika kalian menyodaqohkan, lebih baik untuk kalian, jika kalian tahu. [280].
Takutlah hari yang saat itu, kalian dikembalikan pada Allah! Lalu yang dikerjakan oleh tiap jiwa, dibalas. Mereka tidak dianiaya. [281].

Beberapa Ayat di atas sesuai dengan Sabda Nabi SAW, “Sayangilah orang yang di dalam bumi! Kalian akan disayang oleh orang yang di langit. Rahim cabang dari Rohman. Barangsiapa menyambung, maka disambung oleh Allah. Barangsiapa memutuskan, maka diputuskan oleh Allah.” [1]


[1] سنن الترمذي (4/ 323)
1924 - حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنْ أَبِي قَابُوسَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ، الرَّحِمُ شُجْنَةٌ مِنَ الرَّحْمَنِ، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعَهُ اللَّهُ» : هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
__________

[حكم الألباني] : صحيح.

2015/06/17

Perang Bani Annadhir





Ketika berkisah mengenai perang ini, Allah menyatakan “Segala sesuatu yang di beberapa langit maupun di bumi, bertasbih pada Allah.” Menunjukkan Perang Tersebut dahsyat dan unik.
Sabbaha lillaahi maa fissamaawaati wamaa fil ardhi wa Huwal ‘Aziizul Hakiiim. Huwal ladzii akhrajal ladziina kafaruu min ahlil kitaaabi min diyaarihim – Yang di beberapa langit dan di beberapa bumi telah bertasbih pada Allah. Dia Maha Mulia Maha Bijaksana. Dia yang telah mengusir kaum Kafir ahli kitab, dari kampung-kampung mereka. Al-Aayah. [Qs Al-Hasyr 1 – 2 ].

Surat Al-Hasyr diturunkan oleh Allah, membahas kaum Yahudi Banu Nadhir. Karena ketika masuk kota Madinah, sungguh nabi SAW mengadakan perjanjian atas mereka:
1.     Takkan memerangi nabi SAW.
2.     Takkan menolong nabi SAW berperang.
Nabi SAW menerima perjanjian tersebut.

Ketika dalam Perang Badar, Rasulullah mengalahkan kaum Musrik, Banu Nadhir berkata, “Demi Allah (Muhammad SAW) nabi ummi (buta huruf) yang penjelasannya kita baca dalam kitab Taurat. ‘Panji (Pasukan) dia’ tidak bisa dilawan.”

Ketika nabi SAW dan kaumnya kalah dalam Perang Uhud, mereka meragukan kebenaran Islam, dan terang-terangan memusuhi nabi SAW dan kaum Iman. Bahkan melanggar perjanjian yang telah disepakati, dengan Rasulillah SAW. 

Kaeb bin Al-Asyraf bersama 40 orang, datang ke Makkah. Mendatangi kaum Quraisy, melakukan sumpah dan kesepakatan “Memusuhi Muhammad SAW.”
Acara dilakukan di Masjidil-Haram, oleh Abu Sufyan dan 40 kaum Quraisy; Kaeb bin Al-Asyraf dan 40 kaum Yahudi. 
Perjanjian diikrarkan di antara selambu Ka’bah.

Kaeb pulang ke Madinah. Jibril AS datang untuk:
1.     Memberi kabar pada nabi SAW, mengenai perjanjian yang dilakukan antara Kaeb dan Abu Sufyan.
2.     Perintah agar nabi SAW membunuh Kaeb bin Al-Asyraf.
Muhammad bin Maslamah membunuh Kaeb saudara susuannya, di malam hari. Kisah ini telah dijelaskan di dalam surat Ali Imran.
Sebelumnya, nabi SAW telah tahu bahwa kaum Yahudi berkhianat. Yaitu ketika nabi SAW datang untuk minta bantuan pembayaran denda dua lelaki Muslim, yang dibunuh oleh Amer bin Umayah Addhomri.
Pengkhianatan terjadi ketika nabi SAW pulang dari Perang Biru Maunah. Dari atas benteng, mereka akan menjatuhkan batu atas nabi SAW. Namun Allah menyelamatkan nabi SAW dari kejahatan mereka. Dan memberi kabar tentang Pengkhianatan Mereka. Kisah ini telah dijelaskan di dalam Surat Al-Maidah (terang Abussu’ud).
Pagi setelah Kaeb bin Al-Asyraf dibunuh, Rasulullah SAW perintah agar kaumnya pergi ke Bani Nadhir, yang bermukim di desa Zuhrah. Ternyata Bani (Cucu-cucu) Nadhir sedang menangisi kematian Kaeb. Mereka berkata, “Ya Muhammad, teriak membalas teriakan. Tangisan membalas tangisan.”
Nabi SAW bersabda, “Ya.”
Mereka berkata, “Biarkan kami menangisi kesusahan kami! Lalu lakukan perkaramu!.”
Nabi SAW bersabda, “Keluarlah dari Madinah!.”
Setelah menjawab, “Kematian lebih dekat pada kami” mereka berteriak sebagai pernyataan ‘perang’.

Dengan diam-diam, Munafiq Abdullah bin Ubai dan kawan-kawannya, berkata pada mereka, “Jangan keluar dari benteng kalain! Kalau mereka memerangi, kami membantu kalian. Kami takkan membiarkan kalian kalah. Kami pasti membantu kalian. Kalau kalian kalah dan diusir, kami menyertai kalian.”

Banu (Cucu-cucu) Nadhir bersembunyi di lorong-lorong. Mereka sepakat menipu Rasulillah SAW, “Utuslah 30 orang anda agar datang, untuk mengabulkan permintaan kami. Kami juga akan mendatangkan 30 orang. Mereka agar bertemu di pertengahan kami dan kalian. Agar kaum kami mendengarkan ceramah anda. Jika mereka percaya dan beriman pada anda, kami semua akan beriman pada anda.”

Nabi SAW didampingi 30 sahabat, dijumpai oleh 30 ulama Yahudi.
Pada mereka yang akan menangkap nabi SAW, sebagian ulama Yahudi berkata, “Bagaimana mungkin kalian bisa menangkap? Padahal dia SAW ditemani oleh 30 pria yang sanggup mati, membela dia? Beri tahulah dia ‘bagaimana mungkin kami berhadapan dengan kalian? Padahal jumlah kita semua 60 orang? Keluarlah bersama 3 orang! Agar berhadapan dengan 3 ulama kami! Agar ulama kami mendengarkan dakwah anda. Jika mereka beriman pada anda, kami beriman dan membenarkan anda." 

Rasulullah SAW keluar didampingi oleh tiga sahabat, dijumpai oleh tiga ulama Yahudi, membawa belati. Mereka ingin melukai Rasulallah SAW. Seorang wanita dari Bani Nadhir berbicara pada saudaranya yang Muslim, yang termasuk kaum Anshor. 
Rencana jahat mereka dilaporkan.
Saudaranya yang Anshor bergegas mendatangi nabi SAW. Dengan berbisik melaporkan ‘tentang rencana jahat’ mereka. Mumpung nabi SAW belum ‘datang’ pada mereka.

Nabi SAW kembali ke Madinah. Paginya, nabi SAW membawa pasukan untuk mengepung Bani Nadhir, selama 21 malam.

Allah meletakkan rasa takut pada hati mereka. Harapan mereka ditolong kaum Munafiq ‘pupus’. Hingga mohon damai pada nabi SAW yang ‘bersikeras mengusir’ mereka.
Tiap tiga keluarga diperbolehkan pergi membawa perkakas satu muatan unta. 
Mereka pergi ke Syam, di Jericho (Aricha) dan Adzriat. 
Kecuali dua keluarga besar: 1), Keluarga Abul-Huqaiq. 2), Keluarga Huyayu bin Akhthab. Mereka pergi ke Khaibar. Ada juga yang pergi ke Hiyarah. [1]


Ponpes Mulya Abadi Mulungan



[1] تفسير الخازن = لباب التأويل في معاني التنزيل (4/ 266)
[سورة الحشر (59) : آية 1]
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
قوله عز وجل: سَبَّحَ لِلَّهِ ما فِي السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ هُوَ الَّذِي أَخْرَجَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتابِ مِنْ دِيارِهِمْ قال المفسرون: نزلت هذه السورة في بني النضير وهم طائفة من اليهود وذلك أن النبي صلّى الله عليه وسلّم لما دخل المدينة صالحه بنو النضير على أن لا يقاتلوه ولا يقاتلوا معه فقبل ذلك رسول الله صلّى الله عليه وسلّم فلما غزا رسول الله صلّى الله عليه وسلّم بدرا وظهر على المشركين قال بنو النضير والله إنه النبي الأمي الذي نجد نعته في التوراة لا ترد له راية فلما غزا أحدا وهزم المسلمون ارتابوا وأظهروا العداوة لرسول الله صلّى الله عليه وسلّم وللمؤمنين ونقضوا العهد الذي كان بينهم وبين رسول الله صلّى الله عليه وسلّم، وركب كعب بن الأشرف في أربعين راكبا من اليهود إلى مكة فأتوا قريشا فحالفوهم وعاقدوهم على أن تكون كلمتهم واحدة على محمد صلّى الله عليه وسلّم ودخل أبو سفيان في أربعين من قريش وكعب بن الأشرف في أربعين من اليهود المسجد الحرام وأخذ بعضهم على بعض الميثاق بين أستار الكعبة ثم رجع كعب وأصحابه إلى المدينة فنزل جبريل عليه الصلاة والسلام فأخبر النبي صلّى الله عليه وسلّم بما تعاقد عليه كعب وأبو سفيان وأمره بقتل كعب بن الأشرف فقتله محمد بن مسلمة غيلة» وقد تقدمت القصة في سورة آل عمران وكان النبي صلّى الله عليه وسلّم قد اطلع منهم على خيانة حين أتاهم يستعينهم في دية الرجلين المسلمين اللذين قتلهما عمرو بن أمية الضمري في منصرفه من بئر معونة فهموا بطرح حجر على النبي صلّى الله عليه وسلّم من الحصن فعصمه الله منهم وأخبره بذلك وقد تقدمت القصة في سورة المائدة فلما قتل كعب بن الأشرف أصبح رسول الله صلّى الله عليه وسلّم وأمر الناس بالمسير إلى بني النضير وكانوا بقرية يقال لها زهرة فلما سار إليها النبي صلّى الله عليه وسلّم وجدهم ينوحون على كعب بن الأشرف فقالوا يا محمد واعية على أثر واعية وباكية على أثر باكية قال نعم فقالوا ذرنا نبك شجونا ثم ائتمر أمرك فقال النبي صلّى الله عليه وسلّم اخرجوا من المدينة فقالوا الموت أقرب إلينا من ذلك ثم تنادوا بالحرب وأذنوا بالقتال ودس المنافقون عبد الله بن أبي وأصحابه إليهم أن لا تخرجوا من الحصين فإن قاتلوكم فنحن معكم ولا نخذلكم ولننصرنكم ولئن أخرجتم لنخرجن معكم فدربوا على الأزقة وحصنوها ثم إنهم أجمعوا على الغدر برسول الله صلّى الله عليه وسلّم فأرسلوا إليه أن اخرج إلينا في ثلاثين رجلا من أصحابك وليخرج منا ثلاثون حتى نلتقي بمكان نصف بيننا وبينك فيسمعوا منك فإن صدقوك وآمنوا بك آمنا كلنا فخرج النبي صلّى الله عليه وسلّم في ثلاثين من أصحابه وخرج إليه ثلاثون حبرا من اليهود حتى كانوا في براز من الأرض فقال بعض اليهود لبعض كيف تخلصون إليه ومعه ثلاثون رجلا من أصحابه كلهم يحب الموت قبله ولكن أرسلوا إليه كيف نفهم ونحن ستون اخرج في ثلاثة من أصحابك ويخرج إليك ثلاثة من علمائنا فيسمعون منك فإن آمنوا بك آمنا بك وصدقناك، فخرج رسول الله صلّى الله عليه وسلّم في ثلاثة من أصحابه وخرج ثلاثة من اليهود معهم الخناجر وأرادوا الفتك برسول الله صلّى الله عليه وسلّم فأرسلت امرأة ناصحة من بني النضير إلى أخيها وهو رجل مسلم من الأنصار فأخبرته بما أراد بنو النضير من الغدر برسول الله صلّى الله عليه وسلّم فأقبل أخوها سريعا حتى أدرك النبي صلّى الله عليه وسلّم فساره بخبرهم قبل أن يصل إليهم فرجع النبي صلّى الله عليه وسلّم فلما كان من الغد صبحهم رسول الله صلّى الله عليه وسلّم بالكتائب فحاصرهم إحدى وعشرين ليلة فقذف الله في قلوبهم الرعب وأيسوا من نصر المنافقين فسألوا رسول الله صلّى الله عليه وسلّم الصلح فأبى عليهم إلا أن يخرجوا من المدينة على ما يأمرهم به فقبلوا ذلك فصالحهم على الجلاء وعلى أن لهم ما أقلت الإبل من أموالهم إلا الحلقة وهي السلاح وعلى أن يخلوا لهم ديارهم وعقارهم وسائر أموالهم. وقال ابن عباس: على أن يحمل كل أهل بيت على بعير ما شاؤوا من متاعهم وللنبي صلّى الله عليه وسلّم ما بقي، وقيل أعطى كل ثلاثة نفر بعيرا وسقاء ففعلوا ذلك وخرجوا من ديارهم إلى أذرعات وأريحاء من أرض الشام إلا أهل بيتين منهم آل أبي الحقيق وآل حيي بن أخطب فإنهم لحقوا بخيبر ولحقت طائفة بالحيرة.

2015/06/16

PS 135: Pembebasan Syam


Dakwah ke Baitul-Maqdis (1)


Baitul-Maqdis wilayah yang sejak zaman kuno diperebutkan oleh berbagai bangsa. Hanya Allah yang tahu pasti telah berapa kali, diperebutkan oleh manusia? Nabi Musa AS juga pernah diperintah oleh Allah, agar berdakwah dan memerangi kaum Jabbaariin (Amaliqah) yang tinggal di sana.
Nabi Yusya (Yosua) pengganti Nabi Musa AS juga pernah memerangi kaum Jabbaariin yang tinggal di sana, dengan sengit. Waktu itu Yusya AS berkata, “Hai matahari! Kau hamba yang diberi tugas oleh Allah seperti diriku” pada matahari yang hampir tenggelam. Lalu berdoa, “Ya Allah hentikan matahari, agar tidak tenggelam dulu.”
Subhanallah, matahari benar-benar berhenti selama satu jam.



Mereka menjawab, “Sebaiknya dakwah ke Qaisariyah (قَيْسَارِيَّة).” [1]
Banyak juga yang menjawab, “Sebaiknya ke Baitul-Maqdis.”
Abu Ubaidah bertanya, “Jawablah yang kompak! Kemana?.”
Beberapa orang menjawab, “Baginda orang kepercayaan, ke manapun pergi, kami pasti akan mengikuti.”
Banyak orang memperhatikan Muadz bin Jabal berkata pada Abu Ubaidah, “Bertanyalah pada Umar Amiral Mukminiin, mengenai Baginda harus ke mana? Laksanakan perintahnya, dan berdoalah agar Allah memberi Pertolongan.”
Abu Ubaidah membenarkan Muadz, “Usulanmu tepat!.”
Dengan senang hati Afrajah dan teman-temannya mengantar surat, ke Madinah.

Seusai membaca surat, Umar RA mengajak kaum Muslimiin untuk bermusyawarah mengenai penentuan tugas’ atas Abu Ubaidah.
Ali RA mengusulkan, “Ya Amiral Mukminiin, tugaskanlah dia agar berdakwah dan mengepung Baitul-Maqdis, dan memerangi penduduknya yang tidak mengesakan Allah. Ini yang paling tepat. Jika Baitul-Maqdis telah direbut, baru pergi ke Qaisariyah. In syaa Allah Qaisariyah akan segera direbut setelah itu. Rasulullah SAW pernah bersabda padaku tentang itu.”
Umar membenarkan, “Kau benar, Ayah Chasan.” 

Lalu menulis:

بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Hamba Allah, Umar bin Khatthab, untuk Abu Ubaidah, pegawainya di Syam. Ammaa bakdu:

Surat dilipat lalu diberikan pada Arfajah, agar segera diantarkan  pada Abu Ubaidah yang saat itu sedang di Jabiyah (الجابية).

Abu Ubaidah membuka dan membacakan surat pada pasukan Muslimiin. Mereka berbahagia karena diperintah ke Baitul-Maqdis. Abu Ubaidah memanggil untuk perintah Khalid, agar membawa panji dan memimpin 5.000 pasukan berkuda andalan yang disebut pasukan Zachf (الزحف). Mereka diperintah agar segera pergi ke Baitul-Maqdis.

Di hari berikutnya, Abu Ubaidah memanggil dan menyerahkan panji pada Yazid bin Abi Sufyan. Lalu menyuruh dia agar membawa 5.000 pasukan berkuda untuk menyusul Khalid bin Al-Walid. Sebelum mereka berangkat, Abu Ubaidah berpesan, “Hai putra Abu Sufyan yang baik hati, jika kau telah sampai Iliyak (إيلياء /Baitullah), bertahlil dan bertakbirlah! Dan berdoalah dengan berwasilah pada wajah nabi, para nabi SAW, dan para orang shalih! Agar Allah mempermudahkan menaklukkan penduduknya untuk kita.” [2]
Yazid mengiyakan perintah, dan menerima panji dari Abu Ubaidah. Selanjutnya menggiring arak-arakan pasukannya menuju Baitul-Maqdis, menyusul Khalid dan pasukannya.

Di hari ketiga Abu Ubaidah memanggil Syurachbil bin Chasanah penulis Wahyu Rasulillah SAW, untuk diperintah ‘membawa panji’ dan dan memimpin 5.000 pasukan berkuda dari Yaman. Pada Syurachbil, Abu Ubaidah berpesan, “Ajaklah pasukan ini menuju Baitul-Maqdis! Tapi jangan bergabung dengan pasukan sebelummu!.”
Arak-arakan pasukan berkuda di bawah pimpinannya mengalir, membuat debu-debu berterbangan, dan manusia ketakutan.

Di hari keempat, Abu Ubaidah memanggil Marqal bin Hasyim bin Utbah, untuk diserahi panji, dan agar memimpin lebih dari 5.000 pasukan berkuda. Abu Ubaidah berpesan pada Marqal, “Kau bertugas mengepung benteng di sana! Dan jangan bergabung dengan pasukan sebelummu!.”

Marqal dan pasukan berkudanya berarak-arak panjang sekali. Derap kaki kuda mereka mengusir sepi dan menerbangakan debu-debu yang tadinya diam.

Panji kelima diserahkan pada Musayyab bin Najiyah Al-Fazari, pada hari kelima. Musayyab diperintah memimpin 5.000 pasukan berkuda, untuk menyusul pasukan sebelumnya. Pasukan dia yang berasal dari Annakha (النخع) dan kabilah lainnya, berak-arak panjang sekali, menyusul pasukan-pasukan sebelumnya.

Di hari keenam, panji keenam dipasang oleh Abu Ubaidah, untuk diserahkan pada Qais bin Hubairah yang akan diperintah memimpin 5.000 pasukan berkuda, menyusul pasukan yang telah berangkat.
Qais dan pasukannya mengalir berkelok-kelok menyusuri jalan, dan derap kaki kuda mereka menggemuruh.

Urwah dan pasukannya memacu kuda mereka. hingga kaum sepanjang jalan yang dilewati terperangah takjub atau takut.


Yang pertama kali sampai ke Baitul-Maqdis, Khalid dan pasukannya, yang menggemakan takbir dengan bahagia.
Penduduk Baitul-Maqdis terkejut takut saat mendengar pekikan takbir dari 5.000 pasukan berkuda. Mereka memanjat benteng untuk menengok pasukan Khalid yang akhirnya mereka anggap sangat sedikit. Mereka menyangka pasukan Muslimiin hanya sejumlah itu.

Khalid membawa pasukannya menuju pintu gerbang Baitul-Maqdis yang bernama Jericho / Aricha (أريحاء).

Di hari kedua, penduduk Baitul-Maqdis terkejut lagi oleh datangnya Yazid dan 5.000 pasukannya yang berbondong-bondong, memekikkan takbir dan tahlil menggemuruh.

Di hari ketiga, mereka makin terkejut karena Syurachbil dan 5.000 pasukan berkudanya mengalir berdatangan, dengan takbir menggemuruh.

Di hari keempat, mereka bertambah panik karena arak-arakan Marqal dan 5.000 pasukan berkudanya berdatangan dengan membaca takbir, menggetarkan perasaan.

Di hari kelima, napas mereka menjadi sesak karena ketakutan saat melihat Musayyab bin Najiyah dan 5.000 pasukan berkudanya yang gagah berani berdatangan untuk meledakkan takbir.

Telah beberapa hari pasukan Muslimiin mengepung, namun tak seorang pun dari penduduk Baitul-Maqdis datang untuk menanyakan tujuan kedatangan mereka. Tetapi penduduk Baitul-Maqdis memasang alat pelempar batu yang disebut Majaniq (المجانيق). Membawa pedang dan perisai, dan berhelm perang yang diberi pelindung leher dari anyaman besi.

Baitul-Maqdis yang indah, meskipun penduduknya panik dan ketakutan, tetapi bergaya tidak takut. Tidak seperti kaum-kaum Syam sebelumnya tampak panik ketika melihat pasukan Muslimiin berdatangan. Bahkan pasukan Baitul-Maqdis menambah jumlah pasukan bersenjata yang berjaga.
   
Seorang Muslim dari kampung bertanya pada Syurachbil, “Wahai pimpinan kami! Sepertinya penduduk kota ini tuli, bisu, dan buta! Sebaiknya mereka segera kita serbu untuk kita habisi!.”
Namun Syurachbil tidak mengabulkan permintaannya.

Di pagi yang cerah itu, telah lima hari Baitul-Maqdis dikepung oleh pasukan Muslimiin. Yazid bin Abi Sufyan menghunus pedang dan memacu kudanya untuk menyeru penduduk Baitul-Maqdis. Melalui penerjemahnya dia berkata, “Katakan pada mereka ‘pimpinan kaum Arab bertanya maukah kalian diajak Islam dan benar? Dan mengucapkan laa Ilaaha illaa Allah, Muhammadun Rasul Allah? Agar Tuhan kita mengampuni kesalahan kalian yang telah lalu! Dan agar darah kalian aman!? Jika kalian menolak! Maka ajukanlah permohonan damai pada kami! Seperti penduduk-penduduk kota lainnya, yang pertahan mereka lebih kuat daripada kalian! Jika keduanya ini kalian tolak, maka kalian berhak dirusak dan akan terjerumus ke neraka’.”

Penerjemah mendatangi penduduk untuk berkata, “Siapa yang akan mewakili menjawab kalian?.”
Seorang alim Nashrani mengenakan baju berbahan bulu, berkata, “Saya yang akan mewakili! Apa maumu?.”
Penerjemah berkata, “Pimpinan Arab ini berpesan begini-begini. Dan menyuruh kalian agar memilih di antara tiga:
1.     Masuk Islam.
2.     Menyerahkan pajak.
3.     Berperang.”

Alim Nashrani itu segera menyampaikan pesan Yazid pada kaumnya. Kaum yang berada di dalam benteng itu ricuh menggemuruh karena marah. Mereka melafalkan kalimat kafir, dan berkata, “Kami takkan murtad dari agama kami yang luhur! Kami lebih baik mati daripada murtad!.”

Penerjemah menyampaikan jawaban kaum Baitul-Maqdis pada Yazid. 
Yazid mendatangi pimpinan Muslimiin lainnya untuk membicarakan jawaban kaum Baitul-Maqdis. Lalu bertanya pada mereka, “Kenapa kalian hanya diam, tidak segera menyerang mereka?.”
Rekan-rekan Yazid menjawab, “Karena Abu Ubaidah tidak perintah agar kita menyerang mereka. Beliau kita tanya dulu melalui surat, kita harus bagaimana? Jika beliau perintah agar kita menyerbu, baru kita menyerbu.”

Yazid menulis surat untuk Abu Ubaidah. Melalui surat itu dia menjelaskan jawaban kaum Baitul-Maqdis, dan bertanya, “Selanjutnya Pimpinan perintah kami agar bagaimana?.”
Abu Ubaidah menjawab dengan surat, “Seranglah! Saya juga akan segera datang kesitu.”

Setelah surat Abu Ubaidah dibacakan, pasukan Muslimiin bergembira. Mereka menunggu datangnya subuh.

Di hari keenam, hati kaum Baitul-Maqdis kacau-balau karena melihat Qais dan 5.000 pasukan berkudanya berdatangan sambil meneriakkan takbir.

Di hari ketujuh, mereka hampir tak percaya saat melihat Urwah dan 5.000 pasukan berkudanya memenuhi jalan sangat panjang, menuju kota mereka yang bernama Ramlah (الرملة). Mereka memekikkan takbir menggelegar. [3] Semua pasukan Muslimiin telah berdoa, agar Allah menolong mengalahkan lawan.


In syaa Allah bersambung

[1] (قَيْسَارِيَّة) sering disebut, “Caesarea.”
[2] Sebagian ulama berpendapat ‘berdoa dengan wasilah Nabi Muhammad’ haram.
[3] Kota Ramlah masyhur di kalangan Muhadditsiin, karena Ahmad meriwayatkan nama itu di dalam kitabnya: مسند أحمد - (ج 32 / ص 290)
15493 - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ قَالَ عَبْد اللَّهِ حَدَّثَنَاه أَبِي عَنْهُ وَهُوَ حَيٌّ قَالَ حَدَّثَنَا حُجْرُ بْنُ الْحَارِثِ الْغَسَّانِيُّ مِنْ أَهْلِ الرَّمْلَةِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَوْنٍ الْكِنَانِيِّ وَكَانَ عَامِلًا لِعُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَلَى الرَّمْلَةِ أَنَّهُ