Setelah sampai Madinah, istri Rasulillah SAW bernama Saudah bintu
Zamah berkata, “Kenapa kalian menyerah? Seperti wanita?! Mestinya lebih baik
mati terhormat!” pada Suhail (tawanan perang).
Setelah mendengar ucapannya, Ralullah SAW menegur, “Hai Saudah? Kenapa kau menghasud atas Rasulallah?.”
Saudah menjawab, “Saya berkata demikian karena tak mampu menahan kekesalan.”
Rasulullah SAW bersabda, “Berbicaralah yang baik pada para tawanan!.”
Ada seorang Muslim yang memberi makanan istimewa pada tawanan.
Al-Haisaman bin Abdillah Al-Khuzai awal orang yang datang ke
Makkah untuk memberitakan Kekalahan.
Kaumnya terperangah dan bertanya, “Ada apa tergesa-gesa?.”
Mereka terkejut ketika dijawab, “Utbah, Syaibah, Abul-Hakam,
Nubaih, Munabbih, (dan sejumlah orang) 'terbunuh' di dalam perang!.”
Dia menjawab, “Sedang duduk di atas batu! Saya tidak menipu! Ayah dan
saudara laki-laki dia juga tewas! Saya melihat!.”
Shafwan dan mereka syok dan merasa seakan-akan langit menjadi gelap.
Sembilan hari setelah berita kekalahan sampai, Abu Lahab wafat. Hari-hari
berikutnya, kesedihan yang diiringi tangisan, untuk keluarga yang tewas dalam
perang.
Beberapa orang berkata, “Jangan menangis! Agar Muhammad dan para
sahabatnya tidak bahagia! Dan keluarga kalian yang ditawan, jangan ditebus! Agar
Muhammad tidak besar kepala!.”
Al-Aswad bin Abdi Yaghutsa tergolong mereka yang syok. Dengan sedih,
ia menangisi tiga putranya yang tewas; Zamah, Aqil, dan Al-Harits.
Al-Aswad terkejut oleh tangisan keras seorang wanita. Dia yang
buta perintah pelayannya, “Ceklah! Apa saya masih pantas menangisi Zamah? Hati saya
terasa terbakar atas wafatnya!.”
Pelayan datang untuk melaporkan, “Yang ditangisi oleh wanita
itu, untanya yang hilang.”
Al-Aswad berkata, “Masyak hanya menangisi unta hilang? Begitu saja
sudah tidak bisa tidur? Kenapa tidak menangis untuk keluarga besar Bakr yang sedang
berkabung?.” [1]
Bersambung
Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia
فَكَانَ أَوَّلَ
مَنْ قَدِمَ مَكَّةَ بِمُصَابِ قُرَيْشٍ الْحَيْسَمَانُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْخُزَاعِيُّ،
فَقَالُوا: مَا وَرَاءَكَ؟ قَالَ: قُتِلَ عُتْبَةُ وَشَيْبَةُ وَأَبُو الْحَكَمِ وَنُبَيْهٌ
وَمُنَبِّهٌ ابْنَا الْحَجَّاجِ - وَعَدَّدَ أَشْرَافَ قُرَيْشٍ - فَقَالَ صَفْوَانُ
بْنُ أُمَيَّةَ: وَاللَّهِ إِنْ يَعْقِلْ فَاسْأَلُوهُ عَنِّي. فَقَالُوا: مَا فَعَلَ
صَفْوَانُ؟ قَالَ: هُوَ ذَاكَ جَالِسٌ فِي الْحِجْرِ، وَقَدْ رَأَيْتُ أَبَاهُ وَأَخَاهُ
حِينَ قُتِلَا وَمَاتَ أَبُو لَهَبٍ بِمَكَّةَ بَعْدَ وُصُولِ خَبَرِ مَقْتَلِ قُرَيْشٍ
بِتِسْعَةِ أَيَّامٍ، وَنَاحَتْ قُرَيْشٌ عَلَى قَتْلَاهُمْ، ثُمَّ قَالُوا: لَا تَفْعَلُوا
فَيَشْمَتَ مُحَمَّدٌ وَأَصْحَابُهُ، وَلَا تَبْعَثُوا فِي فِدَاءِ أَسْرَاكُمْ، لَا
يَشْتَطُّ عَلَيْكُمْ مُحَمَّدٌ. وَكَانَ الْأَسْوَدُ بْنُ عَبْدِ يَغُوثَ قَدْ أُصِيبَ
لَهُ ثَلَاثَةٌ مِنْ وَلَدِهِ: زَمْعَةُ، وَعَقِيلٌ، وَالْحَارِثُ، وَكَانَ يُحِبُّ
أَنْ يَبْكِيَ عَلَى بَنِيهِ، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ سَمِعَ نَائِحَةً، فَقَالَ
لِغُلَامِهِ، وَقَدْ ذَهَبَ بَصَرُهُ: انْظُرْ هَلْ أُحِلَّ الْبُكَاءُ لَعَلِّي أَبْكِي
عَلَى زَمْعَةَ، فَإِنَّ جَوْفِي قَدِ احْتَرَقَ. فَرَجَعَ إِلَيْهِ وَقَالَ لَهُ:
إِنَّمَا هِيَ امْرَأَةٌ تَبْكِي عَلَى بَعِيرٍ لَهَا أَضَلَّتْهُ، فَقَالَ
أَتَبْكِي
أَنْ يَضِلَّ لَهَا بَعِيرٌ ... وَيَمْنَعَهَا مِنَ النَّوْمِ السُّهُودُ.
وَلَا
تَبْكِي عَلَى بَكْرٍ وَلَكِنْ
عَلَى
بَدْرٍ تَقَاصَرَتِ الْجُدُودُ ... عَلَى بَدْرٍ سَرَاةِ بَنِي هُصَيْصٍ
وَمَخْزُومٍ
وَرَهْطِ أَبِي الْوَلِيدِ ... وَبَكِّي إِنْ بَكَيْتِ عَلَى عَقِيلٍ
وَبَكِّي
حَارِثًا أَسَدَ الْأُسُودِ ... وَبَكِّيهِمْ وَلَا تَسَمِّي جَمِيعًا
فَمَا
لِأَبِي حَكِيمَةَ مِنْ نَدِيدِ ... أَلَا قَدْ سَادَ بَعْدَهُمْ أُنَاسٌ
وَلَوْلَا
يَوْمُ بَدْرٍ لَمْ يَسُودُوا
يَعْنِي أَبَا سُفْيَانَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar