Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2015/02/04

PS 41: Pembebasan Syam




Dhirar bin Al-Azwar, namanya sohor di Damaskus. Jika Wardan saja takut karena serangannya yang sangat ganas dan keberaniannya yang maksimal, apa lagi hanya kroco. Dialah yang telah meringkus Paulus yang namanya kondang di negeri Romawi. Dia pula yang menusuk putra Wardan bernama Hamdan. Dia pula yang berani menembus lautan pasukan lawan untuk mengamuk. Tusukan anak panah berjumlah banyak, tak dihiraukan melukai kulitnya. Bahkan justru hal itu, ‘memacu semangat’ melawan dan mengobrak-abrik, hingga setidaknya 40 pasukan tewas berserakan. Yang masih hidup, kabur karena takut mati. 
Dhirar berlari pulang untuk bergabung pada pasukan Muslimiin.


Dhirar melepas helm perang dan zarod (baju perang dari kulit yang dikeraskan)nya. Dia berteriak :
Akulah Maut yang akan merenggut keluarga Ashfar
Akulah lawan kalian
Aku pembunuh Hamdan bin Wardan
Akulah balak yang akan menundukkan kalian
Dan siapa saja yang syirik pada Rahman

Subahan Allah, begitu mendengar teriakannya, mereka mundur kebelakang, karena takut. Karena nama Dhirar telah kondang di kota Damaskus atau kota Ajnadin. Hampir semua orang di sana pernah membicarakan atau mendengar kehebatan dia di medan pertempuran. Lelaki yang pernah dibawa oleh seratus pasukan berkuda, untuk dihadapkan pada Raja Hiraqla. Inilah yang telah membuat penduduk kota Damaskus dan Homs ‘bergetar takut’, karena berkali-kali serangannya yang garang tak dapat dipatahkan oleh orang sehebat apapun.


Wardan bertanya, “Siapa orang kampung yang kemari ini?.”
Mereka menjawab, “Tuan Panglima! Dialah Dhirar yang berumur panjang, yang biasanya kalau berperang telanjang dada! Kadang bersenjata panah, kadang tombak!.”
Ketika mendengar nama Dhirar disebut, Wardan terkejut dan nafasnya menjadi sesak. Dan berkata, “Dia yang telah membunuh putraku, Hamdan. Saya ingin sekali di antara kalian, ada yang membalaskan dendam, atas terbunuhnya putra saya. Kalau berhasil akan saya beri apa saja yang dia minta.”

Seorang batriq penguasa Tiberias (طبرية), bergegas menghadap. Dia berkata, “Saya akan membalaskan dendam Tuan.”

Si batriq membelokkan kuda yang dikendarai, untuk mendekati Dhirar. Lalu menyerang Dhirar yang telah waspada sepenuhnya. Peperangan berlangsung lebih dari satu jam, karena sama-sama unggul. Peperangan diakhiri dengan tusukan tombak Dhirar ‘menembus’ ulu hati, bahkan menembus tubuhnya. 
Dia kelojotan sakarat dan tewas. Tombak ditarik.

Wardan berkata, “Kalau dia bisa menaklukkan Dhirar, saya jusrtu tak percaya, meskipun mataku melihat buktinya. Dia tak mungkin ditaklukkan oleh siapapun.”

Wardan berjalan untuk berganti baju perang yang lebih kuat. Mengenakan pakain perang satu lagi, lalu mengenakan mahkota. Dia mengendarai kuda Arab untuk menyerang Dhirar. Jalannya terhenti oleh seorang batriq bernama Ishthofan (اصطفان) yang menghadap. Ishthofan penguasa kota Oman (عمان). Lelaki yang telah tergila-gila kecantikan putri Wardan itu, memberanikan diri, berkata, “Tuan yang mulia! Jika saya mampu membunuh dia yang hina! Maukah tuan menikahkan saya dengan putri tuan?!.”
Wardan mengundang sejumlah pejabat militer agar menyaksikan: “Saksikanlah! Jika dia mampu membunuh Dhirar! Akan saya nikahkan dengan putriku.”

Dengan penuh semangat, Isthofan memacu kuda kearah Dhirar. Ishthofan tersenyum bahagia. Bagi dia, tidak ada yang lebih indah daripada hidup menyanding wanita jelita, putri Gubernur Wardan. Dia yakin sepenuhnya ‘jika telah berhasil’ membunuh Dhirar, akan segera memandang bahkan menyanding putri tercantik sedunia. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar