Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2012/01/14

KW 176: Perang Qabail (القبائل)

 (Bagian ke-176 dari seri tulisan Khalid bin Walid) 

Arak-arakan kaum Muslimiin memasuki wilayah subur yang banyak pepohonan dan berair melimpah. Tetapi pepohonannya lebih sedikit dibanding hutan belantara sebelumnya yang telah ditinggalkan. Dalam perlajalan panjang itu, mereka tak menemukan seorangpun. Wilayah itu ditinggalkan oleh penduduknya karena takut oleh arak-arakan Muslimiin yang derap kaki kuda mereka membahana.  

Di hari kelima angin-angin bertsabih, Allah berfirman tentang itu: “Langit tujuh, bumi, dan yang di dalamnya, bertasbih padaNya. Tiada sesutupun kecuali bertasbih dengan PujianNya, tetapi kalian tidak paham tasbih mereka. Sungguh Dia Maha penyantun Maha pengampun.”

Nun jauh di sana tampak sebuah kota yang makin lama makin dekat. Setelah kota itu dimasuki, ternyata semua penduduknya pergi. Yang ada hanya suara ayam berlarian berkokok dan berkotek; beberapa kambing mengembik. Setelah diteliti dengan cermat, memang penduduknya sama pergi untuk menyelamatkan diri. 
Kaum Muslimiin terkejut oleh teriakan Maisarah, “Hati-hati! Penduduknya sama kabur.”

Harta di dalam kota itu dijarah: ada yang mengambil makanan, ada yang mengambil pakaian, ada lagi yang mengambil selain itu. 
Damis mengambil tiga pakaian dan ditanya, “Apa ini?.” 
Dia menjawab, “Agar hangat dan untuk kenang-kenangan pernah kesini.”

Kota besar itu kini ramai oleh pasukan Muslimiin yang menjarah bahan makan, pakan kuda, dan lainnya yang bermanfaat. Lalu mereka meninggalkan tempat menuju hutan sangat luas bernama Qabail (القبائل). Di hutan itu, kuda-kuda mereka berbahagia karena banyak rumput hijau. Arak-arakan pasukan istirahat di situ. Kuda mereka ditambatkan pada pohon, agar berpesta rerumputan. Maisarah ingin sekali pulang ke Chalab (Aleppo) karena Abu Ubaidah berpesan: “Jangan pergi terlalu lama! Dan waspadalah!.”

Maisarah terkejut oleh datangnya seorang berkuda membawa tawanan. Maisarah bertanya, “Kenapa orang ini kau tangkap?.” 
Lelaki berkuda itu menjawab, “Yang mulia, saya melihat dia terkadang nongol, terkadang bersembunyi, hingga saya tangkap. Ini saya serahkan pada yang mulia.”
Seorang dzimmi datang untuk bertanya pada tawanan itu. Hanya pembicarannya berlangsung lama. Kaum Muslimiin sama mengamati dan mendengarkan pembicaraan mereka berdua yang serius. Maisarah membentak, “Ini berbicara apa?,” hingga sama terkejut.
Lelaki dzimmi melaporkan, “Yang mulia, orang ini mengatakan setelah Raja Hiraqla naik perahu menuju Qusthanthiniyah (قسطنطينية /Constantinople). Di sana dia mengumpulkan pasukannya yang berlari untuk 'menyerang' kita. Namun dia mendengar berita bahwa negeri Anthakiyah (أنطاكية /Antioch) telah diserahkan pada kaum Muslimiin. Dia syok ketika mendengar berita pasukan Romawi yang tewas sangat banyak. Dia menangis dan berkata, “Selamat tinggal negeri Suriyah, sampai bertemu lagi.” 

Para bathriq (البطارقة /Patriarchs), para pengawal, para pejabat, dan masyarakat, besedih saat melihat Hiraqla menangis. Hiraqla berkata, “Saya khawatir kaum Arab mengejar kita.” 
Lalu dia mengumpulkan 30.000 pasukan di bawah pimpinan 3 bathriq, untuk menjaga gunung-gunung, agar dia aman.” 

Maisarah berkata, “Berapa jauh mereka dari sini?.” 
Lelaki dzimmi bertanya pada tawanan, “Berapa jauh mereka dari sini?.”
Dia menjawab, “Dua farsakh.”
Maisarah menundukkan wajah ke bawah, tidak menjawab. 
Pada Maisarah, Abdullah bin Chudzafah Assahmi bertanya, “Kenapa yang mulia menundukkan wajah? Padahal di antara kita, ada lelaki yang sanggup melawan 1.000 pasukan?.” 
Abdullah yang sangat kuat menjadi pusat perhatian pasukan Muslimiin. Dia yang berwajah menakutkan itu bersenjata tongkat besi berat, yang tak seorangpun mampu membawanya kecuali dia.  
Maisarah menjawab, “Demi Allah ya Abdallah, saya bukannya takut menghadapi mereka. Yang saya khawatirkan jika banyak Muslimiin yang tewas, sehingga dalam pertama kali tugas saya ini, ditegur oleh Umar RA. Karena memang semua pemimpin bertanggung jawab pada pengikutnya.”
Kaum Muslimiin menjawab, “Kami ikhlas kalau memang harus mati sahid. Tujuan kami memang mengorbankan diri agar diberi imbalan 'Surga' oleh Allah. Semua yang sadar bahwa hidup di dunia hanya sementara, pasti akan mencari kehidupan yang abadi. Apapun yang akan terjadi, kami tak peduli.”
Maisarah bertanya, “Hai semuanya! Sebaiknya mereka kita lawan di sini atau kita yang datang kesana?.” 
Beberapa Muslimiin bertanya pada kaum dzimmi: “Kalau di sana lebih luas, sebaiknya kita kesana?.”
Mereka menjawab, “Di negeri ini tidak ada yang lebih luas daripada tempat ini. Kalau kalian keberatan datang kesana, tunggulah di sini saja. Namun kalau kalian pulang akan lebih baik, mumpung mereka belum datang kemari.” 

Si tawanan diajak memasuki agama Islam, namun menolak. Dalam waktu cepat tawanan itu tewas oleh siksaan Tuhan, melalui pedang yang ditebaskan oleh HambaNya.

Di sore yang menegangkan itu arak-arakan pasukan Romawi berdatangan bagaikan kawanan semut. Ketika hari mulai gelap, para pasukan menyalakan api penerangan malam. Tanah lapang yang semula sepi, kini menggemuruh bagaikan suara hujan lebat mengguyur bumi.

Di pagi cerah itu Maisarah mengimami shalat khauf pada Muslimiin. Seusai shalat dia berdiri untuk berkata, “Hai semuanya! Hari ini sangat istimewa. Sadarilah bahwa saudara kalian di sana, berdoa untuk kalian. Dan dunia ini hanyalah untuk lewat. Sedangkan kehidupan yang kekal adalah di akhirat. Nabi SAW pernah bersabda ‘surga di bawah kilauan pedang-pedang’. Yang kalian pikir jangan 'kalian hanya sedikit', semetara mereka berjumlah banyak sekali!. Allah berfirman ‘banyak golongan sangat sedikit 'telah mengalahkan' golongan sangat banyak, karena Ijin Allah. Dan Allah menyertai orang-orang Sabar’.”
Pasukan Muslimiin menjawab, “Bawalah kami kemana saja terserah anda, agar mendapakan Barakah Allah. Semoga Allah menolong kita mengalahkan mereka.”
Setelah mendengar pernyataan mereka, wajah Maisarah cerah. 
Arak-arakan pasukan membawa obor di bawah komando Maisarah telah berdiri dan siap sepenuhnya. Yang di bagian terdepan, pasukan yang dipimpin oleh Damis. 
Yang di sebelah kanan; pasukan yang dipimpin oleh Abdullah bin Chudzafah. 
Yang di sebelah kiri; pasukan yang dipimpin oleh Saed bin Abi Saed Al-Chanafi.

Arak-arakan tigapuluh ribu pasukan berkuda Romawi mengalir menjadi tiga golongan. Masing-masing golongan terdiri dari 10.000 pasukan berkuda. Mereka membawa Salib-Salib yang gemerlapan. 
Seorang lelaki dari mereka muncul dengan berkuda untuk berkata, “Orang rakus akan celaka! Kalian keterlaluan! Telah merebut wilayah Syam yang sangat luas, masih juga kurang puas! Hingga kalian datang kemari?. Bersiaplah untuk tewas oleh serangan pasukan kami berjumlah 30.000 orang berkuda. Kami semua telah bersumpah ‘demi Salib, kami takkan lari meskipun harus mati’. Kalau kalian ingin hidup, menyerahlah pada kami. Agar kalian diadili oleh Raja Hiraqla!.”

Damis muncul membawa panji untuk berkata, “Ucapanmu ‘orang rakus akan celaka’ betul. Tetapi kalau 'kami harus menyerah' pada kalian daripada tewas, 'salah'. Kau belum membuktikan kekuatan kami. Lawanlah saya yang sendirian! Niscaya kau akan segera tewas bermandi darah!.” 
Damis memacu kuda dan bergerak cepat sekali untuk membunuh dia, dan berhasil. 
Damis membelokkan dan memacu kuda sambil mengangkat panji dan berteriak, “Allahu Akbar! Allah akan menolong dan kami akan menang!.”

Pasukan Romawi terkejut dan marah ketika melihat jagoan mereka yang ahli perang tewas oleh tebasan pedang Damis. Seorang Romawi keluar untuk menantang Damis. Namun jurus-jurus Damis yang mematikan berhasil merobohkannya. Dia sakarat dan tewas bermandi darah, ketika pedang Damis menembus hingga punggungnya.

Ketika tidak ada dari mereka yang muncul lagi, Damis memacu kuda menuju barisan pasukan Romawi yang tengah, untuk membunuh seorang. Lalu memacu kuda secepat-cepatnya untuk bergabung pada pasukan Muslimiin. 
Damis dikejar oleh lautan pasukan Romawi, tetapi pasukan Damis bergerak cepat untuk melindunginya, dan melawan mereka. Perang berkecamuk dengan sengit.
Maisarah berteriak, “Lindungi Damis dari serangan mereka!.” 
Pasukan Damis menjawab, “Serangan kami bagaikan api yang berkobar untuk membunuh kaum Kufar!.” 

Peperangan berkecamuk hingga matahari di atas kepala menyengat mereka. Kaum Romawi yang tewas banyak sekali, sehingga kaum Muslimiin yakin pasti akan mengang, dan kaum Romawi yakin pasti akan kalah. 

Dua kubu menarik pasukan mereka masing-masing.
Pasukan Romawi yang tertawan berjumlah 900 orang, yang terbunuh sekitar 1.000 orang. 
Pasukan Muslimiin terkejut karena Damis dan sembilan orang lainnya tidak ada. Maisarah perintah, “Siapa yang sanggup mencari di mana mereka?.” 

Pasukan Muslimiin terkejut oleh datangnya pasukan Romawi yang mendadak, untuk menyerang dengan garang. Amukan mereka semakin mengerikan dan tiap seorang harus melawan sepuluh atau duapuluh. Bahkan ada yang hingga melawan limapuluh pasukan Romawi. Cukup banyak pasukan Muslimiin yang gugur dan tertawan.


Bersambung.



Tulisan ini bisa dicari di: http://www.mulungan.org/index.php/component/content/article/34-kholid-bin-walid/401-kw-176-perang-qabail-

1 komentar:

  1. Yang benar yang ditawan olh pasukan Romawi adalah sebelas termasuk Damis, berdasarkan: فتوح الشام - (ج 1 / ص 259)
    فإذا هو صوت دامس أبي الهول، وهو بارك تحت حجفته ومعه العشرة المأسورين وهم يقاتلون معه ويحمون بعضهم إلى أن خلصوا من بينهم

    BalasHapus