Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2015/03/26

PS 92: Pembebasan Syam






Umu Taim istri Khalid bersama sejumlah wanita Arab, berlari dengan kuda, sangat kencang. Mereka mendekati medan perang yang tertutup oleh debu-debu beterbangan. Tombak-tombak dan pedang-pedang, berkilaun bergerak-gerak mencari sasaran. Mereka kesulitan mencari regu Khalid yang jumlahnya hanya sedikit, dikepung rapat oleh pasukan lawan.

Abu Ubaidah bertakbir dan melancarkan serangan bersama pasukannya. Regu Khalid terkejut senang, mendengar bala-bantuan datang.
Abu Ubaidah dan pasukannya menyerbu kaum kafir yang semakin kewalahan menghadapi serangan regu Khalid yang jumlahnya bertambah.
Sebagian mereka berlari tungang-langgang, menyelamatkan diri.

Di atas pelana kuda, Khalid menyaksikan kaum Abu Ubaidah berdatangan dengan bertakbir. Seorang berkuda memporak-porandakan pasukan Romawi. Lalu berlari cepat menghadap. Khalid menyambut kedatangannya untuk bertanya, “Siapa kau?.”
Orang berkuda yang tertutup wajahnya menjawab, “Saya Umu Taim istrimu! Datang kemari untuk memberikan pecimu yang dibarokahi! In syaa Allah! Kau akan segera mengalahkan mereka! Pakailah! Demi Allah kau tidak melupakan, kecuali agar mendapat qodrat seperti ini." [1]
Peci itu dipegang oleh Khalid; sinar menyambar bagaikan kilat. 
Khalid mengenakan peci dan bergegas menyerang, mengobrak-abrik pasukan lawan.
Lautan pasukan lawan berlarian bagai ombak. Dikejar dan dibunuh oleh pasukan Muslimiin. Pasukan Muslimiin lainnya bertambah bersemangat menyerang. 
Pasukan Romawi yang lain lari semuanya, kecuali yang tertawan, atau luka parah, atau tewas.

Barisan pasukan Romawi yang berlari di depan sendiri, Jabalah dan kaum Nashrani Arab. Karena amukan Khalid dan Muslimiin terlalu dahsyat.

Kaum Nashrani telah kalah. Kaum Muslimiin berkumpul mengelilingi panji, untuk mengucapkan salam dan bersalaman dengan Abu Ubaidah bin Al-Jarrach, yang paling mendapat perhatian.
Pada Khalid, Abu Ubaidah mengucapkan, “Ya ayah Sulaiman! Kau telah membuat lega dan ridho, pada yang Maha Agung.”
Di hadapan pasukannya, Abu Ubaidah RA berkata, “Saudara semuanya! Saya berpandangan sebaiknya kita segera pergi untuk memerangi penduduk Qinasrin (Guensrin) dan Awashim.”
Mereka menjawab, “Setuju!” dengan serempak.
Sebagian mereka menambahkan, “Ya Kepercayaan Umat.”

Abu Ubaidah menunjuk, agar Iyadh bin Ghonim Al-Asyari (عياض بن غانم الاشعري) memimpin beberapa komandan, untuk membawa ribuan pasukan ke Qinasrin dan Awashim.
Arak-arakan pasukan yang panjang itu berjalan terus, hingga mendekati kota Qinasrin dan Awashim.
Di hadapan para sahabat Rasulillah, Iyadh bin Ghonim berkata, “Kita dulu telah memberi tahu bahwa ‘mereka berkewajiban Islam’. Sekarang bersiaplah menyerang mereka.”

Pasukan Iyadh telah mendekati pintu gerbang kota.
Penduduk Qinasrin menutup pintu gerbang. Beberapa tokoh mereka keluar, menghadap pada Abu Ubaidah yang telah hadir.
Dalam pertemuan menegangkan itu, mereka mengajukan ‘permohonan damai’ pada Abu Ubaidah RA yang segera mengabulkan, dengan syarat ‘setiap rakyat Qinasrin dan Awashim’ menyreahan 4 dinar, merujuk perintah Umar.  

Penduduk Qinasrin dan Awashim telah ditaklukkan dengan damai. Pada para sahabat Rasulillah, Abu Ubaidah berkata, “Berilah saya masukan! Semoga Allah menyayang kalian. Karena Allah telah berfiman ‘وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ’. [2] Sebaiknya kita ‘meneruskan perjalanan, untuk menyerbu قلاع  (qilak/castles) Halab dan Anthakiyah? Atau kembali lagi?.”
Beberapa orang berkata, “Wahai pimpinan! Bagaimana mungkin kita kembali ke Halab, padahal hari ini perjajian damai kita dengan penduduk Syairadz hampir selesai? Kami yakin mereka dan penduduk kota lainnya, telah memperkuat pertahanan, untuk menghalang-halangi kita. Mereka memiliki pasukan dan pertahanan yang kuat. Kita teruskan saja perjalanan kita. Semoga Allah memberi kita ‘kemenangan’.”

Abu Ubaidah menyetujui usulan itu, yakni kembali lagi.
Ternyata betul ‘kota-kota telah diperkuat pertahanannya’. Bahan makan yang didrop untuk persiapan perang besar, bertumpuk.

Abu Ubaidah dan pasukannya menuju kota Homs (Chimsh/حِمْص) yang pertahanannya juga telah diperkuat oleh Raja Hiraqla. Hiraqla perintah pada seorang keluarganya bernama Bathriq Harbis (البطريق هربيس), agar memperkuat pertahanan kota itu. Bathriq Harbis terkenal sebagai tokoh besar ahli perang, pasukannya banyak sekali.

Abu Ubaidah perintah agar Khalid mengurusi wilayah Homs (Chimsh/حِمْص). Sementara dia bersama sejumlah pasukan, pergi menuju kota Balbek (Balabak/ بعلبك).

Ketika telah mendekati kota Balbek, Abu Ubaidah dan pasukannya menjumpai sejumlah kafilah. 
Di dalam kafilah yang membawa bermacam-macam dagangan itu, banyak keledai dan binatang. Mereka muncul dari pantai menuju Balbek.
Saat melihat mereka, Abu Ubaidah berkata pada pasukannya, “Siapakah mereka itu?.”
Mereka menjawab, “Kami tidak tau.”
Abu Ubidah perintah, “Ceklah mereka! Dan laporkan pada saya!.”

Sejumlah pasukan berkuda berlari cepat mendekati kafilah. Ternyata kebanyakan yang dibawa ‘gula’, akan diantar ke kota Balbek’.

Setelah pasukan berkuda kembali membawa laporan, Abu Ubaidah berkata, “Penduduk Balbek  memerangi kita! Ambil! Kiriman yang berasal dari Allah itu! Itu jarahan.”
Mereka bergegas merampas bawaan kafilah, berupa 400 bawaan gula, kacang, buah tin, dan lain-lain. Para pembawanya ditawan. Abu Ubaidah melarang, “Jangan dibunuh! Agar ditebus oleh keluarganya!.”

Keluarga para tawanan memberi tebusan emas, perak, pakaian, dan kendaraan. Gula dan bahan makan lainnya, ditukarkan dengan minyak. Sebagian tawanan ada yang berlari, untuk melaporkan mengenai kejadian itu, pada penduduk Balbek.

Pagi harinya, Abu Ubaidah RA perintah agar pasukan Muslimiin memasuki kota Balbek.
Bathriq Harbis penguasa kota Balbek marah, dan perintah agar pasukannya mempersiapkan peralatan perang, untuk memerangi pasukan Muslimiin.
Pasukan Bathriq Harbis bertemu pasukan Abu Ubaidah, di pertengahan siang. Pasukan berkuda Bathriq Harbis berjumlah 7.000 orang. Ditambah lagi bala-bantuan yang jumlah  mereka tak terhitung.

Detik berikutnya sangat mendebarkan; bagian terdepan dari dua pasukan sudah memulai bertempur dengan sengit. Pedang-pedang telah berputar-putar mencari sasaran. Dentingan pedang dan teriakan membaut suara gaduh.
Harbis memompa semangat pasukannya. 
Pada Harbis, sejumlah bathriq berkata, “Sebetulnya kaum Arab ini akan diapakan?.”
Harbis menjawab, “Akan saya perangi agar tidak meremehkan kita! Dan tidak menginjak-injak kota kita.”
Mereka berkata, “Menurut hemat kami, mereka jangan dilawan! Pulang saja, agar kita tetap hidup! Penduduk Damaskus yang pertahanannya sangat kuat sekali saja, tidak mampu mengalahkan mereka. Pasukan kota Ajnadin yang berjumlah 90.000 juga tidak mampu melawan mereka. Pasukan Palestin yang sangat kuat juga dikalahkan oleh mereka. Belum lama ini gabungan tiga pasukan, di bawah penguasa Qinasrin, penguasa Amuriyah, Raja Jabalah, dan kaum Arab Nashrani ‘kalah total’, sisa-sisa mereka yang masih hidup sama kabur! Yang tepat, bawalah pulang pasukan ini, agar kita semuanya selamat!.”
Harbis menggertak, “Saya takkan menghentikan memerangi mereka! Apapun yang akan terjadi! Saya tahu ‘pasukan mereka yang banyak’ bersama Khalid, di kota Homs. Sedangkan yang ini akan digiring oleh Al-Masih ‘agar menjadi jarahan kita!’.”
Seorang bathriq berpaling, dan pergi meninggalkan tempat, sambil berkata, “Saya terus terang akan pulang! Saya tidak sanggup melawan kaum Arab,” lalu melarikan kudanya.
Sejumlah kaum berjumlah banyak, juga pulang menuju Balbek, mengikuti sang bathriq.   





In syaa Allah bersambung.





[1] Dalam naskah aslinya dijelaskan: وقد أتيتك بالقلنسوة المباركة التي تنصر بها على أعدائك فخذها إليك فوالله ما نسيتها إلا لهذا الأمر المقدر.
[2] Baca: (Wa syaawirhum fil amri fa idzaa azamta fatawakkal alallaah). Artinya: Ajaklah mereka bermusyawarah! Jika kau telah memastikan perkara maka ber-tawakkal (berserah)lah, pada Allah.  



Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar