Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2011/09/12

KW 128: Perang Yarmuk (اليرموك)


 (Bagian ke-128 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Abul-Juaid Tokoh Nashrani

Khalid bersama pasukan Ishabatu Chamra (عصابة حمراء) yang terdiri dari sekitar 40 orang, mengamuk pasukan Romawi. Ishabatu Chamra (عصابة حمراء) artinya rombongan merah.
Dia berteriak. “Sayalah Khalid bin Al-Walid.” Lalu dia terkejut oleh datangnya seorang bathriq bernama Nasthur (النسطور) berbusana sutra dibaj. Dia yang sedang sibuk berperang tidak memahami teriakan bathriq dengan bahasa Romawi. Beruntung sekali dia tahu bahwa bathriq itu meloncatkan kuda untuk menyerang. Dia menghindar secepat-cepatnya hingga pecinya jatuh dari kepalanya. Pasukan Muslimiin terkejut dan membaca, “Laa chaula walaa quwwata illaa bi Allah Al-Aliyyil Adliim.
Khalid berteriak, “Hai! Hai!.”
Bathriq menyerang dari belakang; Khalid sempoyongan hampir jatuh, namun tetap berusaha menghindar dan berusaha menyaut pecinya yang lepas dari kepalanya. Khalid berteriak, “Ambilkan peciku! Semoga kalian disayang oleh Allah!.”
Seorang Muslim memberikan peci itu pada Khalid agar dikenakan lagi. Ada yang bertanya dengan heran, “Ya Ayah Sulaiman!? Dalam keadaan yang sangat berbahaya seperti ini kau masih juga mempertahankan peci?.”
Dia berperang sambil menjawab, “Sungguh ketika Rasulullah SAW menggundul rambutnya di dalam Haji Waddak; saya mengambil beberapa rambut jambulnya. Baginda bertanya ‘akan kau pergunakan untuk apa ini semua, ya Khalid?’. Saya menjawab ‘agar mendapat barokah ya Rasulullah, agar jika berperang menang’. Baginda bersabda ‘berarti kau akan menang terus jika berperang, selama ramabut-rambut ini menyertaimu’. Lalu rambut-rambut saya sisipkan pada depan peciku ini. Ternyata musuh sebanyak apapun yang kuserang, lari tunggang-langgang berkat rambut dari Rasulillah SAW itu.”

Khalid mengajak pasukan Ishabatu Chamra untuk mengamuk. Dalam waktu yang cepat sekali pedang Khalid menusuk dan merobohkan Bathriq Nasthur. Dan amukan pasukan Ishabatu Chamra membuat pasukan Romawi berguguran dan berhamburan kabur.
Khalid maju untuk menantang perang satu lawan satu, tetapi tidak ada yang sanggup melayani. Khalid mengayun-ayunkan pedang untuk mengamuk hingga musuh yang berguguran banyak sekali. Amukan yang menggila dalam waktu lama itu akhirmya membuat Khalid capek.
Al-Charits bin Hisyam Al-Makhzumi (الحارث بن هشام) kasihan melihat Khalid kecapekan. Dia berkata pada Abu Ubaidah, “Yang mulia, Khalid telah menyelesaikan kewajibannya. Perjuangannya telah membuat dia capek. Perintahlah agar dia beristirhat.”
Abu Ubaidah mendekati untuk menganjurkan pada Khalid RA, “Istirahatlah.”
Khalid menjawab, “Yang mulia, demi Allah saya memang sedang berusaha meraih pahala mati syahid dengan berperang yang sempurna. Jika saya tak berhasil; Allah tahu bahwa niat saya tulus.”
Khalid mengamuk lagi dengan menggila hingga musuhnya berhamburan kabur. Yang lain berjatuhan. Tak seorang pun membantu Khalid, karena semua sibuk menghadapi musuh berjumlah banyak. Saat itu pasukan Muslimiin tahu bahwa Khalid telah mendapat barokah dari nabi hingga jika perang pasti menang.[1]
Pasukan Romawi yang gugur berserakan makin banyak sekali. Pasukan Romawi yang disatukan dengan rantai juga telah berguguran terinjak-injak kuda. Semakin sore peperangan semakin melemah.
Ketika dua kubu menarik pasukan masing-masing; medan perang bersimbah darah mayat-mayat yang berguguran. Malam itu medan perang telah sepi, tetapi mayat-mayat yang berserakan berbau anyir.
Lautan pasukan yang siangnya bertempur telah kembali ke kubu mereka masing-masing, untuk mengobati luka dan istirahat.
Yang tampak sibuk para Muslimaat: ada yang mempersiapkan makan malam, ada yang mengobati luka. Malam itu Abu Ubaidah tidak menunjuk orang banyak untuk jaga malam, karena semua sangat capek. Yang jaga malam, ketika itu hanya Abu Ubaidah dan beberapa pasukan Muslimiin.
Ketikan Abu Ubaidah sedang keliling ronda malam, tiba-tiba datang dua orang berkuda. Abu Ubaidah membaca, “Laa Ilaaha illaa Allah.”
Mereka berdua menjawab, “Muhammadun Rasulullah.
Abu Ubaidah tahu bahwa mereka berdua; Zubair dan Asma, setelah mendekat dan mengamati dengan seksama. Lalu dia mengucapkan salam dan bertanya, “Ya putra bibi Rasulillah SAW, kenapa keluar?.”
Zubair menjawab, “Untuk berjaga. Asma berkata pada saya ‘pasukan Muslimiin sedang capek sekali karena seharian berperang. Temanilah saya untuk berjaga malam’. Saya pun menuruti permintaannya.”
Abu Ubaidah mengucapkan syukur pada keduanya, lalu perintah agar keduanya istirahat saja. Namun mereka berdua bersikeras jaga malam hingga subuh.  

Al-Waqidi sejarawan Islam masyhur meriwayatkan kisah keajaiban kemenangan Muslimiin dalam Perang Yarmuk yang akbar:[2]
Sesungguhnya Abul-Juaid termasuk tokoh Nashrani negri Chimsh (Homs). Sejumlah pasukan Romawi berjumlah banyak sekali yang memerangi pasukan Muslimiin di Yarmuk, istirahat di negri Chimsh, tepatnya di kota Azzarraah (الزراعة).
Abul-Juaid memiliki tempat tinggal mewah yang dilengkapi dengan kolam renang, untuk beristirahat di kota itu. Ketika Abul-Juaid dan keluarganya berpindah dari Chimsh ke kota itu, pasukan Romawi bermalam di kota itu.
Abul-Juaid sibuk menjamu mereka (karena sungkan dengan Raja Hiraqla). Semula Abul-Juaid akan berbulan madu dengan istri mudanya di rumah mewah itu. Malam itu istri tuanya menyingkir agar tidak mengganggu bulan madunya.
Abul-Juaid menjamu mereka dengan hidangan meriah dan arak istimewa. Setelah mereka selesai makan-makan dan minum-minum, berkata, “Bawa kemari istri mudamu!.”
Abul-Juaid tersinggung dan mencaci-maki, tetapi mereka bersikeras minta agar wanita itu didatangkan pada mereka. Wanita menggiurkan itu didatangkan dengan paksa oleh mereka. Bahkan wanita itu dinikmati ramai-ramai oleh mereka hingga pagi.
Abul-Juaid menangis bersedih atas peristiwa yang menghina harga dirinya itu. Ketika Abul-Juaid mendoakan jelek, mereka justru membunuh dan memotong kepala anak-anak Abul-Juaid.
Seorang istri dari Abul-Juaid mengambil dan membungkus potongan kepala anaknya untuk dibawa menghadap dan laporan pada komandan pasukan Romawi. Dia meletakkan bungkusan kepala dan melaporkan kejahatan itu pada sang komandan. “Periksalah kejahatan pasukan kau pada anakku ini. Balaskan penganiayaan ini untukku.”
Namun sang komandan hanya diam. Wanita itu bersumpah, “Demi Allah, pasukan Arab akan menaklukkan kalian.”
Wanita itu pergi sambil mendoakan agar sang komandan juga celaka. Tak lama setelah itu mereka dilanda musibah besar hingga sama tewas oleh pasukan Muslimiin.

Abul-Juaid membawa dendam dan mendatangi pasukan Muslimiin untuk berkata pada Khalid, “Ketahuilah bahwa ada pasukan Romawi berjumlah banyak sekali di kota Azzarraah. Kalau kalian memerangi mati-matian, pasti memerlukan waktu yang lama, karena jumlah mereka terlalu banyak. Saya bisa menipu agar mereka sama tewas, tapi kalian akan memberi imbalan apa pada saya?.”
Pasukan Muslimiin menjawab bermacam-macam. Yang pasti dia dan seluruh keluarganya akan dibebaskan membayar pajak. Bahkan dia hingga anak turunnya nanti akan diperlakukan secara khusus oleh kaum Muslimiin.


[1] Bukhari juga membenarkan pada orang yang beranggapan rambut atau ludah nabi SAW barakah. Tentang rambut, beliau meriwayatkan: صحيح البخاري - (ج 1 / ص 296)
165 - حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ ابْنِ سِيرِينَ قَالَ قُلْتُ لِعَبِيدَةَ عِنْدَنَا مِنْ شَعَرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَبْنَاهُ مِنْ قِبَلِ أَنَسٍ أَوْ مِنْ قِبَلِ أَهْلِ أَنَسٍ فَقَالَ لَأَنْ تَكُونَ عِنْدِي شَعَرَةٌ .مِنْهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Arti (selain isnad)nya: Ibnu Sirin berkata pada Abidah, “Kami menyanding rambut-rambut nabi SAW, yang dulunya kami dapatkan dari arah Anas (atau dari keluarga Anas).”
Abidah mengandai-andai, “Niscaya jika saya menyanding sehelai rambut dari nabi SAW, lebih meyenangkan bagi saya daripada dunia dan yang di dalamnya.”

Ibnu Chajar menulis, “فِيهِ التَّبَرُّك بِشَعْرِهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.”
Artinya:
Dalam uraian Hadits ini tersimpul pengertian bahwa menganggap barakah pada rambut-rambut nabi SAW (boleh).

[2] Al-Waqidi menulis tentang itu: فتوح الشام - (ج 1 / ص 172)
قال الواقدي: حدثني أبو عبيدة عن صفوان بن عمرو بن عبد الرحمن بن جبير أن أبا الجعيد كان رئيساً من رؤساء أهل حمص، فلما اجتمعت الروم على المسلمين في اليرموك دخلوا على حمص ونزلوا في بلدة تسمى الزراعة، وكان أبو الجعيد هذا قد جعلها مسكنه لطيب هوائها ومائها وانتقل من حمص إليها فنزل عسكر الروم على الزراعة عنده وكان فيها عرس لأبي الجعيد وزوجته تزف عليه في تلك الليلة. قال فتكلف أبو الجعيد بضيافة الروم وأكرمهم وأطعمهم وسقاهم الخمر، فلما فرغوا من أمورهم قال: هات امرأتك إلينا فأبى ذلك وسبهم فأبوا إلا أخذ العروس، فلما شنع عليهم بذلك عمدوا إلى العروس وأخذوها كرهاً منه وعبثوا بها بقية ليلتهم فبكى أبو الجعيد من حزنه ودعا عليهم فقتلوا أولاده، وكان له ولد من زوجة غيرها قال: فأقبلت أم الفتى فأخذت رأس ولدها في خمارها وأقبلت به إلى مقدم ذلك الجيش ورمت الرأس إليه وشكت حالها، وقالت له: انظر ما صنع أصحابك بولدي فخذ بحقي فلم يعبأ بكلامها. فقالت له أم الفتى: والله لتنصرن العرب عليكم ورجعت وهي تدعو عليه فما كان إلا يسير حتى هلكوا في أيدي المسلمين

Tidak ada komentar:

Posting Komentar