Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2015/01/30

PS 27: Pembebasan Syam




 
Ketika Wardan dan pasukannya lari kencang dengan kuda, menghindari serangan ganas pasukan Muslimiin di Wadil Hayah, ternyata jusrtu bertemu pasukan Khalid yang tak kalah ganas. 
Wardan dan pasukannya berlari lagi, menghindari serangan Khalid dan kaumnya. Barang-barang dan perbekalan ditinggalkan untuk mengurangi beban, agar bisa lari lebih cepat.
Kaum Muslimiin menjarahnya.

Khalid dan pasukannya mengejar. Namun Wardan dan pasukannya telah kabur jauh.
Khalid membawa pasukannya, berlari menyusuri jalan, hingga bertemu rombongan Rafi’, yang telah berhasil membunuh pasukan pembawa Dhirar, di Wadil Hayah.
Dengan bahagia, rombongan Khalid mengucapkan salam, dan menjumpai Dhirar, untuk memberi ucapan selamat.
Setelah menyanjung keberhasilan Rafi’, Khalid mengajak semua pasukan kembali ke Damaskus. Kebahagian kaum Muslimiin sangat lengkap dan sempurna.

Di hari yang indah itu Raja Hiraqla justru sangat susah. Dia mendapat laporan Wardan telah kalah’, bahkan kabur dari medan perang. Bahkan putra Wardan bernama Hamdan telah tewas. Kesusahan yang membalut hati Hiraqla itu, semakin lama semakin menekan perasaan. Hiraqla berputus asa, karena segala usaha untuk mengusir kaum Muslimiin telah dikerahkan, namun sia-sia. Terbayang dalam hatinya saat sahabat karibnya yang bertempat tinggal di Romawi mengirimi surat yang isinya ‘Nabi Terakhir sudah waktunya muncul. Terbayang dalam hatinya Batriq Kalus dan Pasukannya kabur menjauhi Khalid. Terbayang dalam hatinya ketika ‘menantunya kalang-kabut ketakutan; menghadapi pasukan Khalid. Terbayang dalam hatinya ketika Kalus dan Azazir Dipenggal kepalanya di Damaskus. Kesusahan yang bertumpuk-tumpuk itu membuat dia kesulitan tidur, dan tidak berselera makan. Dari wajahnya tak pernah lagi tersungging senyuman menawan yang membuat keluarga istana dan rakyat berbahagia.

Hari itu keyakinan Hiraqla bahwa kerajaannya akan segera berakhir semakin tebal dan kokoh. Itulah yang membuat dia semakin tak bergairah lagi. Walau begitu Hiraqla memberangkatkan lagi, pasukan berjumlah 90.000, untuk menyelamatkan kota Damaskus dari tangan Khalid. Derap kaki dan ringkikan kuda dari arak-arakan pasukan yang sangat panjang, membahana mengusir sepi.

Hiraqla menulis surat untuk Guberur Wardan:

“Amma ba’d, berita tentang ‘Kau dikalahkan oleh kaum yang tak punya perasaan dan berpakaian ala kadar telah sampai padaku. Begitu pula mengenai mereka membunuh putramu yang semoga disayang oleh Al-Masih. Kalau saya tidak mempertimbangkan kau pahlawan ahli berkuda yang tangguh, dan taktik perangmu sangat jitu, dan memang kodar pertolongan belum datang, niscaya kau telah saya murkai. Yang sudah terjadi biarlah berlalu. Saya telah mengutus 90.000 pasukan menuju kota Ajnadiin, agar kau pimpin. Sekarang juga berangkatlah untuk memimpin mereka! Untuk menyelamatkan kota dan rakyat Damaskus! Para prajurit yang berada di kota itu, perintahlah! Agar menghalang-halangi kaum Arab yang dari Palestin! Agar tidak bergabung dengan mereka yang di Damaskus! Tolonglah agamamu! Dan saya sebagai rajamu!.”

Raja Hiraqla menyetempel surat, lalu memberikan pada sekelompok orang, agar segera dikirimkan pada Gubernur Wardan. Rombongan orang berkuda berlari sangat cepat, membawa surat.

Wardan terkejut oleh datangnya pasukan berkuda, memberikan surat raja. Setelah membaca dan memahami isinya, wajahnya menjadi cerah karena bahagia.

Wardan bergegas menuju Ajnadiin dengan kudanya. Ternyata kaum Romawi berjumlah banyak sekali, telah berkumpul di sana. Semakin lama jumlah mereka semakin banyak. Mereka semua memberikan penghormatan, dan mengucapkan bela sungkawa pada Wardan, atas wafatnya putranya bernama Hamdan.
Wardan istirahat sejenak, lalu membacakan surat raja pada mereka. Semua menjawab, “Kami mendengar dan taat!.”

Mereka mempersiapkan serangan terganas atas kaum Muslimiin, yang telah membuat mereka marah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar