Al-Waqidi sejarawan Islam kuno yang
masyhur, mencatat Pengakuan Rauh bin Thorif (روح بن طريف), yang pada waktu itu
bergabung sebagai pasukan Khalid:
“Saya
dulu ikut bergabung,
ketika Khalid dan pasukannya memporak-porandakan pasukan Wardan. Kami kembali lagi
menuju Pintu Gerbang Timur Damaskus. Pada waktu kami sedang santai, tiba-tiba Abad bin Saed Al-Chadhromi (عباد بن سعد الحضرمي)
datang berkendaraan kuda. Dia diutus oleh pimpinan perang selain Khalid, bernama
Syurachbil bin Chasanah,
yang pernah bertugas ‘mencatat
Wahyu Rasulillah SAW’.
Saat itu Syurachbil dan pasukannya berada di Bushro. Berita yang disampaikan ‘Pasukan Romawi berjumlah
90.000, telah bergerak dari
kota Ajnadiin, untuk menyerang’.
Kami
terkejut.
Jantung
kaum Muslimiin
berdebar-debar kencang.
‘Ya
Kepercayaan Umat! Abad bin Saed
telah diutus oleh Syurachbil, agar menyampaikan berita Thoghiyah (si keparat) Romawi yakni Hiraqla, telah mengangkat Wardan sebagai panglima perang, membawahi 90.000
pasukan. Kini mereka berada di kota Ajnadiin. Sebaiknya apa yang kita lakukan, ya
sahabat Rasulillah?’
tanya Khalid.
Khalid dan lainnya memperhatikan Abu Ubaidah berkata, ‘Ya Aba Sulaiman (Khalid)! Kini para
sahabat Rasulillah berada di tempat yang berpisah-pisah:
1.
Syurachbil bin Chasanah berada di Bushro.
2.
Muadz bin Jabal berada di Chauron.
3.
Yazid bin Abi Sufyan berada di Balqa.
4.
Nu’man bin Al-Mughirah (النعمان
بن المغيرة)
sedang mengurusi kota Tadmur (Palmyra) dan Arakah.
5.
Amer bin Ash (عمرو بن العاص) berada di Palestina.
Yang paling tepat, panggillah para sahabat nabi yang telah saya
sebut itu! Agar bergabung kemari! Kita berjuang bersama-sama, dengan memohon Pertolongan dan Kemenangan, pada Allah!’.
Khalid
mengirimkan surat pada Amer bin Ash:
‘Bismillahir
Rahmaanir Rahiim amma ba’d. Sungguh saudara-saudara kalian di sini,
telah minta pada kalian untuk bergabung pada kami, untuk menghadapi pasukan
dari kota Najdin sejumlah 90.000 orang. Mereka lah kaum yang ingin memadamkan
Nur Allah. Sementara Allah justru akan menyempurnakan Nur-Nya, walaupun
orang-orang kafir benci. Jika suratku ini telah sampai padamu, segera berangkatlah
kemari membawa seluruh pasukanmu! Ingat! Kita bertemu di kota Ajnadiin, in
syaa Allah. Semoga Keselamatan,
Rahmat, dan Barakah
Allah, melimpah padamu dan pada kaum yang menyertaimu’.
Khalid
juga menulis surat yang isinya sama, pada semua pimpinan perang selain Amer bin Ash, yang
bertempat di beberapa kota. Khalid perintah agar seluruh pasukannya
berkemas-kemas menuju kota Ajnadiin.
Pasukan segera bergerak cepat, mengangkat tenda-tenda dan tandu-tandu. Dinaikkan di atas punggung-punggung unta. Harta rampasan dalam jumlah banyak, berbentuk aneka ragam, diangkat.
Pasukan yang tadinya berpisah di sebelah barat dan sebelah timur
itu, kini telah menjadi satu, sehingga jumlahnya menjadi banyak sekali. Namun jika dibanding
lautan pasukan yang berada di Najdin,
menjadi sangat sedikit.
Yang
menjadi pusat perhatian arak-arakan pasukan panjang itu, dua tokoh besar, Abu Ubaidah dan Khalid. Pada Abu Ubaidah, Khalid
berkata, ‘Saya berpendapat, sebaiknya saya berada di saqah (belakang)
saja, untuk melindungi rampasan perang, harta benda, anak-anak dan remaja.
Silahkan engkau menempati posisi di muqoddimah (depan) bersama
para sahabat Rasulillah SAW yang agung’.
Maksud
Khalid, bersama Syurachbil,
Muadz bin Jabal, Yazid bin Abi Sufyan, dan Nu’man bin Al-Mughirah.
Ubaidah
menjawab, ‘Justru sayalah yang
seharusnya di saqah (belakang), dan kau di muqoddimah (depan), bersama pasukan penyerang. Jika Wardan
dan pasukannya menyerang,
kau sudah siap menghadapi,
untuk melawan mereka. Agar dia tidak menawan
wanita-wanita dan anak-anak yang kami jaga. Agar rombongan kami tidak menjadi
tawanan mereka’.
Khalid menjawab, ‘Sejak dulu hingga kapanpun, saya takkan menyelisihi
yang kau katakan’.
Khalid
berteriak 'hai semuanya! Kalian benar-benar akan diajak menghadapi lautan
pasukan berjumlah banyak sekali! Bangkitkan semangat kalian! Allah telah
mempersiapkan kemenangan untuk kalian!’.
Khalid membacakan, ‘Kam min fiatin qaliilatin ghalabat
fiatan katsiiratan biidznillaahi walloohu maasshoobiriin’.
Artinya:
Banyak golongan sangat sedikit,
telah mengalahkan golongan sangat banyak,
dengan Idzin Allah.
Allah menyertai kaum Sabar.
Khalid
membagi pasukan menjadi lima bagian. Yang berada di barisan depan, orang-orang
kuat, di bawah komando Khalid.
Abu
Ubaidah bersama 1.000 pasukan, di
barisan belakang.
Ketika menyaksikan pasukan Muslimiin bergerak, pasukan Damaskus menghunus pedang untuk bersiap-siap menyerang. Mereka yakin bahwa pasukan Muslimiin pasti akan lari ketakutan, karena pasukan mereka di kota Ajnadiin, sangat banyak sekali.
Di
Damaskus, dalam suasana riuh
menggemuruh, beberapa orang pandai
berkata, ‘Kalau kaum Arab merayap melewati
jalan Balbek, berarti benar-benar ingin meraih kemenangan, untuk merenggut kota
Himsh (Homs). Namun jika mereka bergerak melewati jalan Marji (Hutan) Rohith, berarti ketakutan menghadapi
bala-bantuan yang berkumpul di Ajnadiin. Mereka pasti akan pulang menuju
Hijaz dengan meninggalkan harta-benda yang telah mereka rampas’.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar