Dengan marah, Raja Jabalah mendekati Abdur Rohman dan berkata,“Hai anak muda! Kau telah melewati batas!.”
Abdur Rohman menjawab, “Kok kamu bilang begitu? ‘Melewati’
batas bukan sifat kami.”
Jabalah berkata, “Karena kau telah membunuh orang-orang kami.
Saya kemari bukan untuk melawanmu, karena kau bukan lawan yang seimbang. Saya
kemari karena temanmu itu telah membantu kau! Berarti kau tidak kesatria,
perkelahian ini tidak adil.”
Abdur Rohman tersenyum dan berkata, “Hai anak Aiham! Kau akan
menipu saya ‘murid Imam Ali RA’. Saya telah mendampingi dia dalam sejumlah
acara penting, dan peperangan.”
Jabalah berkata, “Yang saya ucapkan benar, bukan menipu.”
Abdur Rohman berkata, “Kalau kau benar, sekarang mari berkelahi!
Seranganmu akan saya lawan.”
Jabalah kehabisan akal, karena Abdur Rohman tidak mudah ditipu.
Dia merayu, “Maukah kau kuangkat sebagai tokoh besar kami dengan cara, kau saya
masukkan ke dalam air Amudiyah (المعمودية)?.
[1] Agar suci dari dosa seperti ketika kau
lahir dari perut ibumu? Kau akan kami jadikan pasukan Salib dan Injil, agar
bisa makan kurban dan menjadi orang dekat Raja Hiraqla. Selanjutnya kau
akan saya nikahkan dengan anak perempuanku, untuk bergabung menikmati hudup
bersamaku. Kau akan kujadikan orang terhormat dengan kekuasaanku. Sayalah orang
masyhur, yang pernah disebut oleh penyair nabimu, dalam untaian syairnya.” [2]
Jabalah melantunkan syair karya Chasan bin Tsabit, dengan suara
memukau. Lalu berkata, “Bergegaslah kemari untuk menerima tawaran saya, agar
kau tidak tewas. Selanjutnya hidup berbahagia.”
Abdur Rohman berkata, “Laa Ilaaha illaa Allahu wahdahu
laa syariika lah (لا إله إلا الله وحده لا شريك له)! Hai anak orang
tercela! Masyak kamu mengajak saya meninggalkan Hidayah, menuju ‘kesesatan?’
Dari iman menuju ‘kekafiran dan kebodohan?’ Saya sudah mantap memeluk
keimananku, dan bisa membedakan kebenaran dan kekeliruan. Saya membenarkan Nabi
Allah, dan membenci orang yang mengkufuri Allah! Ayolah kalau mau berkelahi,
tak perlu merayu segala! Seranglah kalau ingin menyerang! Kau akan kupukul
dengan pedang, penghantar ke alam baka, dan penutup hidungmu! Agar orang-orang
Arab tak memuji-muji kau sebagai orang yang mengkufuri Rohman penyembah Sulban
(صُلْبَانٌ).” [3]
Jabalah marah dan bergerak cepat, mengayunkan tombak ke arah
Abdur Rohman yang segera menghindar dan mematahkan tombak Jabalah dengan
pedang. Jabalah membuang sisa tombak dan mengunus pedang kebanggaan yang putih
berkilau itu, buatan kaum Kindah. Yang sudah-sudah, pedang itu mampu memutuskan
apa saja ‘yang dianggap sangat keras’.
Abdur Rohman menyerang dengan sengit, membuat orang-orang takjub,
oleh jurus-jurus mautnya, membuat Jabalah kewalahan mengimbangi. Jabalah
menyerang hingga pedangnya berbunyi, “Tang!,” karena berbenturan dengan pedang
Abdur Rohman. Perisai Jabalah robek oleh tebasan pedang Abdur Rohman. [4] Pedang Abdur Rohman menebas, “Tang”
Hingga helm perang Jabalah pecah. Namun berhasil melukai Jabalah.
Jabalah mengayunkan pedang sekuat tenaga. Abdur Rohman
menghindar, namun rajut-besi pelindung leher dan pakaiannya terkoyak. Tebasan
pedang selanjutnya mengoyak, hingga lengan Abdur Rohman berdarah.
Abdur Rohman memacu kuda menuju Khalid.
Dengan geram, Khalid bertanya, “Kau telah terluka olehnya?!.”
Abdur Rohman menjawab, “Betul,” sambil menunjukkan lukanya yang
serius.
Kaum Muslimiin menurunkan Abdur Rohman dari kuda dan mengobati
lukanya. Khalid berkata, “Hai putra Asshiddiiq! Jika Jabalah telah melukai kau!
Demi kebenaran bai’at pada ayahmu! [5] Mereka akan saya buat sedih ‘dengan
tawananku’, sebagaimana mereka telah membuat saya sedih, karena lukamu.”
Khalid berteriak, “Hamam! Bawa kemari tawananku!.”
Oleh Hamam, Bathriq Luqa dihadapkan pada Khalid, dalam keadaan
gemetar. Pedang Khalid bergerak cepat menebas leher Bathriq Luqa. Semua orang
terperanjat, menyaksikan darah menyembur dan kepala lepas dari tubuh Luqa.
Jantung kaum Romawi seakan berhenti, mata mereka terbelalak.
Raja Jabalah marah, “Kalian curang! Telah membunuh sahabat kami”
Lalu berteriak, “Hai semuanya serang mereka ini!.”
Kini, lautan pasukan lawan bersenjata tajam yang mengepung kaum
Muslimiin, bergerak mendekat. Sebagian lagi telah menyerang.
Pada Hamam, Khalid perintah, “Tugasmu melindungi Abdur Rohman.” Pada
yang lain, Khalid perintah, “Jangan keluar dari lingkaran ini! Pertolongan
Allah akan datang segera!.”
Lingkaran sahabat nabi SAW dikepung dan diserbu dari segala
penjuru oleh mereka yang menyemut. Ternyata mereka bisa mengimbangi serangan
pasukan yang melaut, dalam waktu cukup lama.
Saat paling mendebarkan, ketika Khalid telah mengamuk dengan
pedangnya. Banyak musuh yang tewas bersimbah darah. Yang masih hidup lari
menjauh.
Kaum Muslimiin terkuras tenaga mereka, keringat mereka
bercucuran dan merasa kehausan. Pada Khalid, Rafi’ bin Umairah berkata, “Kita
terlanda qodrat.”
Khalid menjawab, “Ya putra Umairah! Ini termasuk karena saya
lupa membawa peci yang barokah.” [6]
Di satu sisi, kaum Muslimiin sudah terlalu capek dan haus. Namun
kaum Romawi yang tewas bermandi darah, sangat banyak sekali.
Ada suara yang tak diketahui berasal dari mana: “Tenang hai
pembawa Al-Qur’an! Pertolongan dari Rohman telah datang untuk kalian! Kalian
ditolong mengalahkan penyembah berhala! Kalian telah mengalami kesusahan dan
telah berjuang maksimal!.”
Saat itu, Abu Ubaidah dan pasukannya, yang ada di dalamnya ‘Ischaq
bin Abdillah’, berada di wilayah Syairazah. Malam itu mereka terkejut, karena Abu
Ubaidah keluar dari tenda, sambil berkata, “Hai Muslimiin semuanya! Ayo segera
berangkat! Kaum bertauhid sedang dikepung musuh.”
Mereka bergegas berkumpul di hadapan Abu Ubaidah. Sebagian
mereka berkata, “Wahai pimpinan! Ada apa?.”
Dengan gugup, Abu Ubaidah berkata, “Dalam tidurku barusan, saya
bermimpi melihat Rasulallah SAW datang dan menarik saya, sambil bersabda ‘hai
putra Al-Jarrach! Kenapa kau justru tidur? Tidak membantu kaum yang mulia?
Bediri dan susullah Khalid bin Al-Walid yang sedang dikepung oleh lawan
menjijjikkan! In syaa Allah Rabbul aalamiin masih ada
kesempatan menyusul kesana!’.”
Mereka bergegas mengenakan baju dan helm perang berajut besi
pelindung leher. Mereka memacu kuda dengan cepat, menuju regu Khalid yang
telah lelah. Yang telah berlari cepat sekali mengendarai kuda, mendahului
lainnya, adalah istri Khalid.
Abu Ubaidah berlari di depan pasukan, menyaksikan seorang jauh
di depannya, memacu kuda dengan kecepatan maksimal. Abu Ubaidah perintah agar
sejumlah pria mengejar dan menangkap dia, yang mencurigakan.
Orang-orang tak mampu menangkap, karena lari kudanya cepat
sekali. Abu Ubaidah heran hingga menyangka ‘dia malaikat’ yang diutus oleh Allah, agar berlari di depan pasukan. Abu Ubaidah mengejar dan berteriak, “Hai
pengendara kuda yang gagah! Pelan-pelan! Semoga Allah merahmati kau!.”
Dia berhenti, Abu Ubaidah terkejut. Setelah diamati, ternyata
dia Umu Taim, istri Khalid.
Abu Ubaidah bertanya, “Kenapa kau memacu kudamu cepat sekali
mendahului kami?.”
Umu Taim berkata, “Wahai pimpinan! Saat saya tadi mendengar
teriakan kau ‘Khalid dikepung’, saya berkata ‘sampai kapanpun Khalid
takkan terkalahkan, karena membawa jambul Al-Mushthafa di
pecinya’. [7]
Tiba-tiba saya melihat peci Khalid yang dibarokahi itu ‘ketinggalan’. Dia lupa
tidak mengenakan. Saya segera mengambil peci itu dan berlari kencang dengan
kuda untuk mengantarkan pada Khalid.”
Abu Ubaidah perintah, “Pergilah secepatnya untuk mengantarkan!
Semoga mendapat Barokah dan Pertolongan Allah.”
[1] Air Amudiyah ialah
air suci, bagi kaum Nashrani. Ketika Wardan panglima perang utusan
Hiraqla, akan menyerang Khalid, juga masuk pada air Amudiyah.
[2] Penyair nabi SAW bernama
Chasan bin Tsabit. Dia sering ditugaskan ‘membuat syair’ untuk membalas fitnah
dan tuduhan dari kaum kafir. Terkadang disuruh ‘menantang musuh’ melalui sayir.
Ada yang meriwayatkan: Orang yang mengenakan
peci Khalid yang disisipi jambul nabi SAW, tidak akan merasa haus, dan jika
menyerang pasti menang. Menganggap rambut nabi barokah tidak syirik.
[7] Al-Mushthafa artinya orang
pilihan, maksudnya Nabi Muhammad SAW.
Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia
Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar