Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2011/09/30

Gambar Miktal (المكتل)


Dalam beberapa Hadits sering dibahas mengenai wadah yang disebut miktal. Inilah gambar miktal zaman kuno. Nabi Musa dan Yusya mencari Nabi Khadhir AS juga membawa miktal.

KW 135: Dakwah ke Baitul-Maqdis


 (Bagian ke-135 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Pada Zubair, pasukan Muslimiin dari Yaman mengucapkan salam, “Mas, kau dan orang-orang itu, datang dari mana?.”
Zubair menjawab, “Dari Madinah Rasulillah SAW?.”
Mereka bertanya, “Bagaimana keadaan Muslimiin di sana?.”
Zubair menjawab, “Baik-baik saja.”
Mereka bertanya, “Apakah baginda Umar juga datang kemari?.”
Zubair balik bertanya, “Sebentar, kalian ini siapa?.”
Mereka menjawab, “Kami pasukan dari Yaman yang diperintah oleh baginda Abu Ubaidah, agar mengecek apakah baginda Umar juga datang kemari.”
Zubair menjawab, “Sebentar” Lalu kembali menuju Umar, untuk menyampaikan laporan.
Umar RA membenarkan Zubair, “Kau benar, ayah Abdillah.”

Sejumlah pasukan Muslimiin yang lain datang, untuk menanyakan, “Apakah baginda Umar datang kemari?.”
Umar menjawab, “Hai! Umar di sini! Ada apa!?.”
Mereka berkata, “Ya Amiral Mukminiin, banyak orang yang menangis sedih, dan leher mereka capek, karena menunggu kedatangan baginda. Semoga Baitul-Maqdis segera tuan kuasai.”

Pasukan berkuda itu lega, setelah tahu bahwa Umar telah datang dengan membawa bala bantuan. Mereka kembali lagi untuk memberitahukan pada kawan-kawan mereka, mengenai kehadiran Umar dan pasukannya. Mereka berteriak, “Berbahagialah! Baginda Umar dan pasukannya telah datang kemari!.”

Teriakan itu membuat pasukan Muslimiin di Baitul-Maqdis berbahagia. Tahlil, takbir, dan teriakan mereka gegap gempita, karena yang ditunggu-tunggu telah hadir. Hampir saja semuanya akan memacu kuda untuk menyambut kedatangan Umar. Tetapi Abu Ubaidah mencegah, “Semuanya agar di markasnya saja!.”

Abu Ubaidah dan dan sejumlah kaum Anshar dan Muhajiriin, bergerak untuk menyambut kedatangan Umar dan pasukanya.
Umar mengamati Abu Ubaidah, datang membawa pedang dan busur, berkendaraan unta muda yang disebut qalush (قَلُوص). Abu Ubaidah berbusana abaya, turun lalu menambatkan untanya, untuk menemui Umar di tempat yang nyaman.
Umar menambatkan untanya untuk menyambut kedatangan dan menerima uluran tangan Abu Ubaidah. Mereka berdua bersalaman dan berpelukan. Rombongan Abu Ubaidah bersalaman dan mengucapkan salam pada Umar RA dan rombongannya. 
Umar dan Abu Ubaidah berjalan diiringi oleh arak-arakan pasukan Muslimiin, menuju Baitul-Maqdis.

Di pagi yang indah itu Umar mengimami shalat subuh. Lalu menyampaikan Khutbah bersejarah:
“Segala puji bagi Allah yang Maha terpuji Maha Agung, Maha Kuat, Maha Dahsyat. Selalu melakukan pada yang dikehendaki. Sungguh Allah Taala telah memuliakan kita dengan Islam. Dan telah membimbing kita melalui Muhammad. Semoga afdholnya sholawat dan salam melimpah padanya. Dan Allah lah yang menghindarkan kita dari kesesatan. Dan menyatukan hati kita yang tadinya saling membenci. Maka pujilah Allah atas anugrah ini! Agar kalian mendapatkan tambahan. Allah berfirman ‘jika kalian bersukur maka sungguh Aku niscaya akan menambah pada kalian. Namun jika kalian kufur, maka sungguh siksaanKu niscaya sangat pedih’. Barang siapa dibimbing oleh Allah, maka mendapat bimbingan. Barang siapa disesatkan oleh Allah, maka kau takkan menemukan pembimbing untuknya’.”[1]

Seorang alim Nashrani yang hadir dan menyimak khuthbah Umar. Dan membantah, “Allah tidak mungkin, menyesatkan seorangpun,” berkali-kali.
Umar RA perintah, “Jika dia mengulangi lagi perkataannya! Potong lehernya!.”
Sontak alim Nashrani itu diam; Umar meneruskan khuthbah:
“Ammaa bakdu: Sungguh saya nasehat pada kalian, agar bertaqwa pada Allah azza wajalla yang akan kekal. Sedangkan selain Allah pasti akan fana (rusak). Dialah yang akan memberi manfaat pada Kekasih-Kekasih-Nya yang taat. Dan akan menghabisi Musuh-Musuh-Nya yang maksiat. Hai semuanya! Tunaikan zakat kalian dengan hati senang. Dalam beramal jangan berharap dipuji atau dibalas oleh manusia. Pahamilah nasehat ini: orang pandai adalah yang menjalankan agamanya. Orang beruntung adalah yang bisa menerima nasehat orang lain. Ketahuilah! Sejelek-jelek perkara keagamaan adalah yang diperbaharui. Amalkan sunnah nabi kalian SAW! Mengamalkan sunnah dengan alakadar lebih baik daripada ijtihad untuk bid’ah. Kaji dan amalkan Al-Qur’an! Yang akan menjadi obat sekaligus berpahala. Hai semuanya! Dulu Rasulullah pernah berdiri di kalangan kami, seperti bediriku di kalangan kalian. Lalu bersabda ‘ikutilah sahabat-sahabatku! Lalu orang-orang yang mendekati mereka! Lalu orang-orang yang mendekati mereka! Lalu kebohongan akan muncul! Hingga orang yang tidak dimintai persaksian, berani bersaksi! Dan orang yang tidak diminta bersumpah, berani bersumpah. Barang siapa ingin ke kawasan surga, maka tetapi Jamaah. Dan berlindunglah dari syaitan. Lelaki jangan menyendiri dengan wanita. Wanita adalah jaring-jaring syaitan. Barang siapa senang pada kebaikannya dan malu pada kejelekannya, berarti orang iman. Shalatlah, shalatlah!.”[2]

Ketika Umar duduk; Abu Ubaidah berkisah mengenai Peperangannya dengan pasukan Romawi. Umar menyimak dengan serius. Terkadang airmatanya berlinang, terkadang terperangah. Pembicaraan dua tokoh besar itu seris sekali, hingga waktu shalat luhur tiba.

Beberapa orang bertanya Pada Umar, “Ya Amiral Mukminiin, bagaimana kalau Bilal disuruh adzan?.”
Umar menyetujui permintaan mereka. 
Bilal di daerah Balad terkejut, karena mendengar berita 'Umar telah datang'. Dia segera bergegas datang untuk menyalami Umar yang sangat dihormati. Beberapa orang berkata pada Bilal, “Para sahabat nabi minta, agar kau adzan. Agar mereka ingat, saat kau adzan di zaman Rasulillah SAW.”
Bilal menjawab, “Ya.”
Ketika dia berteriak, “Allahu akbar Allahu akbar,” hati semua yang mendengar bergetar.
Ketika dia berteriak, “Asyhadu an laaa Ilaaha illaa Allah,” hingga, “asyhadu anna Muhammadan Rasulullah" Air mata mereka bercucuran, karena terharu. Karena ingat Allah dan Rasul-Nya.


Bilal melaporkan, “Ya Amiral Mukminiin. Tokoh-tokoh Muslimiin sama makan daging burung dan roti yang lezat, sementara makanan Muslimiin yang lain sederhana. Padahal sebetulnya kita semua sama-sama akan mati dan menjadi tanah.”
Yazid bin Abi Sufyan menimpal, “Harga makanan di sini murah, sehingga kami bisa membeli.”
Umar berkata, “Silahkan dimakan dengan nikmat. Untuk sementara saya ingin, kalian menghubungi Muslimiin yang sama faqir. Untuk saya beri gandum, madu, dan minyak, dan bahan makan lain yang mereka butuhkan.”

Muslimimiin faqir yang berada di sekitar wilayah itu sama berdatangan untuk menerima bahan makan dari Umar. Umar berkata pada mereka, “Ini pemberian dari amir-amir kalian, belum yang dari saya, yang dari Baitul Mal. Jika ada amir yang menghambat fasilitas untuk kalian, laporkan pada saya! Agar dia saya istirahatkan.”
Mereka berbahagia, karena bisa melihat Umar dan mendapat santunan.

Umar perintah, “Ayo segera berangkat!.”
Pakaian yang dikenakan oleh Umar berbahan wool bertambal 14 tambalan, yang salah satunya dari kulit.”
Beberapa Muslimiin berkata, “Ya Amiral Mukminiin, sebaiknya baginda berkendaraan kuda yang bagus dan berbusana putih.”
Umar melaksanakan permintaan mereka. Busana yang dikenakan oleh Umar buatan Mesir seharga 15 dirham. Bahan selendang yang dikenakan dari katan (كَتّان), yang telah dipakai seorang, namun masih bagus. Kuda jantan yang akan dikendarai gagah tampan, dari Romawi. Ternyata kuda yang nyaman dikendarai itu kecepatan larinya luar biasa.
Umar berkata, “Batalkan coba-coba ini! Semoga Allah membebaskan kalian dari cobaan berat di hari kiamat nanti. Hampir saja Amir kalian celaka, karena terlalu senang dan bangga. Padahal saya pernah mendengar Rasulallah bersabda ‘orang yang di dalam hatinya ada rasa sombong sebobot semut, takkan masuk surga’. Busana putih mewah dan kuda yang gagah ini hampir membuat saya celaka.”
Lalu melepas busananya yang dinilai terlalu mewah dan mengenakan busananya yang ditambal 14 tambalan.[3]


[1] Al-Waqidi sejarawan pilihan yang mementingkan kebenaran, menulis di dalam kitabnya tentang khutbah itu: فتوح الشام - (ج 1 / ص 187)
الحمد لله الحميد المجيد، القوي الشديد، الفعال لما يريد، ثم قال: إن الله تعالى قد أكرمنا بالإسلام وهدانا بمحمد عليه أفضل الصلاة والسلام، وأزاح عنا الضلالة وجمعنا بعد الفرقة وألف بين قلوبنا من بعد البغضاء فاحمدوه على هذه النعمة تستوجبوا منه المزيد فقد قال الله تعالى: " لئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد " إبراهيم: 7، ثم قرأ: " من يهد الله فهو المهتد ومن يضلل فلن تجد له ولياً مرشدا " الإسراء: 97
[2] Khuthbah bersejarah ini dicatat oleh Al-Waqidi: فتوح الشام - (ج 1 / ص 188)
أما بعد: فإني أوصيكم بتقوى الله عز وجل الذي يبقى ويفنى كل شيء سواه، الذي بطاعته ينفع أولياءه، وبمعصيته يفني أعداءه، أيها الناس أدوا زكاة أموالكم طيبة بها قلوبكم وأنفسكم لا تريدون بها جزاء من مخلوق ولا شكوراً افهموا ما توعظون به فإن الكيس من أحرز دينه، وإن السعيد من اتعظ بغيره ألا إن شر الأمور مبتدعاتها وعليكم بالسنة سنة نبيكم صلى الله عليه وسلم فألزموها فإن الاقتصاد في السنة خير من الاجتهاد في البدعة وألزموا القرآن فإن فيه الشفاء والثواب، أيها الناس إنه قام فينا رسول الله صلى الله عليه وسلم كقيامي فيكم وقال: ألزموا أصحابي ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم ثم يظهر الكذب حتى يشهد من لم يستشهد ويحلف من لم يحلف فمن أراد بحبوحة الجنة فليلزم الجماعة، وتعوذوا من الشيطان ولا يخلون أحد منكم بامرأة فإنهن من حبائل الشيطان ومن سرته حسنته وساءته سيئته فهو مؤمن، والصلاة الصلاة.
[3] Al-Waqidi penulis kitab Futuchussyam ini berkata, “Saya pernah membacakan kitab ini di dekat kubur Imam Chanafi. Ketika mendengar 'Kisah Umar Berpakaian Sederhana' ini, Alim besar bernama Ubadah bin Auf Addainuri yang menyimak pembacaan ini, berkata: ‘saya terkejut, karena dari saya lah kisah itu, asalnya'. Dan dia melengkapi kisah itu.”
Karena kitab ini bukan sembarangan, maka terkadang dipilih oleh Ibnu Chajar sebagai rujukan.

2011/09/28

Beli Kota Surga


Mansukh oleh Ayat 41 
Beli Kota Surga


Ayat yang turun pada bulan Ramadhan tahun 2 Hijriah seusai Perang Badar ini, mengandung Pelajaran luar biasa. Ajaran ini memang berat, tetapi bermanfaat bagi kerukunan dan persatuan antar kaum Iman, di dunia. Dan berbuah kota megah di surga:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَنْفَالِ قُلِ الْأَنْفَالُ لِلَّهِ وَالرَّسُولِ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ  [الأنفال/1].
Artinya:
Mereka bertanya padamu tentang 'rampasan-rampasan perang itu'. Katakan, “Rampasan-rampasan perang ini milik Allah dan Rasul. Maka takutlah Allah dan Rasul! Dan damaikan hubungan antar kalian! Dan taatlah pada Allah dan Rasul-Nya! Jika kalian orang-orang beriman.”

Penyebab turunnya Ayat ini, karena rampasan Perang Badar yang banyak, "Membuat pasukan Muslimiin berselisih dan berebut."[1] Sehingga mereka bertanya pada nabi SAW mengenai hak mereka dalam harta rampasan itu 'sampai di mana'. 
Dipastikan mereka takut, taat, lalu damai. Karena lalu Allah melanjutkan Firman-Nya yang Indah lagi sarat nasehat.
Jika Surat itu dibaca hingga Ayat 41, akan diketahui 'bagaimana Allah menentukan' pembagian rampasan perang untuk Muslimiin. Tetapi penulis hanya akan menjelaskan, “Mengampuni seorang adalah membeli kota di surga. Mendasari Firman yang artinya ’damaikan hubungan antara kalian! Dan taatlah pada Allah dan Rasul-Nya! Jika kalian orang-orang beriman’.” 

Di dalam Al-MustadrakAl-Chakim meriwayatkan: المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 20 / ص 130)
8869 - حدثنا أبو منصور محمد بن القاسم العتكي ، ثنا أبو عبد الله محمد بن أحمد بن أنس القرشي ، ثنا عبد الله بن بكر السهمي ، أنبأ عباد بن شيبة الحبطي ، عن سعيد بن أنس ، عن أنس بن مالك رضي الله عنه ، قال : بينا رسول الله صلى الله عليه وسلم جالس إذ رأيناه ضحك حتى بدت ثناياه ، فقال له عمر : ما أضحكك يا رسول الله بأبي أنت وأمي ؟ قال : « رجلان من أمتي جثيا بين يدي رب العزة ، فقال أحدهما : يا رب خذ لي مظلمتي من أخي ، فقال الله تبارك وتعالى للطالب : فكيف تصنع بأخيك ولم يبق من حسناته شيء ؟ قال : يا رب فليحمل من أوزاري » قال : وفاضت عينا رسول الله صلى الله عليه وسلم بالبكاء ، ثم قال : « إن ذاك اليوم عظيم يحتاج الناس أن يحمل عنهم من أوزارهم ، فقال الله تعالى للطالب : » ارفع بصرك فانظر في الجنان فرفع رأسه ، فقال : يا رب أرى مدائن من ذهب وقصورا من ذهب مكللة باللؤلؤ لأي نبي هذا أو لأي صديق هذا أو لأي شهيد هذا ؟ قال : هذا لمن أعطى الثمن ، قال : يا رب ومن يملك ذلك ؟ قال : أنت تملكه ، قال : بماذا ؟ قال : بعفوك عن أخيك ، قال : يا رب فإني قد عفوت عنه ، قال الله عز وجل : فخذ بيد أخيك فأدخله الجنة « فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم عند ذلك : » اتقوا الله وأصلحوا ذات بينكم فإن الله تعالى يصلح بين المسلمين « » هذا حديث صحيح الإسناد ولم يخرجاه «

Arti (selain isnadnya):
Anas RA berkata, “Suatu hari Rasulullah SAW duduk. Tiba-tiba kami melihat beliau tersenyum, hingga gigi depannya tampak. Menanggapi hal itu, Umar RA berkata ‘apa yang membuat baginda tertawa ya Rasulallah? Baginda dengan ayah dan ibu saya’. 
Baginda bersabda ‘dua lelaki dari umatku bersimpuh' di Hadirat Tuhan Kejayaan. Satunya berkata ‘ya Tuhan saya, balaskan untuk saya, teraniaya saya oleh saudara saya ini’. 
Pada penuntut peradilan, Allah Tabaraka wa Taala berfirman ‘bagaimana mungkin kau tega menuntut saudaramu? Padahal kebaikan-kebaikan dia mutlak (habis) tak tersisa sedikitpun?’. 
Dia berdoa ‘ya Tuhan. Kalau begitu, hendaklah dia menanggung sebagian dosa-dosa saya’.”
Anas RA berkata, “Dua mata Rasulullah SAW berlinang karena menangis. Lalu bersabda ‘sungguh itu terjadi di hari yang sangat dahsyat. Manusia sangat membutuhkan sebagian dosa-dosa mereka dibebaskan', agar (ringan).” 
Pada penuntut, Allah berfirman, “Angkat pandanganmu! Untuk memandang Surga-Surga itu!.” 
Sontak ia menengadahkan kepala. Lalu berdoa ‘ya Tuhan, saya melihat kota-kota dan gedung-gedung dari emas, diperindah dengan mutiara. Milik nabi siapakah ini? Atau milik seorang shiddiq siapakah ini? Atau milik orang syahid siapakah ini?’.[2] 
Allah berfirman ‘milik orang yang sanggup membeli sesuai harga’. 
Dia berdoa ‘ya Rabbi, lantas siapa yang mampu membeli?’.
Allah berfirman ‘kau mampu membeli’. 
Dia berdoa ‘dengan apa?’. 
Allah menjawab ‘dengan cara mengampuni saudaramu’. 
Dia berdoa ‘ya Rabbi, saya telah mengampuni dia’. 
Allah azza wajalla berfirman ‘peganglah tangan saudaramu! Lalu bawalah masuk ke surga!’.”
Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Maka takutlah pada Allah dan Rasul! Dan pastikan damai antar kalian! Karena sungguh Allah Taala, juga akan mendamaikan antar Muslimiin, seperti itu.”

Hadits ini shahih, namun Bukhari dan Muslim tidak memunculkan.


Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi Mulungan Sleman Jogjakarta Indonesia

[1] Saat itu kaum Muslimiin sangat berbahagia, karena mendapat Pertolongan Besar dari Allah, menaklukkan lawan yang telah membuat susah dan tertekan selama 13 tahun atau lebih.

[2] Shiddiq artinya orang yang sangat benar atau sangat jujur. Surga orang shiddiq di atas kaum Syuhadak.

KW 134: Dakwah ke Baitul-Maqdis



 (Bagian ke-134 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Dia bertanya, “Hai para pemuda Arab! Penipuan ini akankalian lakukan berapa kali? Demi kebenaran Al-Masih! Kalau orang yang saya maksud belum kami saksikan! Kami takkan membukakan pintu gerbang negeri ini, untuk kalian! Dan kami takkan menggubris kalian, meskipun kalian memerangi kami selama 20 tahun!.”
Lalu dia menoleh dan pergi dengan angkuh.

Pasukan Muslimiin berkata, “Suratilah Amiral Mukminiin agar tahu ini semua, agar mau datang kemari.  
Abu Ubaidah menulis surat:

بسم الله الرحمن الرحيم
Kepada Hamba Allah Umar bin Al-Khatthab. Dari pegawainya bernama Abu Ubaidah Amir bin Al-Jarrach. Ammaa bakd:
السلام عليك
Sungguh saya memuji Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah. Dan mendoakan shalawat untuk Nabi-Nya SAW. Ketahuilah ya Amiral Mukminiin, bahwa kami telah 4 bulan bertempat tinggal di Iliyak (إيلياء/Baitullah), menyerang penduduknya. Peperangan yang tak pernah berhenti ini membuat pasukan Muslimiin berat, karena terlalu dingin dan hujan mengguyur terus menerus. Syukurlah mereka tabah dalam perjuangan berat ini, karena mengandalkan Tuhan.
Di hari suarat ini saya tulis, pimpinan Baitul-Maqdisyang diagung-agungkan oleh rakyatnya muncul dan menjelaskan bahwa dia dan lainnya pernah membaca ‘yang mampu merebut negeri mereka, sahabat Nabi SAW bernama Umar’. Dia tahu tanda-tanda sahabat itu, karena tertulis di dalam kitab mereka. Dia minta agar pertumpahan darah dihentikan.
Dalam gencatan senjata sementara ini, hendaklah Baginda datang untuk membantu, menaklukkan negeri ini, dengan perjuangan nyata.

Abu Ubaidah melipat dan mengecap surat, lalu bertanya, “Hai Muslimiin! Siapa sanggup mengantar surat ini pada alamatnya? Allah yang akan memberi upah?.”
Maisarah bin Masruq menghadap untuk menyanggupi perintahnya, “Saya sanggup mengantar dan in syaa Allah,beliau akan datang kemari bersama saya.”
Abu Ubaidah memberikan surat dan berkata, “Ini suratnya, semoga Allah memberi kau Barakah!.”
Maisarah menerima surat lalu menaiki unta besar berkelasa besar, untuk berangkat ke Madinah, bersama teman-temannya.  

Di malam indah itulah Maisarah memasuki kota Madinah. Dia berkata, “Demi Allah saya tidak akan mampir dulu pada seorang.”
Dia menambatkan untanya di pintu gerbang Masjid, lalu masuk untuk mengucapkan salam pada Rasulallah SAW danAbu Bakr RA yang telah terkubur. [1] 
Maisarah yang telah beberapa malam terhalang tidurnya, berbaring di Masjid dan tidur sangat pulas. 
Yang membangunkan dia, suara Ali RA di pagi buta, untuk meminta agar Umar RA mengimami shalat subuh, “Asshalah, rahimakumullooh!.” [2]

Maisarah bangun untuk berwudhu dan mengikuti shalat berjamaah subuh, di belakang Umar RA. Ketika Umar berdiri untuk meninggalkan mihrab, Maisarah menjumpai dan mengucapkan salam.
Umar menerima jabat-tangan sambil mengamati Maisarah, lalu wajahnya cerah karena bahagia. Dan bertanya, “Bagaimana khabar Muslimiin di sana?.”
Maisarah menjawab, “Baik-baik, semuanya aman" Dan memberikan surat.
Kaum Muslimiin mendengarkan Umar membaca surat, lalu bahagia, namun hati mereka berdebar-debar. 
Umar bertanya pada jamaah, “Sebaiknya saya harus bagaimana, semoga Allah menyayang Kalian?.”
Semua Muslimiin diam untuk berpikir. Yang pertama kali menjawab Utsman bin Affan RA, “Ya Amiral Mukminiin, sungguh Allah telah merendahkan dan mengusir Kaum Romawi dari negeri-negeri Syam, dan menolong kaum Muslimiin yang telah mengepung mereka di Iliyak, dengan perjuangan yang berat. Semakin lama kaum Romawi semakin ketakutan. Jika Baginda tidak segera datang ke sana, kaum Romawi akan menganggap Baginda meremehkan mereka yang telah terang-terangan minta, agar Baginda datang. Mereka telah berjanji jika melihat Baginda, akan menyerahkan negeri mereka, dan membayar pajak.”
Umar menjawab, “Jazaakalloohu khoiro (semoga Allah membalas kebaikan padamu).”
Lalu bertanya, “Siapa yang mempunyai pandangan lain?.”
Ali RA berkata, “Saya punya pandangan yang akan saya sampaikan.”
Umar bertanya, “Bagaimana menurutmu, hai Ayah Chasan?.”
Ali RA berkata, “Pasukan Muslimiin yang telah berjuang dengan berat, minta agar Baginda datang untuk membantu menaklukkan negeri Baitul-Maqdis. Saya yakin jika Baginda mau pergi ke sana, Allah segera memberi Kemenangan. Berarti kedatangan Baginda yang akan mengalami haus dan lapar di dalam menyusuri jurang dan gunung untuk ke sana, berpahala besar. Yang pasti kedatangan Baginda kesana akan berbuah ganda: Kemenangan, Muslimiin segera istirahat dari perang, dan perdamaian. Sebaiknya segera kesana mumpung pasukan Muslimiin belum berputus-asa. Mumpung bala bantuan lawan belum datang. In syaa Allah Taala itu yang tepat.”
Dengan berwajah cerah Umar berkata, “Utsman telah menyumbang pandangan baik mengenai siasat menaklukkan lawan, demi kebaikan Muslimiin. Jazaakumalloohu khoiro.Namun yang akan saya laksanakan, usulan Ali yang bagus, yang serangannya dibarokahi.” 
Beberapa orang meneteskan air mata karena melihat kekompakan tokoh-tokoh mereka, dan karena mendengar berita perjuangan para pejuang Muslimiin sangat gigih.

Umar perintah agar dipersiapkan perbekalan untuk perjalanannya ke Baitul-Maqdis. 
Beberapa Muslimiin sibuk mempersiapkan keberangkatan Umar dan pasukannya. Umar shalat 4 rakaat di dalam Masjid Nabawi, lalu mendekati kuburan untuk mengucapkan salam pada nabi SAW dan Abu Bakr RA. Yang diserahi agar mewakili Umar di Madinah, Ali RA.

Muslimiin yang melepaskan pemberangkatan Umar dan rombongannya, banyak sekali. Banyak di antara mereka yang berdoa untuk rombongan Umar RA sambil meneteskan air mata.

Umar mengendarai unta merah berbekal tepung, kurma, satu gereba air bersih. Di antara rombongan itu banyak veteran Perang Yarmuk. Yang terpenting di antara mereka Zubair, Ubadah bin As-Shamit dan Amer bin Malik RA. 
Jika istirahat untuk shalat, Umar RA menyampaikan nasehat, “Segala Puji bagi Allah yang telah menjayakan Kita dengan Islam, dan memuliakan Kita dengan Iman, dan memberi Nabi Istimewa SAW. Dan memberi Hidayah (Petunjuk) dari kesesatan, mengumpulkan kita dari perpecahan dengan Kalimat Taqwa. Dan menyatukan Hati kita, menolong mengalahkan Musuh kita, memberi Tempat Layak di Bumi-Nya, menjadikan Kita bersaudara saling mencinta. Oleh karena itu pujilah Allah! Karena Nikmat yang sempurna ini semua, hai Hamba-Hamba Allah! Karena Allah akan menambah dan menyempurnakan Nikmat pada orang yang minta ditambah, yang cinta dan yang bersyukur pada-Nya.”
Umar mengeluarkan tepung dan kurma untuk persiapan makan bersama pasukannya. Setelah siap, berkata, “Ayo silahkan makan dengan leluasa!.”
Mereka makan bersama-sama.
Umar melanjutkan perjalanan.
Jika telah lelah, istirahat dan shalat berjamaah, lalu menyampaikan nasehat pada pasukannya.

Umar dan pasukannya memasuki perairan bernama Dzatul-Manar wilayah kota Judzam. 
Ketika Umar dan pasukannya datang, banyak orang berada di perairan itu. Tiba-tiba datang beberapa orang untuk berkata, “Ya Amiral Mukminiin, ada lelaki yang memperistri kakak-beradik saudara kandung.”
Sontak Umar marah, “Bawa kemari orangnya!.”
Lelaki itu didatangkan dan ditanya, “Siapakah dua wanita ini?” oleh Umar.
Lelaki itu menjawab, “Istri saya.”
Umar bertanya, “Apakah hubungan antara duanya?.”
Dia menjawab, “Kakak-beradik.”
Umar bertanya, “Agamamu apa? Islam kan?.”
Dia menjawab, “Betul.”
Umar bertanya, “Apa kau tak tahu bahwa ini hukumnya haram? Allah berfirman di dalam Kitab-Nya ‘wa an tajma’uu bainal ukhtaini illaa maa qad salaf (dan yang diharamkan) jika kalian mengumpulkan dua saudara, kecuali yang telah berlalu)?’.”
Dia menjawab, “Saya tidak tahu, setahu saya itu halal.”
Umar membentak, “Bohong kau, demi Allah itu haram. Yang satu harus kau cerai! Jika membangkang! Lehermu saya potong!.”
Dia ketakutan dan bertanya, “Betulkan saya akan ditindak?.”
Umar menjawab dengan tegas, “Betul! Demi Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah.”
Dia berkata, “Berarti agama ini jelek.”
Umar membentak, “Mendekatlah kemari!” Lalu menekan leher lelaki itu dengan cambuk dua kali, lalu bertanya, “Kau berani menghina agama yang diridhoi oleh Allah, untuk Malaikat-Malaikat, Rasul-Rasul, dan Makhluq Pilihan-Nya?! Cerailah yang satu! Jika membangkang kau akan saya dera!” dengan geram.
Dia menjawab, “Saya cinta pada semuanya. Akan saya undi saja, yang undiannya keluar berarti istri saya, meskipun semua saya cintai.”
Setelah undian untuk satunya keluar, yang satu ditalak.
Umar berkata, “Hai Nak! Ingatlah perkataanku! Jika kau murtad dari Islam! Kau akan saya bunuh! Jika yang telah kau cerai ini kau jimak lagi! Kau akan saya rajam!.”

Umar dan pasukannya berjalan melewati desa Bani Murrah. Di desa itu ada kaum yang dipanggang di bawah matahari. Umar bertanya, “Kenapa mereka disiksa?.”
Beberapa orang menjawab, “Karena tidak melunasi pajak.”
Umar bertanya, “Mereka punya alasan nggak?.”
Beberapa orang menjawab, “Alasannya tidak mampu.”
Umar perintah, “Lepaskan jika tidak mampu, jangan dipaksa! Saya pernah mendengar Rasulallah SAW bersabda ‘jangan menyiksa manusia. Barang siapa menyiksa manusia, maka Allah akan menyiksa dia di hari kiamat’.”
Sejenak kemudian orang-orang itu dibebaskan.

Umar dan pasukannya berjalan sampai kota Wadil-Qura (وادي القرى). Di kota itu, ada lelaki tua juru kunci telaga. Dia bersahabat karib dengan pemuda yang dicintai. Pada lelaki tua itu, si pemuda berkata, “Boleh nggak istrimu saya tiduri sehari semalam? Dengan imbalan untamu saya gembala, dan saya urusi hingga semuanya beres?.”
Lelaki tua menjawab, “Silahkan.”
Ternyata ada orang mendengar pembicaraan mereka berdua, yang lalu datang untuk melaporkan pada Umar.
Umar perintah, “Bawa kemari orang itu!.”
Lalu pada mereka berdua, bertanya, “Apa agama kalian berdua?.”
Mereka menjawab, “Islam.”
Umar bertanya, “Apa betul laporan yang disampaikan pada saya?.” Lalu menuturkan laporan yang telah diterima, pada mereka berdua.
Orang tua itu berkata, “Laporan itu betul, ya Amiral Mukminiin.”
Umar bertanya, “Apakah kalian berdua tidak tahu bahwa ini haram di dalam Islam?.”
Mereka berdua menjawab, “Demi Allah kami tidak tahu bahwa hukumnya haram.”
Pada lelaki tua, Umar bertanya, “Kenapa kau rela menyerahkan istrimu padanya?.”
Dia menjawab, “Karena saya tak punya keluarga yang bisa menolong, sehingga saya berkata padanya, “Kamu mau kan, menggembala dan memberi minum binatang? Dengan imbalan meniduri istriku? Sekarang saya telah tahu bahwa demikian itu haram, dan takkan saya ulangi lagi.”
Umar perintah, “Bawa pulang istrimu! Dia takkan ditindak!.”
Lalu melarang pada pemuda, “Jangan kau dekati wanita itu! Jika kau mengulangi lagi! Lehermu saya penggal!.”

Umar RA dan pasukannya berjalan menuju Syam. Mantan budak Umar bernama Aslam bin Burqan ikut dalam perjalanan.
Pasukan Muslimiin di Baitul-Maqdis sangat berbahagia, ketika menyaksikan dari jauh, pada Umar dan pasukannya yang berdatangan. 

Umar perintah agar Zubair mendekati arak-arakan pasukan Muslimiin yang bergerak mendekat.
Setelah didekati oleh Zubair, ternyata mereka pasukan Muslimiin dari Yaman yang diutus oleh Abu Ubaidah, agar mengecek kebenaran berita Kedatangan Umar dan Pasukannya.


[1] Mengucapkan salam pada orang yang telah meninggal boleh. Riwayat Al-Bazar yang dhoif ini masih bisa digunakan sebagai hujah karena tidak maudhuk dan Hadits yang memperkuat ada: مجمع الزوائد ومنبع الفوائد - (ج 1 / ص 479)
باب ما يقول إذا زيارة القبور
عن عمر رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم خرج إلى البقيع بقيع الغرقد فقال السلام على أهل الديار من المسلمين والمؤمنين ورحم الله المستقدمين وإنا إن شاء الله لاحقون يعني بكم. رواه البزار وفيه غالب بن عبد الله وهو ضعيف
Artinya:
Dari Umar RA: Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah keluar ke Baqik (Baqik Gharqad) untuk bersabda, “Assalaamu alaa ahlid diyaari minal muslimiin wal mu’miniin. Warachima Allaahul mustaqdimiina. Wa innaa in syaa Allaahu laachiquuna.
[2] Artinya: Ayo shalat, semoga Allah menyayang pada kalian.