Perang terbesar sepanjang sejarah, Perang
Badar yang terjadi pada hariJumah tanggal 17 Ramadlan tahun 2 Hijriah. Karena yang ikut dalam perang tersebut, dari kalangan kaum Muslimiin dan para Malaikat paling mulia.
Perang
Badar terdiri dua kubu. Kaum
Muslimiin dipimpin oleh Rasulallah
SAW didukung oleh Allah yang Terkuat dan para MalaikatNya. Kaum Musyrik dipimpin oleh Abu Jahl, didukung
oleh Syaitan dan pasukannya.
Sebetulnya
perang itu telah direncanakan oleh kaum Musyrik. Abu
Sufyan telah menarik saham
dari seluruh kaum Musyrik Makkah untuk modal dagang ke Syam, yang labanya
dipergunakan sebagai bekal memerangi kaum Muslimiin.
Nabi
SAW tahu bahwa Abu
Sufyan dan kafilahnya dari
Syam akan lewat, sehingga bersabda pada para sahabatnya, “Saya mendapatkan
laporan bahwa kafilah Abu
Sufyan akan lewat. Bukankah
kalian mau ? Saya ajak menghadang mereka ? Dengan harapan semoga Allah memberikan Rampasan dari mereka untuk kita ?.”
Nabi
SAW dan para sahabat
berbondong-bondong, menyongsong kafilah Abu
Sufyan.
Ternyata Abu
Sufyan tahu kalau
rombongannya akan dihalang-halangi, karena laporan dari mata-mata. Abu Sufyan
berbelok untuk menyusuri jalan pantai, menghindari serangan nabi SAW dan para
sahabatnya.
Melalui
teriakan seorang utusan, Abu Jahl dan pasukannya tahu bahwa sahabat mereka yakni Abu
Sufyan dan rombongannya, yang
membawa harta berjumlah banyak, dihalang-halangi oleh Muslimiin.
Abu
Jahl segera memberangkatkan
pasukan untuk melindungi kafilah Abu Sufyan dari serangan Muslimiin.
Di
tengah perjalanan Abu
Jahl tahu bahwa kafilah Abu
Sufyan telah selamat dan
telah kabur melalui pantai. Namun dia bersikeras memberangkatkan pasukannya
menuju Badr. Dia berkata, “Tidak ! Saya takkan pulang sebelum datang ke
mata-air Badr ! Untuk berpesta daging unta dan arak ! Sambil menikmati nyanyian
biduanita kita.”
Lalu
mengarak pasukannya dengan menabuh genderang perang, dengan congkak dan
sombong. Dan yakin bahwa mereka pasti akan menjadi pemenang.
Ketika tahu bahwa Abu Sufyan dan rombongan telah kabur, dan bahwa Abu
Jahl yang tidak diperhitungkan ternyata justru telah datang, kaum Muslimiin berdebar-debar
ketakutan bahkan yakin bahwa diri mereka akan segera mati oleh keganasan
serangan Abu Jahl dan pasukannya.
Perang
yang mendebarkan itu berakhir dengan Kemenangan Muslimiin atas kaum Musyrik.
Kemenangan akbar itu diketahui telah direncanakan oleh Allah,
karena setelah itu Allah berfirman:
وَإِذْ
يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ
غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُحِقَّ الْحَقَّ
بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ
الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ [الأنفال/7، 8].
Artinya:
Ketika itu Allah menjanjikan ‘satunya dua golongan’ untuk kalian: “Sungguh itu untuk kalian.” Namun
kalian senang bahwa sungguh selain yang bersenjata (kafilah Abu Sufyan) yang untuk kalian. Padahal Allah ingin menghakkan kebenaran dengan
KalimatNya, dan menumpas Akar Kaum Kafir. Untuk menghakkan Kebenaran dan membatalkan Kebatilan, walaupun kaum Berdosa
benci. [Qs Al-Anfal 7-8].
Maksud
penulis sederhana: “Di balik kehidupan nyata ini, ada kehidupan yang tidak tampak: Allah yang Terkuat, para Malaikat, dan para Syaitan. Allah Terkuat yang selalu disembah oleh para Malaikat, selalu mendukung para HambaNya yang taat. Sedangkan Syaitan selalu
menggoda agar Hamba-Hamba Allah menetang Allah dan Rasulallah
SAW.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar