Dua kubu saling mendekati.
Seorang berpeci hitam, muncul dari barisan lelaki perkasa.
Setelah mendekat, dia menyeru “Hai orang-orang Arab! Mana kalian yang menjadi pimpinan? Agar datang kemari untuk berdialog! Saya jamin
dia tidak diserang oleh kaumku!” dengan bahasa Arab.
Khalid segera muncul mendekati. Ternyata orang itu Qiss,
(seorang alim Nashrani). Dalam Al-Qur’an diistilahkan Qissiisiin karena
jamak. [1]
Dia berkata, “Kau pimpinan mereka?.”
Khalid menjawab, “Kata mereka begitu, selama saya mengikuti
Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Jika sudah tidak mengikuti Allah dan Sunnah
Rasul-Nya, saya harus diganti. Karena sudah tidak berhak menjadi pemimpin yang
ditaati.”
Dia berkata, “Inilah yang membuat kalian kemarin menaklukkan
pasukan kami. Ketahuilah bahwa kau telah memasuki kota yang belum pernah
dimasuki oleh seorang raja pun, karena pertahanannya terlalu kuat. Dulu pernah
ada pasukan Persia yang masuk kota ini melancarkan serangan, namun akhirnya
kalah total dan pulang dengan hina serta malu. KaumTababi’ah juga
pernah menyerang kami besar-besaran, namun akhirnya dikalahkan. Kalian kemarin
telah mengalahkan kami. Kemenangan yang telah kau raih mungkin hanya sampai di
sini. Memang Panglima perang kami bernama Wardan telah grogi dan takut kalian.Dia telah mengutus agar saya menawarkan pada kalian:
1.
Tiap tentara Arab akan diberi uang satu Dinar,
dua pakaian dan satu surban.
2.
Khusus untuk kau, seratus dinar dan seratus
surban.
3.
Setelah itu segeralah pulang! Mumpung belum
berhadapan dengan seluruh pasukan kami, yang jumlahnya seperti semut.
Kau jangan menganggap pasukan kami yang ini, seperti pasukan
yang telah kau kalahkan. Kali ini raja kami tidak tanggung-tanggung. Para Batriq
dan Uskup senior yang kami anggap handal, diterjunkan untuk memotifasi
pasukan.”
Khalid menjawab, “Demi Allah kami takkan kembali sebelum
mendapatkan satu dari tiga kemungkinan:
1.
Kalian memasuki agama kami.
2.
Atau kalian membayar pajak pada kami.
3. Atau kita berperang.
Kalau hanya jumlah kalian sangat banyak bagaikan semut, takkan
membuat kami mundur. Karena Allah telah menjanjikan ‘kemenangan’ pada kami,
melalui lisan Muhammad SAW. Janji itu juga ada di dalam Kitab-Nya yang mulia.
Adapun pimpinan kalian akan memberi tiap seorang dari kami, satu dinar, surban,
dan dua pakaian, itu tidak menarik. Karena sebentar lagi in syaa Allah semua
pakaian kalian, kota kalian, surban kalian, akan kami miliki semuanya.”
Tokoh agama Nashrani itu menjawab, “Perkataanmu akan saya
laporkan pada pimpinan kami.”
Kudanya dibelokkan, untuk dipacu dengan kencang, dan pulang.
Dia melaporkan pada Wardan mengenai ucapan Khalid.
Dia melaporkan pada Wardan mengenai ucapan Khalid.
Wardan berkata, “Masyak dia menyangka kita hanya seperti orang-orang yang telah dia taklukkan? Sungguh mereka itu terlalu percaya diri, karena telah mengalahkan pasukan kita. Tapi yang ini berbeda: Raja telah menurunkan para Batriq senior. Diperkirakan, jika kita telah bergerak serempak, mereka akan tewas semuanya.”
Wardan menata barisan,
dan menunjuk orang pilihan, agar berada di depan, untuk melindungi dirinya.
Mereka berjalan kaki bersenjata lengkap.
Mu’adz bin Jabal berteriak, “Saudara semuanya! Surga benar-benar
telah diperindah untuk kalian! Neraka telah dibuka untuk musuh! Para malaikat telah
berdatangan untuk menolong kalian! Para bidadari telah bersolek untuk menyambut!
Berbahagialah untuk memasuki surga yang abadi itu!” Lalu membaca Firman,
“Sungguh Allah telah membeli jiwa-jiwa dan harta-harta kaum iman, dengan surga”
[2] Dia menambahkan, “Semoga
Allah membarokahi Serangan kalian!.”
Khalid berkata, “Sabar dulu hai Mu’adz! Saya akan menyampaikan
pesan, pada semuanya!.”
Khalid mengendarai kuda untuk mengecek dan membenahi barisan.
Lalu berpesan, “Jumlah mereka berlipat ganda dari kita! Ulurlah peperangan ini
hingga asar nanti! Setelah itu, baru kita serbu mereka! Ketika itulah kita akan
mendapat kemenangan besar! Ayo bergerak ke depan! Semoga Allah memberi kalian Barokah!.”
Dua kubu kini saling mendekat lagi. Pasukan Romawi meluncurkan
anak panah dengan serempak. Beberapa Muslimiin berguguran dengan darah
mengucur. Khalid menahan agar pasukannya jangan menyerang dulu.
Dhirar berkata, “Bagaimana mungkin kita hanya disuruh bertahan
terus?! Padahal Allah yang Haq telah menengok kita?! Demi Allah kalau kita
begini terus! Musuh-Musuh Allah akan menyangka kita takut! Perintahlah kami
agar menyerang bersama kau.”
Khalid berkata, “Kalau kau akan menyerang, silahkan!.”
Dhirar keluar dari barisan dan berkata, “Demi Allah ini amalan
yang paling saya senangi.”
Dhirar bergegas menaiki kuda, membawa perisai rampasan dari
Petrus saudara Paulus. Dia berjubah rangkap dua berbahan kulit gajah. Jubah
mahal itu juga rampasan dari Petrus. Dengan begitu, pasukan Romawi takkan tahu
bahwa dia Dhirar. Tali kendali kuda di tangannya. Taring tombaknya telah
diperkuat. Dia memacu kuda agar berlari mendekati mereka.
Dia diserang dengan panah sangat banyak, namun tak ada satupun
yang dirasakan. Bahkan dia justru menerobos ke pertengahan, untuk
mengamuk. Serangannya yang membabi-buta berlangsung kira-kira satu jam.
Hasilnya menakjubakan, 20 pasukan berkuda, dan 20 pasukan berjalan kaki, tewas,
bermandi darah.”
Anan bin Auf An-Najbi (عنان بن عوف النجبي) menyampaikan berita
sedikit berbeda:
“Saat itu saya
menghitung pasukan Romawi yang dibunuh oleh Dhirar, sejumlah pasukan berjalan
kaki; tigapuluh pasukan berkuda.”
Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia
[2] { إِنَّ
اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ
الْجَنَّةَ} [التوبة: 111].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar