Hampir semua orang tahu Imam Hanafi yang nama sebenarnya, Nukman.
Dia pernah datang pada Jafar bin Muhammad; cucu nabi SAW, bersama Amer bin
Jumaik dan seorang tabik sohor, bernama Ibnu Abi Laila, untuk berguru. Dia juga
pernah berguru pada cucu nabi SAW tersebut, bersama Abdullah bin Syubrumah yang
namanya juga masyhur.
Inilah riwayatnya:
Abdullah bin Syubrumah bersama Abu Hanifah (Imam Hanafi) dan Ibnu
Abi Laila, masuk kerumah Jafar bin Muhammad.
Ibnu Abi Laila ditanya, “Siapa yang bersama kau ini?” oleh Jafar.
Ibnu Abi Laila menjawab, “Dia orang pandai bahkan jenius dalam
urusan agama.”
Jafar berkata, “Barangkali dia sering mengkiaskan agama dengan
rokyu (pandangan)nya?.”
Dia menjawab, “Betul.”
Jafar bertanya, “Siapa namamu?” pada Abu Hanifah.
Abu Hanifah menjawab, “Nukman.”
Jafar bertanya, “Apa kau akan mempergunakan rokyu (pandangan) lagi
setelah ini?.”
Dia menjawab, “Bagaimana mungkin saya mempergunakan rokyu
(pandangan) saya?.”
Jafar berkata, “Saya berpandangan rokyu (pandangan)mu baik.
Tahukah kau kenapa:
·
Rasa
cairan dari dua mata ‘asin?’
·
Cairan
dari dua telinga ‘pait?’
·
Cairan
dari lobang hidung ‘panas?’
·
Ludah
dari celah dua bibir ‘segar?’.”
Dia menjawab, “Saya tidak tahu.”
Jafar berkata, “Ternyata rokyu (pandangan)mu tidak sampai di situ?
Tahukah kau ‘kalimat awal’ yang menjadikan kafir, ‘akhir kalimat’ yang menjadikan
iman?’.”
Ibnu Abi Laila menyela, “Ya cucu Rasulillah! Jelaskan jawaban
pertanyaan ini pada kami.”
Jafar menjawab, “Ayah saya menyampaikan ajaran kakek saya;
Rasulllah SAW benar-benar pernah bersabda ‘sungguh karena anugrah
dan keutamaanNya, Allah telah membuat rasa cairan mata Anak Adam, asin. Karena
mata adalah lemak. Kalau cairan mata tidak dibuat asin, niscaya mata mencair.
Dan sungguh karena anugrah, keutamaan dan RahmatNya, Allah telah menjadikan rasa
cairan dari telinga Anak Adam, pait; sebagai penghalang binatang yang akan
masuk menuju otak. Jika merasakan pait, maka binatang akan keluar lagi. Dan
sungguh karena anugrah, keutamaan dan RahmatNya, Allah telah membuat cairan di
dalam hidung, panas; untuk melawan udara masuk yang bisa mengakibatkan otak membusuk.
Kalau tidak dibuat demikian, niscaya otak membusuk. Dan sungguh karena anugrah,
kefadholan dan RahmatNya Taala, Allah telah membuat rasa air liur dalam dua
bibir Anak Adam, tawar; agar bisa digunakan merasakan rasa segala sesuatu. Air
liur juga berguna memperindah suara yang dilontarkan dari mulut.”
Jafar perintah, “Beri tahu saya! Apa kalimat awal yang membuat
kafir? Kalimat akhir yang membuat iman? Ketika seorang hamba berkata ‘laa
Ilaaha illaa’ berarti kafir. Namun jika dia meneruskan dengan lafal ‘Allah’
berarti beriman.”
Abu Hanifah didekati oleh Jafar, dan diberi tahu, “Hai Nukman! Ayah
saya menyampaikan ajaran kakek; Sungguh Rasulullah SAW telah bersabda ‘awal
makhluq yang mengkias urusan agama, Iblis’. Allah perintah ‘sujud pada Adam!’. Dia
menjawab ‘saya lebih baik daripada dia. Kau mencipta saya dari api; sedangkan
dia Kau cipta dari tanah’. [QS Al-A’raf 12].
Barangsiapa mengkias agama dengan rokyu (pandangan), maka di hari
Kiamat nanti, Allah akan menggandengkan dia dengan Iblis. Karena dia telah
menirukan Iblis di dalam mengkiaskan agama.”
Jafar bertanya, “Membunuh orang atau berzina? Yang dosanya lebih
besar?.”
Abu Hanifah menjawab, “Membunuh orang.”
Jafar menjelaskan, “Allah menerima saksi pembunuhan, cukup dua
orang saksi. Sedangkan persaksian berzina tidak diterima, kecuali berjumlah
empat orang.”
Jafar bertanya, “Besar shalat atau puasa?.”
Abu Hanifah menjawab, “Shalat.”
Jafar menjelaskan, “Kenapa wanita haidh harus menyaur puasa? Namun
tidak perlu menyaur shalat? Kasihan kau ini jika masih mempertahankan rokyu
(pandangan)! Takutlah Allah! Dan agama jangan dikias (dilogika) dengan rokyu
(pandangan)mu!.” [1]
Hadits ini mengandung hikmah bahwa yang dijadikan rujukan utama
adalah Al-Qur’an dan Assunnah. Setelah itu baru kias. Jangan langsung mengkias
seperti Iblis.
حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، ثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، ثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَنْبَسَةَ،
ثَنَا عَمْرُو بْنُ جُمَيْعٍ قَالَ: " دَخَلْتُ عَلَى جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ
أَنَا وَابْنُ أَبِي لَيْلَى، وَأَبُو حَنِيفَةَ، وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ
بْنِ حُبَيْشٍ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ زَنْجُوَيْهِ، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الْقُرَشِيُّ بِمِصْرَ , ثَنَا عَبْدُ اللهِ
بْنُ شُبْرُمَةَ قَالَ: " دَخَلْتُ أَنَا وَأَبُو حَنِيفَةَ عَلَى جَعْفَرِ بْنِ
مُحَمَّدٍ قَالَ لِابْنِ أَبِي لَيْلَى: مَنْ هَذَا مَعَكَ؟ قَالَ: [ص:197] هَذَا رَجُلٌ
لَهُ بَصَرٌ وَنَفَاذٌ فِي أَمْرِ الدِّينِ، قَالَ: لَعَلَّهُ يَقِيسُ أَمْرَ الدِّينِ
بِرَأْيِهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَقَالَ جَعْفَرٌ لِأَبِي حَنِيفَةَ: مَا اسْمُكَ؟
قَالَ: نُعْمَانُ قَالَ: يَا نُعْمَانُ هَلْ قِسْتَ رَأْسَكَ بَعْدُ؟ قَالَ: كَيْفَ
أَقِيسُ رَأْسِي؟ قَالَ: مَا أُرَاكَ تُحْسِنُ شَيْئًا، هَلْ عَلِمْتَ مَا الْمُلُوحَةُ
فِي الْعَيْنَيْنِ، وَالْمَرَارَةُ فِي الْأُذُنَيْنِ، وَالْحَرَارَةُ فِي الْمِنْخَرَيْنِ،
وَالْعُذُوبَةُ فِي الشَّفَتَيْنِ؟ قَالَ: لَا. قَالَ: مَا أُرَاكَ تُحْسِنُ شَيْئًا،
قَالَ: فَهَلْ عَلِمْتَ كَلِمَةً أَوَّلُهَا كُفْرٌ وَآخِرُهَا إِيمَانٌ؟ فَقَالَ ابْنُ
أَبِي لَيْلَى: يَا ابْنَ رَسُولِ اللهِ أَخْبِرْنَا بِهَذِهِ الْأَشْيَاءِ الَّتِي
سَأَلْتَهُ عَنْهَا، فَقَالَ: أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي، أَنَّ رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ اللهَ تَعَالَى بِمَنِّهِ وَفَضْلِهِ
جَعَلَ لِابْنِ آدَمَ الْمُلُوحَةَ فِي الْعَيْنَيْنِ؛ لِأَنَّهُمَا شَحْمَتَانِ وَلَوْلَا
ذَلِكَ لَذَابَتَا، وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى بِمَنِّهِ وَفَضْلِهِ وَرَحْمَتِهِ عَلَى
ابْنِ آدَمَ جَعَلَ الْمَرَارَةَ فِي الْأُذُنَيْنِ حِجَابًا مِنَ الدَّوَابِّ، فَإِنْ
دَخَلَتِ الرَّأْسَ دَابَّةٌ وَالْتَمَسَتْ إِلَى الدِّمَاغِ فَإِذَا ذَاقَتِ الْمَرَارَةَ
الْتَمَسَتِ الْخُرُوجَ، وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى بِمَنِّهِ وَفَضْلِهِ وَرَحْمَتِهِ
عَلَى ابْنِ آدَمَ جَعَلَ الْحَرَارَةَ فِي الْمِنْخَرَيْنِ يَسْتَنْشِقُ بِهِمَا الرِّيحَ،
وَلَوْلَا ذَلِكَ لَأَنْتَنَ الدِّمَاغُ، وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى بِمَنِّهِ وَكَرَمِهِ
وَرَحْمَتِهِ لِابْنِ آدَمَ جَعَلَ الْعُذُوبَةَ فِي الشَّفَتَيْنِ يَجِدُ بِهِمَا
اسْتِطْعَامَ كُلِّ شَيْءٍ وَيَسْمَعُ النَّاسُ بِهَا حَلَاوَةَ مَنْطِقِهِ» ، قَالَ:
فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْكَلِمَةِ الَّتِي أَوَّلُهَا كُفْرٌ وَآخِرُهَا إِيمَانٌ، فَقَالَ:
إِذَا قَالَ الْعَبْدُ لَا إِلَهَ فَقَدْ كَفَرَ، فَإِذَا قَالَ: إِلَّا اللهُ فَهُوَ
إِيمَانٌ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى أَبِي حَنِيفَةَ فَقَالَ: يَا نُعْمَانُ حَدَّثَنِي
أَبِي، عَنْ جَدِّي، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
" أَوَّلُ مَنْ قَاسَ أَمْرَ الدِّينِ بِرَأْيِهِ إِبْلِيسُ، قَالَ اللهُ تَعَالَى
لَهُ: اسْجُدْ لِآدَمَ، فَقَالَ {أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ
مِنْ طِينٍ} [الأعراف: 12] فَمَنْ قَاسَ الدِّينَ بِرَأْيِهِ قَرَنَهُ اللهُ تَعَالَى
يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِإِبْلِيسَ؛ لِأَنَّهُ اتَّبَعَهُ بِالْقِيَاسِ "، زَادَ
ابْنُ شُبْرُمَةَ فِي حَدِيثِهِ: ثُمَّ قَالَ جَعْفَرٌ: أَيُّهُمَا أَعْظَمُ: قَتْلُ
النَّفْسِ أَوِ الزِّنَا؟ قَالَ: قَتْلُ النَّفْسِ، قَالَ: فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ
قَبِلَ فِي قَتْلِ النَّفْسِ شَاهِدَيْنِ، وَلَمْ يَقْبَلْ فِي الزِّنَا إِلَّا أَرْبَعَةً،
ثُمَّ قَالَ: أَيُّهُمَا أَعْظَمُ: الصَّلَاةُ أَمِ الصَّوْمُ؟ قَالَ: الصَّلَاةُ،
قَالَ: فَمَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِي الصَّوْمَ، وَلَا تَقْضِي الصَّلَاةَ، فَكَيْفَ؟
وَيْحَكَ يَقُومُ لَكَ قِيَاسُكَ اتَّقِ اللهَ وَلَا تَقِسِ الدِّينَ بِرَأْيِكَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar