Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2011/12/30

KW 170: Dakwah di Negeri Anthakiyah


 (Bagian ke-170 dari seri tulisan Khalid bin Walid)


Ibnu Saed berkata:
“Setelah masuk Islam, Hiraqla meninggalkan negeri Anthakiyah. Secara rahasia, dia kirim surat pada Umar RA. Tidak ada yang mengetahui: ‘saya terserang pusing yang tak pernah sembuh. Berilah obat untuk saya’.
Umar mengirimkan peci yang jika dikenakan, maka pusing Hiraqla sembuh. Namun jika diangkat, pusingnya kambuh. Hiraqla takjub pada peci itu, dan membuka. Ternyata di dalamnya ada tulisan: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. Hiraqla berkata ‘betapa Nama ini sangat agung, menyembuhkan penyakitku’.

Peci itu diwaris turun-temurun, hingga akhirnya jatuh ke tangan penguasa kota Amuriyah (عمورية). Pada waktu raja kaum Muslimiin bernama Al-Muktashim menderita pusing, peci itu diberikan oleh penguasa kota Amuriyah. Setelah memakai, maka penyakit pusing Raja Al-Muktashim hilang. Al-Muktashim perintah agar peci itu dibuka, ternyata di dalamnya ada tulisan: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ."


Di pagi yang menegangkan itu, lautan pasukan Romawi Timur berbaris-baris untuk melindungi Talis yang mereka anggap Raja Hiraqla
Pasukan Raja Filanthanus berjumlah 30.000 orang dan pasukan Raja Yuqana, juga berada di situ. Mereka terkejut oleh Khalid yang berteriak, menggerakkan pasukan elitnya,  bernama Jaisyuzzachf (جيش الزحف), yang artinya Pasukan Obrak-Abrik. 
Amukan mereka bagaikan ombak menyapu sampah laut kedaratan. 

Kaum Romawi makin morat-marit, ketika Said menggerakkan pasukannya untuk menyerbu. 
Apa lagi ketika Qais bin Hubairah menggerakkan pasukannya untuk mengamuk. 

Pasukan Romawi Timur porak-poranda. Dan hidup mereka makin terasa sempit ketika Maisarah, Abdur Rohman, Dzu Kala Al-Chimyari (ذو الكلاع الحميري) dan lainnya, menggerakan pasukan untuk menyerang dengan garang. 
Amukan pasukan Muslimiin disambut oleh pasukan Romawi Timur yang jauh lebih banyak dengan garang.

Yuqana dan pasukannya beraksi. Pedang Dhirar bergerak-gerak cepat sekali mencari sasaran dan menewaskan pasukan lawan berjumlah sangat banyak. Tiap membunuh seorang, dia berteriak, “Inilah balasan Dhirar yang tadinya ditawan!.” 
Dhirar dan pasukan pemberian Yuqana, membelah lautan pasukan lawan, untuk mendekati pasukan Arab Nashrani.

Pada pasukanya, Rifaah bin Zuhair berteriak, “Ayo mereka kita serbu! Jangan takut! Ketahuilah bahwa pintu-pintu gerbang surga telah dibuka! Para bidadari telah bersolek! Istana-istana surga telah diperindah! Para remaja surga telah berbahagia karena akan menyambut kedatangan kita! Sang Maha Raja telah muncul! Hai pemuda Arab! Siapa yang ingin menikahi bidadari bermata indah? Berjuang inilah maskawin bidadari! Ayo siapa yang ingin menduduki kursi mewah di surga-surga? Dengan dilayani oleh sejumlah remaja? Siapa yang tertarik dengan Firman Maha Raja ‘Muttakiiina alaa rafrafin khudhrin wa aqbariyyin chisaan (Mereka bersandar bantal hijau dan permadani mewah)?’ [1] Mana yang pernah mendampingi Tuan Besar segala makhluq SAW di dalam Perang Badar dan Chunain?!.”

Dhirar mengamuk dengan pedang di pertengahan lawan. Ketika yang berguguran karena tebasan pedangnya banyak sekali, dia terkejut oleh seorang mengamuk membelah barisan lawan untuk mendekat. Setelah diamati ternyata wanita yang mengamuk dan berteriak, “Ini pembalasan saya atas kalian untuk Dhirar!” Adalah saudara perempuannya bernama Khaulah. 
Dhirar menyapa, “Hai! Saya saudaramu.” 
Khaulah yang mendekat untuk mengucapkan salam ditegur, “Jangan mendekat! Ini bukan waktunya menjawab Salam! Memerangi kaum kafir lebih utama daripada omong-omong denganmu! Ayo kita bersatu untuk berjihad di Jalan Allah! Yang gugur di antara kita akan menunggu di Telaga Al-Kautsar.”

Dhirar dan Khaulah terperangah ketika melihat lautan pasukan Romawi Timur berlarian bagai ombak disapu badai. Karena ada yang berteriak keras, “Raja Hiraqla telah ditangkap oleh Raja Filanthanus pengkhianat!.” 

Amukan pasukan Muslimiin menambah porak-poranda mereka. Yang berguguran pun makin banyak. Pasukan Nashrani Arab yang tewas berserakan berjumlah sekitar 12.000 orang. Pasukan Romawi Timur yang tewas, sejumlah yang tewas di dalam Perang Yarmuk dan Perang Ajnadin. [2]





[1] مُتَّكِئِينَ عَلَى رَفْرَفٍ خُضْرٍ وَعَبْقَرِيٍّ حِسَانٍ [الرحمن/76].
[2] Pasukan Romawi Timur dalam perang Annajdin berjumlah 90.000 itu, yang gugur 50.000 orang. Sisa-sisa mereka yang masih hidup berlari kencang menuju dua arah: Damaskus dan Qisariyyah (قيسارية). Kaum Muslimiin mendapat rampasan perang banyak sekali, termasuk di antaranya: Salib-salib dari emas, dari perak, dan benda-benda berharga selain itu. Semua rampasan perang dikumpulkan menjadi satu, termasuk mahkota Wardan. 
Abu Ubaidah ingin menjumlah pasukan Romawi yang tewas dalam Perang Yarmuk, namun tidak mampu, karena terlalu banyak. Dia perintah agar pasukan Muslimiin menebang bambu-bambu di jurang, untuk menghitung jumlah yang sama tewas dari pasukan Romawi. Setelah hutan bambu itu ditebangi untuk memberi tanda, dan menghitung yang sama tewas, akhirnya terjumlah 105.000 mayat. Dari mereka yang mati karam di dalam danau Annaqushah tidak terhitung, karena terlalu banyak. Yang tertawan 40.000 orang. 

1 komentar: