Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2015/02/16

PS 61: Pembebasan Syam





Penduduk Damaskus yang tinggal di kampung halaman, masih cukup banyak. Mereka mulai tenang karena sudah ada perjanjian damai. Sebagian mereka ada yang berani berselisih dengan Khalid, mengenai sawah milik mereka. Menurut Khalid, sawah yang berjumlah banyak sekali itu semua, sudah menjadi hak milik kaum Muslimiin.

Abu Ubaidah menengahi, “Itu semua hak milik mereka, sesuai dengan perjanjian damai.”
Tetapi semakin lama, perselisihan semakin memuncak. Hampir saja terjadi perkelahian antara para pendukung Khalid dan pendukung Abu Ubaidah. Ketegangan berakhir setelah mereka sepakat agar Khalid dan Abu Ubaidah kirim surat pada Abu Bakr As-Shiddiq, agar menengahi mereka.

Kaum Muslimiin tidak tahu bahwa sebetulnya Abu Bakr telah wafat, di waktu mereka menguasai kota Damaskus. Hanya Abu Ubaidah, yang tahu bahwa Abu Bakr RA telah wafat, tapi diam.


Subhanallah, arak-arakan lautan manusia panjang sekali, mengalir meninggalkan Damaskus.
Athiyah bin Amir berdiri tercengang, menyaksikan beribu-ribu orang, semakin lama semakin jauh. Saat itu, tokoh yang paling menjadi perhatian bagi mereka, Tuma dan istrinya, yaitu putri Raja Hiraqla, dan Harbis. Lama sekali berakhirnya, karena saking banyaknya jumlah mereka.

Dengan mata memicing karena geregetan dan kesal, Dhirar bin Al-Azwar juga menonton.
Athiyah menegur, “Hai Putra Al-Azwar! Kenapa kau kesal melihat mereka? Fasilitas surga yang di sisi Allah, jauh lebih banyak, daripada yang mereka bawa itu semua.”
Dhirar menjawab, “Demi Allah, yang saya butuhkan bukan harta. Saya hanya menyesal ‘kenapa mereka’ dibiarkan hidup dan pergi meninggalkan kota ini. Abu Ubaidah telah menjatuhkan martabat kaum Muslimiin.”  
Athiyah menjawab, “Hai putra Al-Azwar! ‘Kepercayaan Umat (Abu Ubaidah)’ ini tidak menghendaki, kecuali demi kebaikan kaum Muslimiin. Untuk melindungi darah dan kita semua, karena perang yang berkepanjangan. Menyayang seorang Muslim, nilainya lebih baik daripada semua harta yang disinari oleh matahari. Allah sendiri meletakkan rahmat pada semua hati kaum iman. Bahkan berfirman di dalam kitab yang diturunkan ‘sungguh Tuhan takkan menyayang orang yang tak menyayang’. Bahkan juga berfirman wasshulchu khair’.” [1]

Dhirar menjawab, “Demi umurku kau telah benar! Tetapi saksikanlah bahwa ‘saya paling benci’ pada orang yang berkeyakinan bahwa, Allah beristri dan berputra.”

Watsilah bin Al-Asqa, tergolong pasukan yang bergabung sebagai pasukan Khalid, di dalam Penaklukan Negeri Damaskus. Komandan dia bernama Dhirar bin Al-Azwar. Rombongan Dhirar, pasukan berkuda yang berkeliling kota, mulai dari Gerbang Tuma, hingga Gerbang Salamah. Lalu berjalan lagi hingga Gerbang Jabiyah. Berjalan lagi hingga Gerbang Kecil. Berjalan lagi hingga Gerbang Qiyadz.

Sejumlah pasukan Muslimiin terkejut, oleh suara pintu gerbang, yang tiba-tiba terbuka. Ada orang naik kuda yang keluar dan begerak mendekati mereka. Dia ditangkap dan diancam, “Jika kamu berteriak, kami bunuh!.”
Mereka dikejutkan lagi, oleh wanita berkuda yang muncul dari dalam. Di tengah pintu dia berteriak, memanggil lelaki yang ditangkap. Pada tawanan itu, mereka perintah, “Beri tahulah dia!.”
Tawanan bergerak mendekati orang yang barusan keluar. Dengan bahasa Romawi, dia memberi tahu, “Burung telah terperangkap.”
Wanita itu tahu bahwa temannya telah ditawan oleh kaum Muslimiin. Dia bergerak cepat berbalik ke belakang, lalu menutup pintu gerbang. 
Kaum Muslimiin mendatangi untuk membunuh lelaki tawanan tersebut. Karena siapa tahu pembicaraan dengan temannya barusan, membahayakan. Beberapa Muslimiin berkata, “Jangan dibunuh! Kita bawa menghadap Khalid, saja!.”

Mereka datang pada Khalid, membawa tawanan.
Kepadanya, Khalid bertanya, “Siapa kau?.”
Dia menjawab, “Saya orang Romawi bernama Yunus Ad-Dimaski. Saya telah menikahi gadis dari kaumku tadi, sebelum tuan menyerbu negeri ini. Saya sangat cinta pada dia. Tuan terlalu lama mengepung negeri ini. Saya telah minta pada keluarganya, agar kami dipestakan, namun mereka menolak dengan alasan ‘sedang repot’. Padahal saya benar-benar ingin segera dirayakan. Saya berkencan ‘mengajak dia’ ke arena bermain. Di tempat itulah dia minta saya membawa dia keluar kota. Ketika saya membuka pintu gerbang untuk melihat keadaan, ternyata saya ditangkap pasukan tuan. Orang berkuda yang memanggil saya di pintu gerbang itu benar-benar istri saya. Saya memberitahu dia ‘burung telah terperangkap’, agar dia menghindar dari kalian. Kalau dia bukan istriku, telah saya biarkan kalian tangkap.”
Khalid bertanya, “Bagaimana jika kau masuk Islam?.”
Yunus Ad-Dimaski berkata, “Asyhadu an laa Ilaaha illaa Allah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasul Allah.”
Yunus dilepaskan karena telah masuk Islam. Dia bergabung pada pasukan Muslimiin, untuk berperang dengan giat melawan kaum Romawi Damaskus. 

Ketika Damaskus telah dikuasai oleh kaum Muslimiin sepenuhnya, dia mencari istrinya. Dan terkejut ketika mendengar orang bilang, “Istrimu telah menjadi biarawati.”
Yunus mencari hingga berjumpa. Namun orang yang belum lama diperistri itu sudahpangling padanya.
Dia menegur, “Apa yang mendorong kau menjadi biarawati?.”
Istrinya menjawab, “Saya dulu senang suamiku, namun dia ditangkap kaum Arab. Saya menjadi biarawati karena susah ‘memikirkan dia’.”
Yunus menjawab, “Saya lah suamimu yang telah mengikuti agama kaum Arab.”
Biarawati bertanya, “Kalau kau telah murtad, apa tujuanmu menemui aku?!.”
Dia menjawab, “Agar kau mau menjadi dzimmah (taklukan Islam yang tunduk).”  
Biarawati menjawab, “Demi kebenaran Al-Masih! Sampai kapan pun, tak mungkin terjadi! Tidak ada alasan ke sana.”
Dia pergi untuk bergabung pada rombongan Bathriq Tuma, keluar dari negeri Damaskus tercinta.

Yunus melaporkan pada Khalid yang lalu menjawab, “Karena kota ini telah diduduki dengan damai oleh Abu Ubaidah, berarti kau tak punya jalan lagi untuk menguasai dia.” 
Maksud Khalid, kalau belum diduduki dengan damai, biarawati itu bisa ditangkap menjadi tawanan, yang bisa diberikan pada suaminya yang telah Islam.
Yunus tahu bahwa Khalid akan mencari rombongan Tuma, keluar kota. Dengan semangat, dia berkata, “Saya akan mengikuti perjalanan Khalid, agar bisa menjumpai istri.” 
Dia berdiam di Damaskus selama empat hari, untuk menunggu Khalid keluar. [3]


In syaa Allah bersambung.



Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia


[1] فتوح الشام (1/ 75)
قال عطية بن عامر كنت واقفا على باب دمشق في اليوم الذي سارت فيه الروم مع توما وهربيس ومعهم ابنة الملك هرقل قال فنظرت إلى ضرار بن الأزور وهو ينظر إلى القوم شزرا ويتحسر على ما فاته منهم فقلت له: يا ابن الأزور مالي اراك كالمتحسر أما عند الله أكثر من ذلك فقال والله ما أعني مالا وإنما أنا متأسف على بقائهم وانفلاتهم منا ولقد أساء أبو عبيدة فيما فعل بالمسلمين فقلت: يا بان الأزور ما أراد أمين الأمة إلا خيرا للمسلمين أن يحقن دمائهم وازواجهم من تعب القتال فإن حرمة رجل واحد خير مما طلعت عليه الشمس وأن الله سبحانه وتعالى اسكن الرحمة في قلوب المؤمنين وأن الرب يقول في بعض الكتب المنزلة: إن الرب لا يرحم من لا يرحم وقال تعالى: {وَالصُّلْحُ خَيْرٌ} [النساء: 128].
[2] فتوح الشام (1/ 76)
قال حدثني عمر بن عيسى عن عبد الواحد بن عبد الله البصري عن وائلة بن الاسقع قال كنت مع خالد بن الوليد في جيش دمشق وكان قد جعلني مع ضرار بن الأزور في الخيل التي تجوب من باب شرقي إلى باب توما إلى باب السلامة إلى باب الجابية إلى باب الصغير إلى باب قيان.
[3] فتوح الشام (1/ 76)
إذ سمعنا صرير الباب وذلك قبل فتوح الشام وإذا به قد خرج منه فارس فتركناه حتى قرب منا فأخذنا قبضا بالكف وقلنا أن تكلمت قتلناك فسكت وإذا قد خرج فارس اخر قام على الباب وجعل ينادي بالذي قد أخذناه فقلنا له كلمه حتى يأتي قال فرطن له بالرومية أن الطير في الشبكة فعلم إنه قد اسر فرجع وأغلق الباب قال فاردنا قتله فقال بعضنا لا تقتلوه حتى نمضي به إلى خالد الأمير قال فأتينا به خالدا فلما نظر إليه قال له: من أنت قال له: أنا من الروم وإني تزوجت بجارية من قومي قبل نزولكم عليهم وكنت أحبها فلما طال علينا حصاركم سألت أهلها أن يزفوها علي فأبوا ذلك وقالوا: إن بنا شغلا عن زفافك وكنتأحب أن القاها ولنا في المدينة ملاعب نلعب فيها فوعدتها أن نخرج إلى الملاعب فخرجت وتحدثنا فسألتني أن اخرج بها إلى خارج المدينة ففتحنا الباب وخرجت انظر اخباركم فأخذني أصحابك فنادتني فقلت: إن الطير وقع في الشبكة احذرها منكم مخافة عليها ولو كان غيرها لهان علي ذلك فقال خالد: ما تقول في الإسلام فقال: أشهد أن لا إله إلا الله واشهد أن محمدا رسول الله فكان يقاتل معنا قتالا شديدا فلما دخلنا المدينة صلحا أقبل يطلب زوجته فقيل له إنها لبست ثياب الرهبانية فأقبل إليها وهي لا تعرفه فقال لها: ما حملك على الرهبانية قالت: حملني على ذلك إني غررت بزوجي حتى أخذته العرب وترهبنت حزنا عليه قال أنا زوجك وقد دخل في دين العرب قال فلما سمعت ذلك قالت: وما تريد قال أن تكوني في الذمة فقال وحق المسيح لا كان ذلك ابدا ومالي إلى ذلك سبيل وخرجت مع البطريق توما فلما نظر إلى امتناعها أقبل إلى خالد بن الوليد فشكا له حاله.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar