Umu Taim istri Khalid bersama sejumlah wanita Arab, berlari dengan kuda, sangat kencang. Mereka mendekati medan perang yang tertutup oleh debu-debu beterbangan. Tombak-tombak dan pedang-pedang,
berkilaun bergerak-gerak mencari sasaran. Mereka kesulitan mencari regu Khalid
yang jumlahnya hanya sedikit, dikepung rapat oleh pasukan lawan.
Abu Ubaidah bertakbir dan melancarkan serangan bersama
pasukannya. Regu Khalid terkejut senang, mendengar bala-bantuan datang.
Abu Ubaidah dan pasukannya menyerbu kaum kafir yang semakin
kewalahan menghadapi serangan regu Khalid yang jumlahnya bertambah.
Sebagian mereka berlari tungang-langgang, menyelamatkan diri.
Di atas pelana kuda, Khalid menyaksikan kaum Abu Ubaidah
berdatangan dengan bertakbir. Seorang berkuda memporak-porandakan pasukan Romawi.
Lalu berlari cepat menghadap. Khalid menyambut kedatangannya untuk bertanya,
“Siapa kau?.”
Orang berkuda yang tertutup wajahnya menjawab, “Saya Umu Taim
istrimu! Datang kemari untuk memberikan pecimu yang dibarokahi! In syaa
Allah! Kau akan segera mengalahkan mereka! Pakailah! Demi Allah kau
tidak melupakan, kecuali agar mendapat qodrat seperti ini." [1]
Peci itu dipegang oleh Khalid; sinar menyambar bagaikan
kilat.
Khalid mengenakan peci dan bergegas menyerang, mengobrak-abrik pasukan lawan.
Khalid mengenakan peci dan bergegas menyerang, mengobrak-abrik pasukan lawan.
Lautan pasukan lawan berlarian bagai ombak. Dikejar dan dibunuh oleh pasukan Muslimiin. Pasukan Muslimiin
lainnya bertambah bersemangat menyerang.
Pasukan Romawi yang lain lari semuanya, kecuali yang tertawan, atau luka parah, atau tewas.
Pasukan Romawi yang lain lari semuanya, kecuali yang tertawan, atau luka parah, atau tewas.
Barisan pasukan Romawi yang berlari di depan sendiri, Jabalah
dan kaum Nashrani Arab. Karena amukan Khalid dan Muslimiin terlalu dahsyat.
Kaum Nashrani telah kalah. Kaum Muslimiin berkumpul mengelilingi
panji, untuk mengucapkan salam dan bersalaman dengan Abu Ubaidah bin Al-Jarrach,
yang paling mendapat perhatian.
Pada Khalid, Abu Ubaidah mengucapkan, “Ya ayah Sulaiman! Kau telah
membuat lega dan ridho, pada yang Maha Agung.”
Di hadapan pasukannya, Abu Ubaidah RA berkata, “Saudara
semuanya! Saya berpandangan sebaiknya kita segera pergi untuk memerangi
penduduk Qinasrin (Guensrin) dan Awashim.”
Mereka menjawab, “Setuju!” dengan serempak.
Sebagian mereka menambahkan, “Ya Kepercayaan Umat.”
Abu Ubaidah menunjuk, agar Iyadh bin Ghonim Al-Asyari (عياض
بن غانم الاشعري) memimpin
beberapa komandan, untuk membawa ribuan pasukan ke Qinasrin dan Awashim.
Arak-arakan pasukan yang panjang itu berjalan terus, hingga
mendekati kota Qinasrin dan Awashim.
Di hadapan para sahabat Rasulillah, Iyadh bin Ghonim berkata,
“Kita dulu telah memberi tahu bahwa ‘mereka berkewajiban Islam’. Sekarang
bersiaplah menyerang mereka.”
Pasukan Iyadh telah mendekati pintu gerbang kota.
Penduduk Qinasrin menutup pintu gerbang. Beberapa tokoh mereka
keluar, menghadap pada Abu Ubaidah yang telah hadir.
Dalam pertemuan menegangkan itu, mereka mengajukan ‘permohonan
damai’ pada Abu Ubaidah RA yang segera mengabulkan, dengan syarat ‘setiap
rakyat Qinasrin dan Awashim’ menyreahan 4 dinar, merujuk perintah
Umar.
Penduduk Qinasrin dan Awashim telah ditaklukkan dengan damai. Pada
para sahabat Rasulillah, Abu Ubaidah berkata, “Berilah saya masukan! Semoga
Allah menyayang kalian. Karena Allah telah berfiman ‘وَشَاوِرْهُمْ
فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ’. [2] Sebaiknya kita ‘meneruskan
perjalanan, untuk menyerbu قلاع (qilak/castles) Halab dan Anthakiyah?
Atau kembali lagi?.”
Beberapa orang berkata, “Wahai pimpinan! Bagaimana mungkin kita
kembali ke Halab, padahal hari ini perjajian damai kita dengan penduduk
Syairadz hampir selesai? Kami yakin mereka dan penduduk kota lainnya, telah
memperkuat pertahanan, untuk menghalang-halangi kita. Mereka memiliki pasukan
dan pertahanan yang kuat. Kita teruskan saja perjalanan kita. Semoga Allah
memberi kita ‘kemenangan’.”
Abu Ubaidah menyetujui usulan itu, yakni kembali lagi.
Ternyata betul ‘kota-kota telah diperkuat pertahanannya’. Bahan
makan yang didrop untuk persiapan perang besar, bertumpuk.
Abu Ubaidah dan pasukannya menuju kota Homs (Chimsh/حِمْص) yang pertahanannya
juga telah diperkuat oleh Raja Hiraqla. Hiraqla perintah pada seorang
keluarganya bernama Bathriq Harbis (البطريق هربيس), agar memperkuat
pertahanan kota itu. Bathriq Harbis terkenal sebagai tokoh besar ahli perang,
pasukannya banyak sekali.
Abu Ubaidah perintah agar Khalid mengurusi wilayah Homs (Chimsh/حِمْص). Sementara dia
bersama sejumlah pasukan, pergi menuju kota Balbek (Balabak/ بعلبك).
Ketika telah mendekati kota Balbek, Abu Ubaidah dan pasukannya
menjumpai sejumlah kafilah.
Di dalam kafilah yang membawa bermacam-macam dagangan itu, banyak
keledai dan binatang. Mereka muncul dari pantai menuju Balbek.
Saat melihat mereka, Abu Ubaidah berkata pada pasukannya,
“Siapakah mereka itu?.”
Mereka menjawab, “Kami tidak tau.”
Abu Ubidah perintah, “Ceklah mereka! Dan laporkan pada saya!.”
Sejumlah pasukan berkuda berlari cepat mendekati kafilah. Ternyata
kebanyakan yang dibawa ‘gula’, akan diantar ke kota Balbek’.
Setelah pasukan berkuda kembali membawa laporan, Abu Ubaidah
berkata, “Penduduk Balbek memerangi kita! Ambil! Kiriman yang berasal dari Allah itu! Itu jarahan.”
Mereka bergegas merampas bawaan kafilah, berupa 400 bawaan gula,
kacang, buah tin, dan lain-lain. Para pembawanya ditawan. Abu Ubaidah melarang,
“Jangan dibunuh! Agar ditebus oleh keluarganya!.”
Keluarga para tawanan memberi tebusan emas, perak, pakaian, dan
kendaraan. Gula dan bahan makan lainnya, ditukarkan dengan minyak. Sebagian
tawanan ada yang berlari, untuk melaporkan mengenai kejadian itu, pada penduduk
Balbek.
Pagi harinya, Abu Ubaidah RA perintah agar pasukan Muslimiin
memasuki kota Balbek.
Bathriq Harbis penguasa kota Balbek marah, dan perintah agar
pasukannya mempersiapkan peralatan perang, untuk memerangi pasukan Muslimiin.
Pasukan Bathriq Harbis bertemu pasukan Abu Ubaidah, di
pertengahan siang. Pasukan berkuda Bathriq Harbis berjumlah 7.000 orang.
Ditambah lagi bala-bantuan yang jumlah mereka tak terhitung.
Detik berikutnya sangat mendebarkan; bagian terdepan dari dua
pasukan sudah memulai bertempur dengan sengit. Pedang-pedang telah berputar-putar
mencari sasaran. Dentingan pedang dan teriakan membaut suara gaduh.
Harbis memompa semangat pasukannya.
Pada Harbis, sejumlah bathriq berkata, “Sebetulnya kaum Arab ini akan diapakan?.”
Pada Harbis, sejumlah bathriq berkata, “Sebetulnya kaum Arab ini akan diapakan?.”
Harbis menjawab, “Akan saya perangi agar tidak meremehkan kita!
Dan tidak menginjak-injak kota kita.”
Mereka berkata, “Menurut hemat kami, mereka jangan dilawan!
Pulang saja, agar kita tetap hidup! Penduduk Damaskus yang pertahanannya sangat
kuat sekali saja, tidak mampu mengalahkan mereka. Pasukan kota Ajnadin yang
berjumlah 90.000 juga tidak mampu melawan mereka. Pasukan Palestin yang sangat
kuat juga dikalahkan oleh mereka. Belum lama ini gabungan tiga pasukan, di
bawah penguasa Qinasrin, penguasa Amuriyah, Raja Jabalah, dan kaum Arab
Nashrani ‘kalah total’, sisa-sisa mereka yang masih hidup sama kabur! Yang
tepat, bawalah pulang pasukan ini, agar kita semuanya selamat!.”
Harbis menggertak, “Saya takkan menghentikan memerangi mereka!
Apapun yang akan terjadi! Saya tahu ‘pasukan mereka yang banyak’ bersama Khalid,
di kota Homs. Sedangkan yang ini akan digiring oleh Al-Masih ‘agar menjadi
jarahan kita!’.”
Seorang bathriq berpaling, dan pergi meninggalkan tempat, sambil
berkata, “Saya terus terang akan pulang! Saya tidak sanggup melawan kaum Arab,”
lalu melarikan kudanya.
Sejumlah kaum berjumlah banyak, juga pulang menuju Balbek,
mengikuti sang bathriq.
[1] Dalam naskah aslinya
dijelaskan: وقد أتيتك بالقلنسوة المباركة التي تنصر
بها على أعدائك فخذها إليك فوالله ما نسيتها إلا لهذا الأمر المقدر.
[2] Baca: (Wa
syaawirhum fil amri fa idzaa azamta fatawakkal alallaah). Artinya: Ajaklah mereka
bermusyawarah! Jika kau telah memastikan perkara maka ber-tawakkal (berserah)lah, pada Allah.
Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia
Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar