Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2015/03/25

PS 91: Pembebasan Syam







Abdur Rohman menjawab, “Kok kamu bilang begitu? ‘Melewati’ batas bukan sifat kami.”
Jabalah berkata, “Karena kau telah membunuh orang-orang kami. Saya kemari bukan untuk melawanmu, karena kau bukan lawan yang seimbang. Saya kemari karena temanmu itu telah membantu kau! Berarti kau tidak kesatria, perkelahian ini tidak adil.”
Abdur Rohman tersenyum dan berkata, “Hai anak Aiham! Kau akan menipu saya ‘murid Imam Ali RA’. Saya telah mendampingi dia dalam sejumlah acara penting, dan peperangan.”
Jabalah berkata, “Yang saya ucapkan benar, bukan menipu.”
Abdur Rohman berkata, “Kalau kau benar, sekarang mari berkelahi! Seranganmu akan saya lawan.”

Jabalah kehabisan akal, karena Abdur Rohman tidak mudah ditipu. Dia merayu, “Maukah kau kuangkat sebagai tokoh besar kami dengan cara, kau saya masukkan ke dalam air Amudiyah (المعمودية)?. [1] Agar suci dari dosa seperti ketika kau lahir dari perut ibumu? Kau akan kami jadikan pasukan Salib dan Injil, agar bisa makan kurban dan  menjadi orang dekat Raja Hiraqla. Selanjutnya kau akan saya nikahkan dengan anak perempuanku, untuk bergabung menikmati hudup bersamaku. Kau akan kujadikan orang terhormat dengan kekuasaanku. Sayalah orang masyhur, yang pernah disebut oleh penyair nabimu, dalam untaian syairnya.” [2]

Jabalah melantunkan syair karya Chasan bin Tsabit, dengan suara memukau. Lalu berkata, “Bergegaslah kemari untuk menerima tawaran saya, agar kau tidak tewas. Selanjutnya hidup berbahagia.”
Abdur Rohman berkata, “Laa Ilaaha illaa Allahu wahdahu laa syariika lah (لا إله إلا الله وحده لا شريك له)! Hai anak orang tercela! Masyak kamu mengajak saya meninggalkan Hidayah, menuju ‘kesesatan?’ Dari iman menuju ‘kekafiran dan kebodohan?’ Saya sudah mantap memeluk keimananku, dan bisa membedakan kebenaran dan kekeliruan. Saya membenarkan Nabi Allah, dan membenci orang yang mengkufuri Allah! Ayolah kalau mau berkelahi, tak perlu merayu segala! Seranglah kalau ingin menyerang! Kau akan kupukul dengan pedang, penghantar ke alam baka, dan penutup hidungmu! Agar orang-orang Arab tak memuji-muji kau sebagai orang yang mengkufuri Rohman penyembah Sulban (صُلْبَانٌ).” [3]

Jabalah marah dan bergerak cepat, mengayunkan tombak ke arah Abdur Rohman yang segera menghindar dan mematahkan tombak Jabalah dengan pedang. Jabalah membuang sisa tombak dan mengunus pedang kebanggaan yang putih berkilau itu, buatan kaum Kindah. Yang sudah-sudah, pedang itu mampu memutuskan apa saja ‘yang dianggap sangat keras’.

Abdur Rohman menyerang dengan sengit, membuat orang-orang takjub, oleh jurus-jurus mautnya, membuat Jabalah kewalahan mengimbangi. Jabalah menyerang hingga pedangnya berbunyi, “Tang!,” karena berbenturan dengan pedang Abdur Rohman. Perisai Jabalah robek oleh tebasan pedang Abdur Rohman. [4] Pedang Abdur Rohman menebas, “Tang” Hingga helm perang Jabalah pecah. Namun berhasil melukai Jabalah.
Jabalah mengayunkan pedang sekuat tenaga. Abdur Rohman menghindar, namun rajut-besi pelindung leher dan pakaiannya terkoyak. Tebasan pedang selanjutnya mengoyak, hingga lengan Abdur Rohman berdarah.

Abdur Rohman memacu kuda menuju Khalid.
Dengan geram, Khalid bertanya, “Kau telah terluka olehnya?!.”
Abdur Rohman menjawab, “Betul,” sambil menunjukkan lukanya yang serius.
Kaum Muslimiin menurunkan Abdur Rohman dari kuda dan mengobati lukanya. Khalid berkata, “Hai putra Asshiddiiq! Jika Jabalah telah melukai kau! Demi kebenaran bai’at pada ayahmu! [5] Mereka akan saya buat sedih ‘dengan tawananku’, sebagaimana mereka telah membuat saya sedih, karena lukamu.”
Khalid berteriak, “Hamam! Bawa kemari tawananku!.”
Oleh Hamam, Bathriq Luqa dihadapkan pada Khalid, dalam keadaan gemetar. Pedang Khalid bergerak cepat menebas leher Bathriq Luqa. Semua orang terperanjat, menyaksikan darah menyembur dan kepala lepas dari tubuh Luqa. Jantung kaum Romawi seakan berhenti, mata mereka terbelalak.

Raja Jabalah marah, “Kalian curang! Telah membunuh sahabat kami” Lalu berteriak, “Hai semuanya serang mereka ini!.”

Kini, lautan pasukan lawan bersenjata tajam yang mengepung kaum Muslimiin, bergerak mendekat. Sebagian lagi telah menyerang.

Pada Hamam, Khalid perintah, “Tugasmu melindungi Abdur Rohman.” Pada yang lain, Khalid perintah, “Jangan keluar dari lingkaran ini! Pertolongan Allah akan datang segera!.”
Lingkaran sahabat nabi SAW dikepung dan diserbu dari segala penjuru oleh mereka yang menyemut. Ternyata mereka bisa mengimbangi serangan pasukan yang melaut, dalam waktu cukup lama.
Saat paling mendebarkan, ketika Khalid telah mengamuk dengan pedangnya. Banyak musuh yang tewas bersimbah darah. Yang masih hidup lari menjauh.

Kaum Muslimiin terkuras tenaga mereka, keringat mereka bercucuran dan merasa kehausan. Pada Khalid, Rafi’ bin Umairah berkata, “Kita terlanda qodrat.”
Khalid menjawab, “Ya putra Umairah! Ini termasuk karena saya lupa membawa peci yang barokah.” [6]

Di satu sisi, kaum Muslimiin sudah terlalu capek dan haus. Namun kaum Romawi yang tewas bermandi darah, sangat banyak sekali.

Ada suara yang tak diketahui berasal dari mana: “Tenang hai pembawa Al-Qur’an! Pertolongan dari Rohman telah datang untuk kalian! Kalian ditolong mengalahkan penyembah berhala! Kalian telah mengalami kesusahan dan telah berjuang maksimal!.”

Saat itu, Abu Ubaidah dan pasukannya, yang ada di dalamnya ‘Ischaq bin Abdillah’, berada di wilayah Syairazah. Malam itu mereka terkejut, karena Abu Ubaidah keluar dari tenda, sambil berkata, “Hai Muslimiin semuanya! Ayo segera berangkat! Kaum bertauhid sedang dikepung musuh.”

Mereka bergegas berkumpul di hadapan Abu Ubaidah. Sebagian mereka berkata, “Wahai pimpinan! Ada apa?.”
Dengan gugup, Abu Ubaidah berkata, “Dalam tidurku barusan, saya bermimpi melihat Rasulallah SAW datang dan menarik saya, sambil bersabda ‘hai putra Al-Jarrach! Kenapa kau justru tidur? Tidak membantu kaum yang mulia? Bediri dan susullah Khalid bin Al-Walid yang sedang dikepung oleh lawan menjijjikkan! In syaa Allah Rabbul aalamiin masih ada kesempatan menyusul kesana!’.”

Mereka bergegas mengenakan baju dan helm perang berajut besi pelindung leher. Mereka  memacu kuda dengan cepat, menuju regu Khalid yang telah lelah. Yang telah berlari cepat sekali mengendarai kuda, mendahului lainnya, adalah istri Khalid.

Abu Ubaidah berlari di depan pasukan, menyaksikan seorang jauh di depannya, memacu kuda dengan kecepatan maksimal. Abu Ubaidah perintah agar sejumlah pria mengejar dan menangkap dia, yang mencurigakan.
Orang-orang tak mampu menangkap, karena lari kudanya cepat sekali. Abu Ubaidah heran hingga menyangka ‘dia malaikat’ yang diutus oleh Allah, agar berlari di depan pasukan. Abu Ubaidah mengejar dan berteriak, “Hai pengendara kuda yang gagah! Pelan-pelan! Semoga Allah merahmati kau!.”

Dia berhenti, Abu Ubaidah terkejut. Setelah diamati, ternyata dia Umu Taim, istri Khalid.
Abu Ubaidah bertanya, “Kenapa kau memacu kudamu cepat sekali mendahului kami?.”
Umu Taim berkata, “Wahai pimpinan! Saat saya tadi mendengar teriakan kau ‘Khalid dikepung’, saya berkata ‘sampai kapanpun Khalid takkan terkalahkan, karena membawa jambul Al-Mushthafa di pecinya’. [7] Tiba-tiba saya melihat peci Khalid yang dibarokahi itu ‘ketinggalan’. Dia lupa tidak mengenakan. Saya segera mengambil peci itu dan berlari kencang dengan kuda untuk mengantarkan pada Khalid.”   
Abu Ubaidah perintah, “Pergilah secepatnya untuk mengantarkan! Semoga mendapat Barokah dan Pertolongan Allah.”





In syaa Allah bersambung.



[1] Air Amudiyah ialah air suci, bagi kaum Nashrani. Ketika Wardan panglima perang utusan Hiraqla, akan menyerang Khalid, juga masuk pada air Amudiyah. 
[2] Penyair nabi SAW bernama Chasan bin Tsabit. Dia sering ditugaskan ‘membuat syair’ untuk membalas fitnah dan tuduhan dari kaum kafir. Terkadang disuruh ‘menantang musuh’ melalui sayir.
[3] Sulban bentuk jamak dari ‘Salib’.
[4] Perisai dia yang disebut Addarok (الدَّرَقُ), dari kulit yang diolah hingga mengeras.
[5] Mungkin Khalid tidak tahu bahwa, bersumpah dengan selain Nama Allah ‘terlarang’.
[6] Naskah aslinya dalam kitab Futuchtus-Syam, “لاني نسيت القلنسوة المباركة ولم اصحبها معي.”
Ada yang meriwayatkan: Orang yang mengenakan peci Khalid yang disisipi jambul nabi SAW, tidak akan merasa haus, dan jika menyerang pasti menang. Menganggap rambut nabi barokah tidak syirik.
[7] Al-Mushthafa artinya orang pilihan, maksudnya Nabi Muhammad SAW.  



Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar