(Bagian ke-169 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Di luar dugaan, ternyata orang-orang yang dinasehati oleh Filanthanus menjawab, “Yang mulia, kami takkan menghalang-halang Tuan meraih kejayaan abadi. Kalau Tuan ingin membimbing kami menuju jalan surga yang kekal dan menghindari kesengsaraan, silahkan kami diajak mengikuti kebenaran dan dan menjauhi kebatilan. Kami akan mengikuti dan mendukung Tuan.”
Filanthanus berkata, “Kalau begitu nanti malam kita bertugas mengepung istana Raja Hiraqla, sambil berharap bertemu pasukan Arab.”
Mereka memahami dan mentaati perintah Raja Filanthanus.
Filanthanus berkata, “Kalau begitu nanti malam kita bertugas mengepung istana Raja Hiraqla, sambil berharap bertemu pasukan Arab.”
Mereka memahami dan mentaati perintah Raja Filanthanus.
Ketika Filanthanus membawa arak-arakan pasukan menuju pasukan Muslimiin, ditemui oleh Yuqana yang membawa surat Raja Hiraqla. Langkah Yuqana berhenti karena ditanya oleh Filanthanus, “Kau termasuk pengawal Raja Hiraqla?.”
Dia menjawab, “Sayalah Yuqana raja negri Chalab (Aleppo).”
Filanthanus bertanya, “Kenapa kerajaanmu kau tinggalkan?.”
Yuqana menjawab, “Saya serahkan agar diatur oleh orang Arab.”
Dia bertanya, “Kenapa kau percayakan pada orang Arab?.”
Yuqana menjawab, “Yang mulia. Saya telah mengikui agama mereka, dan mencari-cari kekurangan mereka. Ternyata mereka itu, kaum yang tidak mau memperhatikan kesalahan dan tidak mau berpisah dari kebenaran. Kalau malam mereka bangun untuk shalat dan beribadah. Yang mereka sebut-sebut adalah Tuhan. Jika dari mereka ada yang salah, diingatkan oleh sebagian mereka. Yang kaya menyayang yang miskin. Tokoh dan rakyat berpakaian sama.”
Filanthanus bertanya, “Jika kau telah tahu rahasia mereka, kenapa tidak bermukim di pertengahan mereka?.”
Yuqana menjawab, “Karena semua rakyat saya masih mencintai saya.”
Filanthanus berkata, “Orang paling baik, hingga kapanpun pasti mementingkan kebenaran dan mengamalkan dengan ikhlas, untuk meraih derajat surga paling tinggi.”
Yuqana menjawab, “Karena semua rakyat saya masih mencintai saya.”
Filanthanus berkata, “Orang paling baik, hingga kapanpun pasti mementingkan kebenaran dan mengamalkan dengan ikhlas, untuk meraih derajat surga paling tinggi.”
Yuqana meninggalkan Filanthanus dengan manggut-manggut. Khutbah sekilas Raja Filanthanus disimpan baik-baik di ruang hatinya. Khutbah itu sangat berkesan baginya. Membuat keyakinannya pada agama Islam bertambah mantap. Dan membuat dirinya menyangka Filanthanus telah mengikuti faham Islam. Hati Yuqana bertanya-tanya, “Mungkinkah beliau telah beragama Islam?.”
Dengan hati berdebar-debar, malam itu Yuqana mendekati Filanthanus. Dia berbahagia saat Filanthanus berkata, “Apakah yang dipergunakan oleh Allah untuk menutup orang-orang aniaya dari jalan orang-orang taqwa? Padahal kebenaran telah jelas bagi orang yang mencari, dan kebathilan samar bagi pengikutnya?.”
Yuqana bertanya, “Yang mulia, pertanyaan baik ini arahnya kemana?.”
Yuqana terkejut oleh jawaban Filanthanus yang menyangka dirinya telah murtad, “Kalau kau berpikir jernih, pasti tak mungkin murtad dari agama mereka. Kau lebih mementingkan kenikmatan yang takkan abadi, dan berdampak siksa bagi yang tidak mensyukuri.”
Yuqana beku dan membisu. Lalu pergi untuk menyelidiki keyakinan yang dianut oleh Filanthanus. Dia berjalan menuju tempat yang diperkirakan akan dilewati oleh arak-arakan pasukan Filanthanus yang melaut. Filanthanus menaiki kuda dan keluar dari pagar pengaman. Untuk menemui keluarga besarnya yang telah Islam, berjumlah 4.000 orang, berkendaraan kuda.
Kepada mereka, Filanthanus menggiring menuju pasukan Muslimiin.
Tiba-tiba Yuqana dan 200 orang keluarganya muncul untuk menghalang-halangi, “Yang mulia! Jangan menyerang kaum Muslimiin!.”
Yuqana terkejut oleh jawaban Filanthanus, “Demi yang Maha Awal dan Maha Kekal, kami mendatangi mereka untuk mempersaksikan keislaman kami, dan untuk bergabung pada mereka! Siapapun yang menyadari bahwa dunia ini fana, pasti akan beramal untuk akhirat. Apa yang menghalang-halangi tuan dari memasuki agama kami (Islam)?.”
Filanthanus memperhatikan Yuqana menjawab, “Yang mulia telah diselamatkan dari jalan sesat menuju kebenaran.”
Filanthanus makin terperangah, ketika mendengarkan Yuqana berkisah mengenai perjalanan Islamnya. Dia berbahagia ketika tahu bahwa Yuqana merencanakan akan bermakar atas pasukan Romawi Timur. Dengan mata berbinar-binar dia bertanya Yuqana, “Apa mungkin kau berhasil bermakar atas mereka dengan pasukan yang hanya sedikit?.”
Jawaban Yuqana membuat makin terpana: “Yang mulia, di dalam istana saya ada 200 orang sahabat senior Rasulillah SAW, yang nilainya sebanding dengan 200.000 pasukan Romawi Timur. Saya berpandangan sebaiknya yang mulia membawa pasukan ini kembali saja. Akan saya jelaskan pada panglima perang Arab, mengenai keadaan kita yang menguntungkan ini. Sebaiknya yang mulia membawa pasukan ini besok pagi, untuk mengepung Raja Hiraqla. Saya yang akan memasuki kota untuk melepaskan 200 pasukan Arab dari penjara. Mereka akan saya beri pedang untuk berperang. Yang bertugas menangkap Hirqla, yang mulia. Yang akan melumpuhkan kota, saya dan pasukan saya, in syaa Allah. Jika yang mulia ingin ketika telah pulang; rakyat yang mulia tidak tahu bahwa yang mulia telah Islam, perintahlah para famili yang mulia, agar merahasiakan urusan ini.”
Filanthanus makin terperangah, ketika mendengarkan Yuqana berkisah mengenai perjalanan Islamnya. Dia berbahagia ketika tahu bahwa Yuqana merencanakan akan bermakar atas pasukan Romawi Timur. Dengan mata berbinar-binar dia bertanya Yuqana, “Apa mungkin kau berhasil bermakar atas mereka dengan pasukan yang hanya sedikit?.”
Jawaban Yuqana membuat makin terpana: “Yang mulia, di dalam istana saya ada 200 orang sahabat senior Rasulillah SAW, yang nilainya sebanding dengan 200.000 pasukan Romawi Timur. Saya berpandangan sebaiknya yang mulia membawa pasukan ini kembali saja. Akan saya jelaskan pada panglima perang Arab, mengenai keadaan kita yang menguntungkan ini. Sebaiknya yang mulia membawa pasukan ini besok pagi, untuk mengepung Raja Hiraqla. Saya yang akan memasuki kota untuk melepaskan 200 pasukan Arab dari penjara. Mereka akan saya beri pedang untuk berperang. Yang bertugas menangkap Hirqla, yang mulia. Yang akan melumpuhkan kota, saya dan pasukan saya, in syaa Allah. Jika yang mulia ingin ketika telah pulang; rakyat yang mulia tidak tahu bahwa yang mulia telah Islam, perintahlah para famili yang mulia, agar merahasiakan urusan ini.”
Filanthanus berkata, “Tujuan saya berjihad, bukan untuk keduniaan. Bahkan jika kerajaan ini telah direbut kaum Islam, saya justru akan berhaji ke Makkah dan berziarah ke Kubur Rasulillah SAW. Saya akan bertempat tinggal di Baitul-Maqdis, hingga ajalku tiba. Siapa yang sanggup menyampaikan surat saya pada panglima perang kaum Arab?.”
Yuqana menjawab, “Beliau memiliki mata-mata di sekitar sini, yaitu kaum dzimmi (taklukan Islam). Saya tahu orang-orang itu.”
Yuqana menjawab, “Beliau memiliki mata-mata di sekitar sini, yaitu kaum dzimmi (taklukan Islam). Saya tahu orang-orang itu.”
Malam itu mereka berdua terkejut oleh datangnya lelaki tua. Setelah diamati dengan seksama, Yuqana merasa lega, karena ternyata dia adalah Amer bin Umayah Addhamri (عمرو بن أمية الضمري), yang datang untuk mengucapkan salam.
Amer berkata, “Yang mulia, Abu Ubaidah mengatakan pada kau ‘jazakallohu khoiron anil Islam’ (semoga Allah membalas kebaikan padamu yang berjasa pada Islam).[1] Beliau telah bermimpi melihat dan melaporkan pada Rasulallah SAW, mengenai raja Romawi kuno dan mengenai yang dibicarakan oleh raja itu dengan Raja Yuqana. Beliau menjelaskan 'nabi SAW telah memberikan khabar gembira' bahwa dosa raja Romawi kuno yang awal dan yang akhir, telah diampuni. Nabi SAW juga menjelaskan bahwa negeri Anthakiyah akan segera ditaklukkan, karena penguasanya akan digantikan.”
Filanthanus menyimak laporan itu dengan wajah berseri-seri. Dan keyakinannya terhadap kebenaran Islam makin besar. Dia bersukur, “Segala puji bagi Allah yang telah membimbing kami pada Islam dan Iman.”
Abu Ubaidah RA telah bermimpi melihat dan mendengar Rasulallah SAW bersabda, “Ya Aba Ubaidah, berbahagialah dalam menyambut Ridho dan Rahmat Allah. Besok pagi penduduk negeri Anthakiyah akan menyerah dengan damai. Raja Romawi kuno dan Raja Yuqana telah begini dan begini. Kini mereka berdua berada di dekatmu. Perintahlah mereka berdua agar melaksanakan perintahmu!.”
Tiba-tiba Abu Ubaidah bangun dan berharap mimpi itu berlanjut.
Tiba-tiba Abu Ubaidah bangun dan berharap mimpi itu berlanjut.
Dia pun menjelaskan mimpi itu pada Khalid. Lalu berita mimpi itu disampaikan oleh Amer pada dua raja tersebut. Filanthanus menyimak keterangan Amer mengenai mimpi Abu Ubaidah dengan khidmat. Bulu kuduknya berdiri ketika mendengar nama dan sabda Nabi Muhammad SAW disebut. Dengan bahagia dan mata berkaca-kaca dia berkata, “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah, dan Muhammad SAW Utusan Allah. Saya bersaksi bahwa agama Islam ini haqqul-yaqiin (sangat benar).”[2]
Filanthanus dan pasukannya kembali ke pasukan induk, untuk mengepung dengan gaya seakan-akan melindungi Raja Hiraqla.
Di tempat lain, Yuqana dan 200 pasukan, telah meninggalkan Filanthanus dan pasukan khususnya. Yuqana terkejut oleh datangnya pasukan pengawal Raja Hiraqla yang membawa 200 tawanan, untuk dipenggal kepala mereka. Dhirar dan kawan-kawannya. Rencana kepala mereka akan dilemparkan pada pasukan Muslimiin.
Jantung Yuqana seakan-akan berhenti karena terkejut, bingung, dan takut, jika kepala mereka benar-benar dipenggal. Yuqana berkata, “Hai pengawal senior Raja Hiraqla! Besok pagi peperangan ini akan meledak. Kalau kau memotong dan melemparkan kepala mereka pada pasukan Muslimiin! Dampaknya akan sangat membahayakan. Pasukan Arab akan mengamuk bagaikan malaikat atau bagai syaitan gila! Dan korban kita pasti akan banyak sekali. Takutlah pada Allah! Jangan gegabah dalam bertindak! Biarlah saya yang mengurusi mereka! Memohonlah pada Raja Hiraqla agar pemotongan kepala mereka diundurkan waktunya!.”
Pengawal senior Hiraqla dan sejumlah pasukan memacu kuda menuju Hiraqla, untuk berkata, “Bagaimana mengenai permohonan Yuqana? Agar pemotongan kepala mereka diundurkan waktunya, dengan alasan ini dan ini?.”
Hiraqla menjawab, “Biarkan mereka! Agar ditangani oleh Yuqana!.”
Di tempat lain, Yuqana dan 200 pasukan, telah meninggalkan Filanthanus dan pasukan khususnya. Yuqana terkejut oleh datangnya pasukan pengawal Raja Hiraqla yang membawa 200 tawanan, untuk dipenggal kepala mereka. Dhirar dan kawan-kawannya. Rencana kepala mereka akan dilemparkan pada pasukan Muslimiin.
Jantung Yuqana seakan-akan berhenti karena terkejut, bingung, dan takut, jika kepala mereka benar-benar dipenggal. Yuqana berkata, “Hai pengawal senior Raja Hiraqla! Besok pagi peperangan ini akan meledak. Kalau kau memotong dan melemparkan kepala mereka pada pasukan Muslimiin! Dampaknya akan sangat membahayakan. Pasukan Arab akan mengamuk bagaikan malaikat atau bagai syaitan gila! Dan korban kita pasti akan banyak sekali. Takutlah pada Allah! Jangan gegabah dalam bertindak! Biarlah saya yang mengurusi mereka! Memohonlah pada Raja Hiraqla agar pemotongan kepala mereka diundurkan waktunya!.”
Pengawal senior Hiraqla dan sejumlah pasukan memacu kuda menuju Hiraqla, untuk berkata, “Bagaimana mengenai permohonan Yuqana? Agar pemotongan kepala mereka diundurkan waktunya, dengan alasan ini dan ini?.”
Hiraqla menjawab, “Biarkan mereka! Agar ditangani oleh Yuqana!.”
Sang pengawal memacu kuda untuk mendekati dan berkata pada Yuqana, “Raja telah menyerahkan urusan para tawanan sepenuhnya pada tuan.”
Para tawanan dibawa oleh pasukan menuju rumah Yuqana.
Rakyat telah menunggu-nunggu 200 pasukan Muslimiin yang akan dieksusi. Tetapi Yuqana yang ditunggu-tunggu agar mengeksusi terlambat datang, karena justru sedang bermakar ingin menguasai negeri Anthakiyah. Yuqana dan 200 pasukannya melepaskan tali pengikat 200 tawanan. Lalu berjanji akan memberikan sejumlah pasukan pada tiap tawanan tersebut. Sebelumnya Yuqana menjelaskan pada mereka bahwa dia dan raja Romawi kuno, akan bermakar untuk menangkap Hiraqla.
Dhirar bersumpah, “Demi Allah! Saya besok pagi akan membuat ridha pada Tuhan.”
Luka-luka dia telah sembuh, karena telah beristirahat selama 8 bulan di dalam tahanan. Tawanan berjumlah 200 orang itu diberi pedang. Dilepaskan dengan didampingi para kerabat Yuqana, untuk diberi pasukan.
Ibnu Masud RA guru Yachya bin Ayub, menjelaskan sedikit perbedaan, mengenai tokoh kerajaan Romawi Timur yang melepaskan 200 pasukan Muslimiin di Anthakiyah:
“Yang perintah agar 200 tawanan itu dipenggal kepala mereka, bukan Hiraqla. Tetapi orang khususnya bernama Talis bin Rinus (تاليس بن رينوس) yang mengenakan mahkota dan sabuk emas bertabur mutiara milik Raja Hiraqla. Dia sangat mirip Hiraqla. Malamnya Hiraqla perintah padanya ‘besok pagi kamu saya tugaskan duduk di atas singgasana saya! Agar saya bisa memakar kaum Arab! Saya akan mengecek apa yang mereka lakukan!’."
Hiraqla telah bermimpi melihat orang turun dari langit, untuk menjungkir balikkan tahtanya. Mahkota Hiraqla terpental jauh dari kepala. Lelaki itu berkata, "Yang jauh telah mendekat! Tahtamu di Suriah telah hilang! Kekuasaan maksiat dan munafik lenyap, digantikan oleh kekuasaan yang benar!."
Dengan mulut, lelaki itu menyembur arak-arakan pasukan Hirqla dengan kobaran api, hingga mereka sama terbakar.
Hiraqla bangun dengan ketakutan. Lalu berpikir keras mengenai takbir mimpi itu. Dia menyimpulkan kerajaanya akan segera berakhir. Beruntung bahwa sebelum pasukan Arab datang ke kerajaannya, dia telah mengumpulkan harta kekayaannya ke dalam wadah-wadah, untuk dinaikkan pada sejumlah kendaraan, menuju tempat rahasia. Setelah tahu takbir mimpinya, dia perintah agar keluarganya semua dan harem-haremnya, pergi jauh. Yang diperintah menduduki tahtanya, Talis bin Rinus.
Di atas tahta Talis perintah pada para pengawal raja, "Keluarkan para tawanan untuk dipenggal kepala mereka!."
Namun Yuqana menghalang-halangi rencana mereka.”
Hiraqla telah bermimpi melihat orang turun dari langit, untuk menjungkir balikkan tahtanya. Mahkota Hiraqla terpental jauh dari kepala. Lelaki itu berkata, "Yang jauh telah mendekat! Tahtamu di Suriah telah hilang! Kekuasaan maksiat dan munafik lenyap, digantikan oleh kekuasaan yang benar!."
Dengan mulut, lelaki itu menyembur arak-arakan pasukan Hirqla dengan kobaran api, hingga mereka sama terbakar.
Hiraqla bangun dengan ketakutan. Lalu berpikir keras mengenai takbir mimpi itu. Dia menyimpulkan kerajaanya akan segera berakhir. Beruntung bahwa sebelum pasukan Arab datang ke kerajaannya, dia telah mengumpulkan harta kekayaannya ke dalam wadah-wadah, untuk dinaikkan pada sejumlah kendaraan, menuju tempat rahasia. Setelah tahu takbir mimpinya, dia perintah agar keluarganya semua dan harem-haremnya, pergi jauh. Yang diperintah menduduki tahtanya, Talis bin Rinus.
Di atas tahta Talis perintah pada para pengawal raja, "Keluarkan para tawanan untuk dipenggal kepala mereka!."
Namun Yuqana menghalang-halangi rencana mereka.”
[1] Al-Waqidi menulis tentang itu: فتوح الشام - (ج 1 / ص 299)
وقال ليوقنا أن الأمير أبا عبيدة يقول لك: جزاك الله خيرا عن الإسلام.
Artinya: Dia berkata pada Yuqana, “Sungguh Amir Abu Ubidah mengatakan pada kau ‘semoga Allah membalas kebaikan padamu yang berjasa pada Islam’.”
[2] Al-Waqidi menulis tentang itu: فتوح الشام - (ج 1 / ص 250)
فلما سمع فلنطانوس ذلك اقشعر جلده وارتعدت فرائصه وقال: أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمداً رسول الله، وأشهد أن هذا الدين هو الحق اليقين
Tidak ada komentar:
Posting Komentar