Tidak berlebihan jika dikatakan, “Khalid Panglima Perang Terberani Sejagad.” Karena kerajaan terbesar sejagad saat itu Kerajaan Romawi Timur yang
dirajai oleh Hiraqla. Hiraqla bersumpah ‘jika mampu menaklukkan’ pasukan Khalid, Wardan akan dijadikan raja penggantinya.
Menurunkan 90.000 pasukan ini, menunjukkan bahwa Hiraqla grogi menghadapi kekuatan Khalid. Dan Khalid berani melawan, menunjukkan
keberaniannya maksimal. Sabda nabi, “Saifun min suyuufillah” Yang
artinya dia termasuk di antara Pedang-Pedang Allah, sebetulnya Firman Allah
yang disampaikan melalui lisan Rasulillah SAW. Dengan kata lain: Sabda tersebut
adalah Nubuwah. Artinya: ramalan yang menunjukkan peramalnya
seorang nabi yang mendapatkan ‘Wahyu’ dari Allah.
Sebetulnya kemunculan Khalid sebagai Pedang Allah, telah
diramalkan pula oleh nabi sebelum Muhammad SAW. Buktinya ketika Khalid dan
pasukannya memasuki kota Arakah, ada orang bijak dari Romawi Timur yang sangat
ketakutan. Setelah rakyat awam bertanya, dia menjawab, “Saya pernah membaca
kitab Malchamah, (peperangan akbar perusak agama). Di sana diterangkan bahwa, jika ada seorang ‘panglima
perang’ berwajah bopeng, berdada lebar, berjenggot lebat, berperisai yang
ditulisi Manshuroh, benderanya berwarna anu. Berarti agama
kita yang sudah tidak murni ini akan hancur oleh mereka.”
Tak lama setelah itu, Khalid mengajak penduduk tersebut agar
masuk Islam. Karena mereka menolak, maka Khalid melancarkan serangan yang
sangat ganas hingga mereka kalang-kabut dan takluk. Sejak itulah mereka
menyadari bahwa Islam benar-benar agama ‘Isa yang sesungguhnya, yang diteruskan
Nabi Muhammad SAW yang harus diikuti manusia.
Tahlil Takbir dan Sholawat
Dalam suasana menegangkan itu, Khalid berkhotbah, “Hai putri-putri Amaliqoh sebagai generasi Tababi’ah!
Perjuangan kalian telah membuat Allah dan Muslimiin ridho! Kalian telah
mengguratkan sejarah indah dalam perjuangan! Kini pintu-pintu surga telah
terbuka untuk kalian! Pintu-pintu nereka telah ditutup untuk kalian!
Selanjutnya dibukakan untuk musuh-musuh kalian! Ketahuilah bahwa saya akan
mendampingi kalian! Jika saya nanti menyerang mereka! Tugas kalian hanya
membela diri! Jika ada seorang Islam berlari! Pukullah dengan tongkat lalu
tunjukkan anaknya padanya! Katakan padanya ‘kenapa kau nggak mau membela
keluarga, harta, anak dan para wanita?!’. Begitulah cara agar kalian diridhoi
oleh Allah Ta’ala.” Untuk para wanita Muslimah.
Ucapan Afro’ bintu Ghoffar, “Ya
Pemimpin! Demi Allah yang membuat kami berbahagia, justru jika bisa mati
berperang di depan kau! Kami benar-benar akan memukul wajah musuh, meskipun
kami harus mati! Demi Allah kami takkan gentar ‘menghadapi’ semua pasukan
Romawi” Menarik perhatian pasukan.
Khalid mensyukuri kesedian Muslimaat untuk berjihad: “Jazaakunna
Allaahu khairon” Artinya: semoga Allah membalas kebaikan pada kalian.
Khalid kembali mengecek barisan pasukan Muslimiin. Dia berlari dengan
gagah-berani, dengan kuda, untuk memompa ‘semangat juang’ mereka.
Kali ini Khalid berkhotbah dengan nada tinggi, “Hai Muslimiin
semuanya! Tolonglah Allah! Niscaya Allah menolong kalian! Berperanglah di Jalan
Allah! Mencarilah pahala di Jalan Allah! jangan menyerang sebelum saya
perintah! Jika kalian meluncurkan anak panah agar serempak! Karena anak panah
yang banyak seperti hujan, akan mengenai sasaran! Ishbiruu wa shoobiruu
wa roobithuu wattaqullooha la’allakum turchamuun! Ketahuilah bahwa kalian
takkan lagi! Menjumpai pasukan yang sebanyak ini! Di sinilah para pasukan
pilihan! Dan pejabat tinggi mereka berkumpul! Siapkan pedang, busur dan anak
panah!.”
Khalid maju menuju barisan pasukan Muslimiin bagian tengah (qolb ).
Dia menemui sejumlah tokoh: Amer bin Al-Ash, Abdullah bin Umar, Qois bin Hubairah, Rafi’ bin Umairah, Dzu Kala’ Al-Chimyari, Robi’ah bin Amir, dan yang
sekelas mereka.
Wardan menyaksikan pasukan Muslimiin merayap mendekat,
menggunakan siku dan lutut. Dan perintah agar pasukannya merayap mendekati
Muslimiin.
Jika dipandang dari jauh, yang tampak hanya pasukan Wardan.
Dua kubu telah saling mendekat. Tak lama kemudian mereka saling
meluncurkan anak panah. Bahkan lalu saling mendekat, bangkit, dan bertempur
sengit. Salib dan bendera berjumlah sangat banyak, dibawa oleh pasukan Romawi bagian
depan.
Muslimiin bertahlil, bertakbir dan membaca sholawat
untuk nabi SAW. Peperangan berkobar bagai api yang tak terpadamkan.
Dentingan pedang; benturan perisai; teriakan; gertakan; umpatan;
dan celotehan mereka, membisingkan, mengusir sepi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar