Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2015/01/31

PS 31: Pembebasan Syam






Pasukan Muslimiin berdatangan
, melancarkan serangan dahsyat. Paulus dan orang-orang dekatnya kewalahan melawan. Bahkan di luar dugaan, sejumlah kaum tewas berserakan, bersama Salib yang dibawa, oleh amukan kaum Muslimiin. 
Sejak itulah, pasukan Paulus yakin akan kalah. Hampir seperti badai menyapu daun-daun, mereka berjatuhan oleh tebasan pedang.
Yang lebih mengerikan bagi mereka, Dhirar datang untuk melancarkan serangan dahsyat sekali. Dhirar bergerak cepat ke arah Paulus yang telah waspada sepenunya. Paulus grogi pada Dhirar yang mendekati. Dia yang diagung-agungkan oleh masyarakat luas itu makin gemetar, ketika Dhirar makin mendekat.
Pada Abu Ubaidah, Paulus berkata, “Hai orang Arab! Demi kebenaran agamamu! Katakan pada syaitan itu ‘agar menjauh!’.” 

Paulus takut
, karena sebelum itu telah mendengar berita ‘Kehebatan Dhirar dalam berperang. Bahkan telah menyaksikan sendiri, melalui atas dinding ‘Serangan Dhiraryang dahsyat sekali. Dia juga mendengar berita ‘Ketika Dhirar mengamuk pada pasukan Kalus dan pasukan Azazir. Juga mendengar berita ‘Kehebatan Dhirar ketika berperang di dekat Baitu Lahya.

Dhirar mendengar
‘Ucapan Paulus’ pada Abu Ubaidah, “Syaitan ini jangan sampai mendekati saya!" Karena jaraknya dekat.
Dhirar menggertak, “Saya syaitan
, jika tidak mampu menangkap kau!."
Secepat kilat tombak Dhirar mematuk ke arah Paulus
, yang langsung menghindar dengan koprol dari kuda. Lalu lari cepat, bergabung pada pasukannya.
Dhirar mengejar sambil berkata, “Kau akan kabur dari syaitan yang mengejarmu ya?!.”
Dhirar menangkap, lalu menodong Paulus dengan pedang. 
Paulus memohon, “Hai orang kampung!
Beri saya kesempatan hidup! Karena hidupku akan bermanfaat besar, untuk anak dan hartamu.”
Dhirar mengasihani dan menangkap Paulus yang telah merendah dan mengiba.


Dua pasukan berperang menggila. Tetapi pasukan Paulus yang tewas makin  banyak, hingga medan perang itu penuh mayat bermandi darah.

Al-Waqidi mengutip tulisan Abu Rifa’ah bin Qois (أبو رفاعة بن قيس), yang saat itu bergabung dalam Perang Sahur, bersama Abdur Roman:

“Di waktu Perang Sahur, saya menjadi prajurit Abdur Rohman bin Abi Bakr RA.
Kami mengepung dan mengamuk dari segala penjuru, atas kaum Perampok harta dan penyandra kaum Muslimaat. Kami mengayun-ayunkan pedang, untuk menyerang mereka, yang terdiri dari enam himpunan besar. Tiap himpunan tirdiri dari 1.000 pasukan berkuda. 
Mereka yang bergelimpangan banyak sekali. Dari mereka yang masih hidup dan lari kabur, tidak sampai di atas seratus orang. 
Selain mereka, berjumlah banyak sekali
, ditawan oleh Muslimiin. 
Walau begitu Dhirar sangat s
edih, karena saudara perempuannya, Khaulah, dan teman-teman wanitanya, hilang dibawa kabur. 
Dhirar melaporkan pada Khalid, bahwa adik perempuannya dan sejumlah wanita Muslimaat, dibawa kabur. 
Khalid berkata ‘tenang saja! Kita telah menawan pasukan mereka berjumlah banyak sekali. Selain itu, pimpinan mereka bernama Paulus juga kau tawan. Orang-orang kita yang tertawan, akan kita tukar dengan para tawanan ini. Selain itu, kita juga akan menyerang penduduk Damaskus, untuk mencari orang kita yang belum ketemu’.

Khalid perintah pasukan Muslimiin
, agar meneruskan perjalanan pelan-pelan, sambil berusaha mencari para wanita Muslimat yang tertawan.
Arak-arakan 1.000 pasukan, berkendaraan kuda tanpa pelana. 

Selain yang bersama Khalid, diperintah agar bergabung pada Abu Ubaidah

Khalid khawatir jika Wardan dan 90.000 pasukannya datang mendadak, menyerang Abu Ubaidah. Bisa jadi akan lebih membahayakan, karena Wardan, seorang batrik yang sangat pandai bersiasat, dan pasukannya jauh lebih banyak.
Abu Ubaidah membawa pasukan berjumlah banyak. Di tengah mereka adalah, para tawanan, anak-anak dan rampasan perang.
Khalid memisahkan diri bersama pasukan berjumlah 1.000 orang. Dan mencari sejumlah wanita Muslimaat yang tertawan.
Yang diperintah di depan pasukan, Rafi’ bin Umairah At-Thoi, Maisarah bin Masruq Al-Absi, dan Dhirar bin Al-Azwar. 
Khalid mengendalikan mereka dari belakang.”

2015/01/30

PS 30: Pembebasan Syam





Barisan depan arak-arakan
pasukan, dipimpin oleh Khalid
Barisan paling belakang dipimpin oleh Abu Ubaidah
, yang bertugas melindungi harta-rampasan, harta-kekayaan, sejumlah unta, para wanita dan anak-anak.
Seorang prajurit berkali-kali menoleh ke belakang, mengamati debu di kejauhan yang berterbangan. Dia ditanya oleh Abu Ubaidah, “Ada apa?.”
Dia menjawab, “Sepertinya debu berterbangan yang makin mendekat itu, pasukan berkuda!.”
Abu Ubaidah tercengang dan berkata, “Memang penduduk Syam ingin mengalahkan kita! Kawanan musuh itu akan datang kemari!.”

Dalam waktu cepat, pasukan berkuda telah berdatangan di bawah pimpinan Paulus. Di atas kuda, Paulus didampingi dua pengawal berkuda. 
Adik Paulus bernama Petrus
, bergerak cepat, menggerakkan pasukan. Mereka menangkap dan membawa lari sejumlah wanita. Dan merampok sejumlah mutiara. Pedang mereka yang diayun-ayunkan mempermudahkan kejahatan. 
Beberapa wanita Muslimaat dan sejumlah mutiara, mereka bawa kabur dengan mengendarai kuda yang dipacu dengan kecepatan tinggi. 
Arak-arakan perampok itu mengalir ke arah Damaskus.
Ketika telah jauh, mereka berhenti menunggu pimpinan. 


Abu Ubaidah terkejut dan berkata, “Demi Allah! Kali ini yang benar Khalid! Dia berkata ‘biarlah saya yang berada di barisan belakang!' Tapi saya membantah!.”
Paulus yang kepalanya dinaungi Salib oleh pasukannya, makin mendekati Abu Ubaidah. Panji dan bendera pasukan Paulus berkibar-kibar. 
Para Muslimaat dan anak-anak berteriak. Pasukan Muslimiin bagian belakang yang hanya berjumlah 1.000 orang, berperang melawan kawanan perampok yang berjumlah terlalu banyak. 
Paulus menyerang dengan garang pada Abu Ubaidah yang menangkis berkali-kali, dengan perisainya. Suasana riuh dan bising karena dentingan pedang
, benturan perisai, teriakan, gertakan, dan jeritan mereka. Debu-debu beterbangan ke atas dan ke segala penjuru.
Meskipun serangan Paulus, menyambar-nyambar menakutkan
, namun Abu Ubaidah tak gentar. Dia melawan dengan sengit.
Pasukan Muslimiin lainnya berperang melawan pasukan Paulus yang ganas.

Suhail bin Shobah memacu kuda berkaki putih. Kuda pilihan yang berlari sangat kencang itu, berasal dari Yaman. Pernah dikendarai pada zaman Perang Yamamah. 
Khalid dan pasukannya terkejut ketika mendengar teriakan Suhail yang mendekat dengan cepat, “Wahai Pimpinan! Selamatkan harta dan para wanita!.”
Khalid bertanya, “Ada apa?.”
Suhail berkata, “Wahai Pimpinan! Kawanan perampok dari Damaskus menyerang Abu Ubaidah dan pasukannya! Sejumlah anak-anak dan wanita telah disandra! Beliau sedang berperang melawan mereka yang jumlahnya jauh lebih banyak! Kami akan kewalahan menghadapi perampok sebanyak itu!.”

Khalid istirjak, “Innaa lillaahi wainnaa ilaihi roojiuuun! Tadinya saya sudah menganjurkan agar saya yang memimpin barisan di belakang! Dia tidak mau agar Qodar Allah menjadi kenyataan.”
Khalid perintah pada Rafi’ bin Umairah, agar memimpin 1.000 pasukan berkuda, “Berangkatlah segera! Serbu mereka!.”
Abdur Rohman bin Abi Bakr RA diperintah memimpin 2.000 pasukan berkuda, “Serbu Mereka!.”
Pasukan lainnya dipimpin oleh Khalid, lari cepat dengan kuda, menyusul mereka.


PS 29: Pembebasan Syam






Di Damaskus
, ada orang sangat terkenal, bernama Paulus (بولص). Sungguh di kalangan kaum Nashrani, nama dia sangat terkenal. Tidak hanya orang awam yang mengagumi Paulus, Raja Hiraqla pun sangat mengagumi dia. Jika datang menghadap Hiraqla, dia diberi jamuan istimewa. Orang sangat kuat ini tergolong prajurit ahli berkuda. Yang membuat namanya menanjak keatas karena dia pernah menembus batang pohon yang besar dan keras, dengan anak panahnya. Karena lengan dia sangat kuat. 

Dia menulis pada batang pohon itu, “Semua yang merasa dirinya jagoan! Silahkan menembuskan anak panah di sisi anak panahku yang
 tertancap ini!.”

Dia belum keluar untuk bergabung pada pasukan Nashrani lainnya. Padahal kaum Muslimiin telah membuat kaumnya ketakutan
Pada orang-orang, Paulus berkata,Yang menimpa kalian berupa serangan kaum Arab, adalah tulisan qodar.”
“Kalau kau ingin hidup terhormat  di sisi raja, di sisi Al-Masih, di kalangan pemeluk agama Nashrani, segeralah bergerak memerangi kaum Arab! Gerakkan semua orang yang masih belum andil dalam perjuangan memerangi kaum Arab! Kaulah pimpinan yang kami andalkan. Jika kau yakin kami mampu melawan mereka, kami akan memerangi mereka,” kata beberapa orang pada Paulus, mewakili orang-orang pada umumnya.
Paulus menjawab, “Terus terang, adanya saya belum mau keluar untuk membantu kalian, karena kegigihan kalian dalam berjuang kecil. Itulah yang membuat saya tidak mau bergabung pada kalian. Selain itu, apa untungnya saya ikut-ikutan memerangi kaum Arab?.”
Beberapa orang bersumpah, “Demi kebenaran Al-Masih dan Injil, jika kau mau memimpin, kami takkan berlari dalam menghadapi mereka. Kami bersumpah jika di antara kami ada yang lari meninggalkan kau, potonglah lehernya! Saat itu di antara kami takkan protes mengenai hukumanmu."

Ketika yakin bahwa kaumnya benar-benar memohon dipimpin berperang melawan kaum Arab, Paulus segera masuk rumah untuk mengenakan pakaian perang. 
Istri Paulus gugup dan bertanya, “Kau mau kemana?.”
Paulus menjawab, “Akan memerangi kaum Arab. Kaum Damaskus telah memohon agar saya memimpin perang mereka.”
Istri Paulus ketakutan dan berkata, “Jangan! Tingallah di rumah saja! Jangan melakukan yang tidak berfaidah! Terus terang saya telah bermimpi mengenai kau.”
Paulus terkejut dan bertanya, “Bagaimana mimpimu tentang diriku?.”
Istri menjawab, “Dalam mimpi itu, saya melihat kau menggenggam busur untuk memanah kawanan burung. Ada beberapa burung yang jatuh. Namun tiba-tiba burung itu bisa terbang lagi. Tiba-tiba ada angin badai yang menyambar dan melumpuhkan kau dan kaummu. Badai menyerang pimpinan para pasukan, hingga kalian kabur berlarian. Pasukan yang disapu oleh
angin badai itu, berguguran. Setelah bangun, saya ketakutan dan menangisi nasibmu.”
Paulus bertanya, “Betulkah di dalam mimpimu, saya yang sangat kuat ini gugur?!.”   
Istri menjawab dengan yakin, “Betul! Yang membunuh kau, lelaki sangat hebat.”
“Plak,” tangan Paulus menampar pipi istrinya.
Wajah Paulus juga memerah karena emosi. Bibirnya melontarkan kalimat, “Al-Masih takkan memberkati kau! Sebetulnya kau ini hanya ketakutan pada kaum Arab! Ketakutan yang berlebihan itulah yang menghadirkan mimpi jelek dalam tidurmu! Ketahuilah bahwa panglima perang mereka akan saya jadikan pelayanmu! Pendamping-pendampingnya akan saya suruh menggembala kambing dan mengurusi babi!.”
Istrinya berkata, “Silahkan kalau memang itu maumu, yang penting saya sudah nasehat.” 
Istri yang menangis sambil berceloteh, ditinggalkan pergi oleh Paulus. Tidak digubris. 
Paulus menaiki kuda untuk bergabung dengan kaumnya. 

Barisan yang panjang sekali itu terdiri dari 6.000 pasukan berkuda dan 10.000 pasukan berjalan kaki. Mereka penduduk Najdah dan Chamiyah
. Bertujuan memerangi kaum Muslimiin. 

PS 28: Pembebasan Syam








 
Al-Waqidi sejarawan Islam kuno yang masyhur, mencatat Pengakuan Rauh bin Thorif (روح بن طريف), yang pada waktu itu bergabung sebagai pasukan Khalid:

“Saya dulu ikut bergabung, ketika Khalid dan pasukannya memporak-porandakan pasukan Wardan. Kami kembali lagi menuju Pintu Gerbang Timur Damaskus. Pada waktu kami sedang santai, tiba-tiba Abad bin Saed Al-Chadhromi (عباد بن سعد الحضرمي) datang berkendaraan kuda. Dia diutus oleh pimpinan perang selain Khalid, bernama Syurachbil bin Chasanah, yang pernah bertugas ‘mencatat Wahyu Rasulillah SAW. Saat itu Syurachbil dan pasukannya berada di Bushro. Berita yang disampaikan ‘Pasukan Romawi berjumlah 90.000, telah bergerak dari kota Ajnadiin, untuk menyerang’. 
Kami terkejut.

Jantung kaum Muslimiin berdebar-debar kencang.
Khalid segera lari dengan kudanya, menuju Abu Ubaidah yang berada di dekat Pintu Gerbang Jabiyah.
Ya Kepercayaan Umat! Abad bin Saed telah diutus oleh Syurachbil, agar menyampaikan berita Thoghiyah (si keparat) Romawi yakni Hiraqla, telah mengangkat Wardan sebagai panglima perang, membawahi 90.000 pasukan. Kini mereka berada di kota Ajnadiin. Sebaiknya apa yang kita lakukan, ya sahabat Rasulillah? tanya Khalid.
Khalid dan lainnya memperhatikan Abu Ubaidah berkata, Ya Aba Sulaiman (Khalid)! Kini para sahabat Rasulillah berada di tempat yang berpisah-pisah:
1.     Syurachbil bin Chasanah berada di Bushro.
2.     Muadz bin Jabal berada di Chauron.
3.     Yazid bin Abi Sufyan berada di Balqa.
4.     Nu’man bin Al-Mughirah (النعمان بن المغيرة) sedang mengurusi kota Tadmur (Palmyra) dan Arakah.
5.     Amer bin Ash (عمرو بن العاص) berada di Palestina.
Yang paling tepat, panggillah para sahabat nabi yang telah saya sebut itu! Agar bergabung kemari! Kita berjuang bersama-sama, dengan memohon Pertolongan dan Kemenangan, pada Allah!’.

Khalid mengirimkan surat pada Amer bin Ash:

Bismillahir Rahmaanir Rahiim amma ba’d. Sungguh saudara-saudara kalian di sini, telah minta pada kalian untuk bergabung pada kami, untuk menghadapi pasukan dari kota Najdin sejumlah 90.000 orang. Mereka lah kaum yang ingin memadamkan Nur Allah. Sementara Allah justru akan menyempurnakan Nur-Nya, walaupun orang-orang kafir benci.  Jika suratku ini telah sampai padamu, segera berangkatlah kemari membawa seluruh pasukanmu! Ingat! Kita bertemu di kota Ajnadiin, in syaa Allah. Semoga Keselamatan, Rahmat, dan Barakah Allah, melimpah padamu dan pada kaum yang menyertaimu’.

Khalid juga menulis surat yang isinya sama, pada semua pimpinan perang selain Amer bin Ash, yang bertempat di beberapa kota. Khalid perintah agar seluruh pasukannya berkemas-kemas menuju kota Ajnadiin.

Pasukan segera bergerak cepat
, mengangkat tenda-tenda dan tandu-tandu. Dinaikkan di atas punggung-punggung unta. Harta rampasan dalam jumlah banyak, berbentuk aneka ragam, diangkat. 

Pasukan yang tadinya berpisah di sebelah barat dan sebelah timur itu, kini telah menjadi satu, sehingga jumlahnya menjadi banyak sekali. Namun jika dibanding lautan pasukan yang berada di Najdin, menjadi sangat sedikit.

Yang menjadi pusat perhatian arak-arakan pasukan panjang itu, dua tokoh besar, Abu Ubaidah dan Khalid. Pada Abu Ubaidah, Khalid berkata, Saya berpendapat, sebaiknya saya berada di saqah (belakang) saja, untuk melindungi rampasan perang, harta benda, anak-anak dan remaja. Silahkan engkau menempati posisi di muqoddimah (depan) bersama para sahabat Rasulillah SAW yang agung’.
Maksud Khalid, bersama Syurachbil, Muadz bin Jabal, Yazid bin Abi Sufyan, dan Nu’man bin Al-Mughirah.
Ubaidah menjawab, Justru sayalah yang seharusnya di saqah (belakang), dan kau di muqoddimah (depan), bersama pasukan penyerang. Jika Wardan dan pasukannya menyerang, kau sudah siap menghadapi, untuk melawan mereka. Agar dia tidak menawan wanita-wanita dan anak-anak yang kami jaga. Agar rombongan kami tidak menjadi tawanan mereka’.
Khalid menjawab, ‘Sejak dulu hingga kapanpun, saya takkan menyelisihi yang kau katakan’.

Khalid berteriak 'hai semuanya! Kalian benar-benar akan diajak menghadapi lautan pasukan berjumlah banyak sekali! Bangkitkan semangat kalian! Allah telah mempersiapkan kemenangan untuk kalian!’.
Khalid membacakan, ‘Kam min fiatin qaliilatin ghalabat fiatan katsiiratan biidznillaahi walloohu maasshoobiriin’. 
Artinya: Banyak golongan sangat sedikit, telah mengalahkan golongan sangat banyak, dengan Idzin Allah. Allah menyertai kaum Sabar.

Khalid membagi pasukan menjadi lima bagian. Yang berada di barisan depan, orang-orang kuat, di bawah komando Khalid.
Abu Ubaidah bersama 1.000 pasukan, di barisan belakang.

Ketika menyaksikan
pasukan Muslimiin bergerak, pasukan Damaskus menghunus pedang untuk bersiap-siap menyerang. Mereka yakin bahwa pasukan Muslimiin pasti akan lari ketakutan, karena pasukan mereka di kota Ajnadiin, sangat banyak sekali.

Di Damaskus, dalam suasana riuh menggemuruh, beberapa orang pandai berkata, Kalau kaum Arab merayap melewati jalan Balbek, berarti benar-benar ingin meraih kemenangan, untuk merenggut kota Himsh (Homs). Namun jika mereka bergerak melewati jalan Marji (Hutan) Rohith, berarti ketakutan menghadapi bala-bantuan yang berkumpul di Ajnadiin. Mereka pasti akan pulang menuju Hijaz dengan meninggalkan harta-benda yang telah mereka rampas.”