Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2011/09/22

Yang Sulit Dikaji


(Bukhari Nomer Hadits 5544)
Yang Sulit Dikaji 


Cukup banyak Hadits Bukhari yang sulit dikaji. Ada lima tokoh yang pernah diberitahu oleh KH Nurhasan:
1.     KH Abdudz Zhohir pernah diberi pesan, "Sepandai apapun manusia, pasti terkadang keliru, atau tidak tahu, atau tidak mampu."
2.     KH Sulthon Auliya’, pernah diberi pesan, “Kemanqulan yang saya sampaikan asalnya dari Arab dan berbahasa Arab. Jika ada yang keliru atau kurang, rujukkan pada rujukan yang tepat! Atau dikembalikan pada kaidah bahasa Arab!."
3.     Ustadz Muchsin Blawe, pernah diberi pesan, “Kalau mengikuti pengajian cepat, yang kamu tulis justru rujukan, lampau atau sedangnya. Kalau hanya makna lughotnya yang ketinggalan, bisa ditanyakan.”
4.     Ustadz Abdul-Mannan Klaten, pernah diberi pesan, “Dul, mengajinya orang yang menguasai nahwu dan shorof akan lebih enak dan lebih menguasai, daripada yang tidak menguasai ilmu itu. Ibaratnya kamu mencari ikan dengan tangan, lalu di waktu yang lain kamu mencari ikan dengan jala. Pasti ketika menggunakan jala, hasilnya lebih banyak dan pekerjaannya lebih ringan. Semua kemanqulan segera saya tuangkan karena yang lebih penting saat ini, menumbuhkan dan memupuk Jamaah. Jika kemanqulan sudah dideres, akan sempurna dengan sendirinya. Bagaikan pacul dan parang yang dibeli dari penempa besi, akan tajam jika telah diasah oleh petani.”
5.     KH Ahmad Ibroham pernah diberi pesan, "Manqul yang sempurna adalah dibacakan, dimaknai, diterangkan hingga paham. Pahamnya bisa belakangan. Mengaji ialah mengajar, diajar, atau menderes. Menderes ialah memperdalam pengertian yang dikaji."

Ketika mengkaji Hadits Bukhari nomer Hadits 5544 dari Ustadz Muchsin, saya belum paham: صحيح البخاري - (ج 18 / ص 413)

5544 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَارِمٌ حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا تَمِيمَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ يُحَدِّثُهُ أَبُو عُثْمَانَ عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْخُذُنِي فَيُقْعِدُنِي عَلَى فَخِذِهِ وَيُقْعِدُ الْحَسَنَ عَلَى فَخِذِهِ الْأُخْرَى ثُمَّ يَضُمُّهُمَا ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُمَا فَإِنِّي أَرْحَمُهُمَا وَعَنْ عَلِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ قَالَ التَّيْمِيُّ فَوَقَعَ فِي قَلْبِي مِنْهُ شَيْءٌ قُلْتُ حَدَّثْتُ بِهِ كَذَا وَكَذَا فَلَمْ أَسْمَعْهُ مِنْ أَبِي عُثْمَانَ فَنَظَرْتُ فَوَجَدْتُهُ عِنْدِي مَكْتُوبًا فِيمَا سَمِعْتُ


Arti (selain isnadnya):
Usamah bin Zaid RA berkata, “Dulu Rasulullah SAW pernah memegang saya, untuk mendudukkan saya di atas pahanya. Dan mendudukkan Chasan atas pahanya yang lain. Lalu memeluk (mereka) berdua, lalu bersabda ‘ya Allah, sayangilah mereka berdua. Sebab sungguh saya sayang mereka berdua’.”

(Selain pada Abdullah), Bukhari juga berguru pada Ali, murid Yahya, murid Sulaiman, murid Abi Utsman. Attaimi (Sulaiman) berkata:
“Ada sesuatu (keraguan) yang bersarang di hati saya.
Saya berkata ‘saya telah terlanjur menceritakan Hadits itu begini begini. Saya mutlak belum pernah mendengar Hadits itu dari Abi Utsman?’.
Sontak saya mengecek. Ternyata Hadits itu saya jumpai tertulis di dalam yang telah saya katakan.” Maksudnya ternyata menurut catatan saya, saya telah mendengarkan Hadits itu dari Abi Utsman.

Yang perlu dicatat, “Ada tiga Tabi’iin dalam isnad di atas, semuanya dari Bashrah:
1.     Sulaiman.
2.     Abu Tamimah.
3.     Abu Utsman Annahdi. 

Usamah lebih tua daripada Chasan. Ketika Nabi SAW wafat, umur dia 19 atau 20 tahun; Chasan masih berumur 8 tahun. Mungkin karena saat itu sakit, sehingga Usamah dipangku oleh Nabi SAW. Lalu Nabi SAW memangku Chasan yang datang mendekati mereka berdua.”  


Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar