Sebuah kitab bernama Azzawajir an Iqtirofil Kabair yang artinya ‘hentakan-hentakan untuk tinggalkan dosa-dosa besar’, memaparkan Hadits mengenai Keutamaan Bersabar di dalam bersuami-istri: الزواجر عن اقتراف الكبائر - (ج 1 / ص 362)
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : { أَيُّمَا رَجُلٍ صَبَرَ عَلَى سُوءِ خُلُقِ امْرَأَتِهِ أَعْطَاهُ اللَّهُ مِنْ الْأَجْرِ مِنْ مِثْلِ مَا أَعْطَى أَيُّوبَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى بَلَائِهِ ، وَأَيُّمَا امْرَأَةٍ صَبَرَتْ عَلَى سُوءِ خُلُقِ زَوْجِهَا أَعْطَاهَا اللَّهُ مِنْ الْأَجْرِ مَا أَعْطَى آسِيَةَ بِنْتَ مُزَاحِمٍ امْرَأَةَ فِرْعَوْنَ } . وَرُوِيَ أَنَّ رَجُلًا جَاءَ إلَى عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لِيَشْكُوَ إلَيْهِ خُلُقَ زَوْجَتِهِ فَوَقَفَ بِبَابِهِ يَنْتَظِرُهُ فَسَمِعَ امْرَأَتَهُ تَسْتَطِيلُ عَلَيْهِ بِلِسَانِهَا وَهُوَ سَاكِتٌ لَا يَرُدُّ عَلَيْهَا فَانْصَرَفَ قَائِلًا : إذَا كَانَ هَذَا حَالَ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ فَكَيْفَ حَالِي ، فَخَرَجَ عُمَرُ فَرَآهُ مُوَلِّيًا فَنَادَاهُ مَا حَاجَتُك ؟ فَقَالَ : يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ جِئْت أَشْكُو إلَيْك خُلُقَ زَوْجَتِي وَاسْتِطَالَتَهَا عَلَيَّ فَسَمِعْت زَوْجَتَك كَذَلِكَ فَرَجَعْت وَقُلْت : إذَا كَانَ هَذَا حَالَ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ مَعَ زَوْجَتِهِ فَكَيْفَ حَالِي ؟ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ : يَا أَخِي إنِّي احْتَمَلْتُهَا لِحُقُوقٍ لَهَا عَلَيَّ ، إنَّهَا طَبَّاخَةٌ لِطَعَامِي خَبَّازَةٌ لِخُبْزِي غَسَّالَةٌ لِثِيَابِي مُرْضِعَةٌ لِوَلَدِي وَلَيْسَ ذَلِكَ بِوَاجِبٍ عَلَيْهَا وَيَسْكُنُ قَلْبِي بِهَا عَنْ الْحَرَامِ فَأَنَا أَحْتَمِلُهَا لِذَلِكَ ، فَقَالَ الرَّجُلُ : يَا أَمِيرَ الْمُومِنِينَ وَكَذَلِكَ زَوْجَتِي قَالَ : فَاحْتَمِلْهَا يَا أَخِي فَإِنَّمَا هِيَ مُدَّةٌ يَسِيرَةٌ.
Artinya:
Nabi SAW bersabda, “Di mana lelaki bersabar atas kejelekan akhlaq istrinya, maka Allah memberi Bagian Pahala padanya, seperti Allah telah memberi Pahala pada Nabi Ayub atas balak (cobaannya) AS. Di mana wanita bersabar atas kejelekan akhlaq suaminya, maka Allah memberi Bagian Pahala padanya, seperti Allah telah memberi Pahala pada Asiyah binti Muzachim, istri Firaun.”
Diriwayatkan sesungguhnya seorang lelaki telah datang untuk menyampaikan laporan akhlaq istrinya pada Umar RA. Dia berhenti di depan pintu untuk menunggu beliau RA. Tiba-tiba dia mendengar suara istri Umar mencaci-maki Umar RA. Namun Umar hanya diam saja, tidak menjawab. Dia segera berpaling sambil berkata, “Jika Amirul-Mukminiin saja bisa sesabar ini, lalu bagaimana dengan diri saya?.”
Tak lama kemudian Umar keluar rumah dan melihat lelaki itu telah berpaling untuk pulang. Umar bertanya, “Apa keperluanmu?.”
Dia menjawab, “Ya Amiral-Mukminiin! Saya datang kemari untuk melaporkan akhlaq istri dan lidahnya, yang sering mencaci-maki saya. Ternyata saya mendengar istri baginda juga seperti itu. Saya pun lalu berpaling untuk pulang, sambil berkata ‘jika Amirul-Mukminiin saja mengalami demikian bersama istrinya (dan bersabar), lalu bagaimana dengan diri saya?.”
Umar berkata, “Hai saudara saya! Saya bertahan dengan dia karena dia telah melakukan beberapa kewajiban yang mestinya menjadi tugas saya: dia yang memasak makanan untukku, yang membuat roti untukku, yang mencuci pakaian untukku, yang menyusui anakku. Ini semua sebetulnya bukan kewajiban dia. Hati saya tentram karena terhindar dari perbuatan haram, juga karena dia. Oleh karena itu dia saya pertahankan.”
Lelaki itu berkata, “Ya Amiral-Mukminiin! Istri saya juga demikian.”
Umar berkata, “Pertahankanlah dia! Hai saudara saya! Hidup bersama dia hanya sebentar!.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar