Cerbung (Cerita Bersambung)
Ishthokhor Diutus Menyampaikan Surat
Dari lisan ke lisan, penduduk Qinasrin tahu bahwa
panglima perang Muslimiin bernama Abu Ubaidah menjamin keselamatan kaum yang
menghadap ke hadiratnya, untuk minta diselamatkan. Hal itulah yang membuat
sebagian penduduk Qinasrin berkumpul untuk berembuk bersama. Dalam musyawarah
itu diputuskan mereka akan menyuruh seorang agar menghadap Abu Ubaidah untuk
mengajukan permohonan damai. Keputusan itu tanpa sepengetahuan pimpinan tinggi
mereka yang berpangkat bathriq.
Bathriq Luqa pimpinan tinggi mereka yang
memerintah dua wilayah: kota Qinasrin dan Awashim.[1]
Orangnya sangat pandai berperang, berperangai keras. Hingga semua rakyatnya
takut.
Penguasa kota Chalab adalah orang yang pangkatnya
sejajar Bathriq Luqa. Dua tokoh besar ini telah dipanggil oleh Raja Hiraqla
untuk ditanya mengenai pertahanan pasukan wilayah mereka berdua. Mereka berdua
menjawab, “Wahai raja! Sejak dulu hingga kapanpun, wilayah kami pasti kami
pertahankan. Hanya kalau bisa pertahanan yang ini jangan terlalu berat.”
Raja Hiraqla mengucapkan terimakasih lalu
berjanji, “Tenang! Saya akan mengirim pasukan berjumlah sangat banyak untuk
membantu kalian berdua.”
Sebetulnya jumlah pasukan mereka bedua cukup
banyak: masing-masing memiliki 10.000 pasukan berkuda. Hanya saja 20.000
pasukan itu, tidak berkumpul di suatu tempat.
Dalam waktu cepat penguasa kota Qinasrin tahu
bahwa sebagian rakyatnya telah mengajukan permohonan damai pada Abu Ubaidah,
tanpa sepengetahuannya. Dia marah-marah dan tersinggung. Dan mengumpulkan
rakyatnya untuk berkata, “Hai saudara seketurunan! Apa yang harus saya perbuat
terhadap kaum Arab? Sepertinya kalian justru condong pada mereka yang telah
menduduki beberapa wilayah kekuasaan kita di negri Syam?.”
Beberapa orang menjawab, “Tuan! Berita yang
sampai pada kami: kaum Arab menepati janji dan mau bermurah hati, menjamin
keselamatan kita. [2]
Kebanyakan
kota kita telah mereka rebut dengan perdamaian. Orang-orang yang berani melawan
mereka, diperangi dan diperbudak, keluarga dan anak-anaknya. Namun jika mau
mengikuti kemauan mereka, maka diperbolehkan menempati tanah kelahiran dan
selamat dari tindakan mereka. Menurut kami paling tepat kita mengajukan
permohonan damai agar kita dan harta kita aman.”
Sang bathriq menjawab, “Usulan kalian tepat!
Karena mereka kaum yang mendapat pertolongan untuk menaklukkan lawan. Saya
bertekat seperti pendapat kalian: yaitu akan mengajukan permohonan perdamaian,
selama setahun penuh. Hanya saja ketika pasukan Raja Hiraqla telah datang
kemari untuk menolong kita, mereka kita serang, kita bunuh semuanya.”
Banyak sekali yang menjawab, “Laksanakan rencana
tuan yang bagus itu!.”
Sang bathriq Luqa dan sebagian besar rakyat
Qinasrin telah sepakat akan mengajukan permohonan perdamaian, untuk menipu kaum
Muslimiin. Bathriq Luqa telah memanggil seorang qissis yang sangat pandai agama
Nashrani maupun Yahudi, bernama Ishthokhor (اصطخر).[3] Ishthokhor
pandai berbicara dengan bahasa Romawi dan Arab.
Luqa berkata, “Bapa! Pergilah pada kaum Arab agar
mereka menerima permohonan perdamaian kita selama setahun. Dalam waktu setahun
itu kita bisa merencanakan siasat dan tipu-muslihat.”
Luqa menulis surat permohonan yang akan dibawa
oleh Ishthokhor untuk diserahkan pada Abu Ubaidah RA:
Ammaa ba’d:
Hai kaum Arab, pertahanan kami sangat kuat,
jumlah pasukan kami sangat banyak. Meskipun kalian bercokol di sini seratus
tahun, kalian takkan mampu mengalahkan kami. Dalam hal ini Raja Hiraqla telah
mempersiapkan pasukan yang diambil dari sepanjang pesisir Khalij hingga
Romawi. [4]
Melalui
surat ini kami mengajukan permintaan damai setahun penuh, untuk selanjutnya
berhitung siapakah yang akan lihai bertempur. Untuk itu kami menunjukkan batas
wilayah Qinasrin dan Awashim. Agar jika nanti kalian menyerang kaum, tahu
batas-batas wilayah kami. Terus terang kami bertindak ini tanpa sepengetahuan
Raja Hiraqla karena takut dimurkai dan dibunuh.
والسلام
Sang bathriq menyerahkan kuda bagalnya dan
memberi teman 10 pemuda, untuk menemani Ishthokhor dalam perjalanan menuju
Chims (Homs). Untuk menjumpai dan menyerahkan surat pada Abu Ubaidah RA.
In syaa Allah
bersambung.
[2] Istilah dari Al-Waqidi:
أصحاب
وفاء وذمة. (Ashchabu
wafaa’in wa dzimmah, yang artinya orang-orang yang menetapi janji
dan mau menjamin keselamatan musuh).
[3] Qissis adalah okoh
agama Nashrani. Lihat catatan kaki dari: http://mulya-abadi.blogspot.com/2012/11/ins-80-invasi-ke-negri-negri-syam.html
[4] Khalij artinya sungai besar yang masuk ke
laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar