(Bagian
ke-111 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Jabalah
dan Pasukannya kabur, setelah Abu Ubaidah dan Pasukannya berdatangan untuk
membantu Rombongan Khalid. Jenazah-jenazah bersimbah darah dari pasukan Jabalah, berserakan banyak sekali memenuhi tanah yang sangat luas. Khalid sibuk mencari Pasukannya di mana saja. Tetapi yang dijumpai hanya 20 Orang. Dia menangis dan menampar
pipi karena sangat susah. Dan berkata pada dirinya, “Kau penyebab gugurnya Pasukan Muslimiin, hai Putra Al-Walid! Akan berkata bagaimana kau nantinya di
hadapan Rohman dan di hadapan Amirul Mukminiin, Umar bin Al-Khatthab RA?!.”
Khalid
berjalan dengan kebingungan, karena Sahabatnya yang dilihat tinggal 20 Orang.
Tiba-tiba Abu Ubaidah dan Pasukannya banyak sekali, berdatangan mendekati Khalid. Mereka telah mengamuk hingga sisa-sisa Pasukan Nashrani yang masih, tewas. Yang lain sama kabur menjauhi gelanggang perang.
Khalid mendengarkan Abu Ubaidah berkata, “Hai Ayah Sulaiman! Segala puji bagi Allah yang telah menolong Pasukan Muslimiin dan menghancurkan Pasukan Musyrikiin.”
Tiba-tiba Abu Ubaidah dan Pasukannya banyak sekali, berdatangan mendekati Khalid. Mereka telah mengamuk hingga sisa-sisa Pasukan Nashrani yang masih, tewas. Yang lain sama kabur menjauhi gelanggang perang.
Khalid mendengarkan Abu Ubaidah berkata, “Hai Ayah Sulaiman! Segala puji bagi Allah yang telah menolong Pasukan Muslimiin dan menghancurkan Pasukan Musyrikiin.”
Khalid
menjawab, “Allah telah membuat mereka porak-poranda, namun saya belum berhasil
membuat kau berbahagia.”
Abu
Ubaidah bertanya, “Kenapa?.”
Khalid
menjawab, “Saya kehilangan 40 Sahabat Rasulillah SAW, di antara mereka ada
Zubair putra bibi Rasulillah SAW.”
Abu
Ubaidah menghibur Khalid: “Hai Ayah Sulaiman! Musuh telah pergi jauh oleh
serangan kami yang bertubi-tubi. Sebagian mereka kami tawan. Dengan para Tawanan itu, kita berharap bisa menebus Pasukan kita yang mereka tawan.”
Khalid
berkata, “Saya yakin mereka hanya tertawan.”
Zubair
yang dicari-cari ternyata muncul dan menyapa, “Apa alasanmu hai Ayah Sulaiman?.”
Dengan
perasaan lega, Khalid menjawab, “Di pertengahan peperangan tadi, Pasukan kita
yang saya lihat hanya sepuluh Orang. Yang bersama saya ini jumlahnya duapuluh
orang. Yang datang bersama kau itu duapuluh lima orang. Berarti yang tertawan
lima orang kan?. Berari yang tertawan Rafi bin Umairah (رافع بن عميرة), Rabiah
bin Amir (ربيعة بن عامر), Dhirar bin Al-Azwar (وضرار بن الأزور), Ashim bin Amer (عاصم بن عمرو), dan Yazid
bin Abi Sufyan.”
Pasukan
Muslimiin sangat susah, karena lima Sahabat pilihan yang mereka cintai tertawan. Sepuluh lainnya gugur sebagai Syuhada. Mereka mendatangi Abu Ubaidah untuk
menyampaikan laporan, tetapi di sana ada Fadhl bin Abbas, Zubair bin Al-Awwam,
dan Marqal bin Hasyim (المرقال بن
هاشم), yang telah bergabung,
dalam keadaan selamat dan berbahagia.
Abu
Ubaidah bersujud di atas punggung kudanya, karena bersyukur pada Allah Taala.
Khalid berkata, “Hai Muslimiin semuanya! Saya telah berjuang mati-matian agar mati syahid, namun belum berhasil! Sepuluh Pasukan kita yang gugur
sebaga syuhada, berarti sudah ajalnya. Yang ditawan oleh lawan, in syaa
Allah saya yang akan mengurusi.”
Kebahagiaan Pasukan Muslimiin sempurna, karena bisa memenangkan Peperangan Akbar, dan bisa bergabung
lagi dengan Pasukan Induk.
Di
tempat yang berbeda, Pasukan Nashrani sama menangisi kawan-kawan mereka yang
tewas dan tertawan. Dan menderita banyak kerugian.
Al-Waqidi, sejarawan Islam kuno yang mengutamakan 'Sejarah Shahih', di dalam kitabnya di
atas. Menjelaskan jumlah Pasukan Romawi 1.000.000 Pasukan berkuda. Dalam
kitabnya yang ini, dia menulis bahwa jumlah Pasukan Romawi 800.000 Pasukan
berkuda:
Seorang
yang saya anggap jujur telah bercerita padaku, “Sungguh ketika Abu Ubaidah sang
panglima, menyaksikan Pasukan Romawi di bawah pimpinan Jabalah kalah besar,
berkirim surat pada Umar:
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Kepada Amirul Mukminiin Umar bin
Al-Khatthab. Dari wakilnya bernama Abi Ubaidah Amir bin Jarrach (أبي عبيدة عامر بن الجراح).
سلام
عليك
Sungguh
saya memuji Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah. Saya juga memanjatkan
shalawat untuk Nabi-Nya bernama Muhammad SAW. Ketahuilah wahai yang mulia,
bahwa anjing Romawi bernama Hiraqla telah menggerakkan kaum penyembah Salib, agar menyerang kami. Jumlah Pasukan yang dikirim 800.000 Pasukan berkuda. Mereka
bagaikan kawanan Belalang yang ditebarkan. Para Pegawai dan Jongos, tidak dihitung.
Kami menempati wilayah Yarmuk dekat kota Rumah (الرُّمَاة) dan Khaulan (الخولان). Pasukan ujung tombak mereka, Kaum
Nashrani Arab dari Ghassan, Lakhm, dan Judzam, berjumlah 60.000 Pasukan
berkuda. Pasukan yang dipimpin oleh Raja Jabalah itu, dilawan oleh Utusan kami
berjumlah 60 Orang. Ternyata Allah memberi pertolongan melalui perjuangan Pasukan kita itu. Pertolongan ini jelas dari Allah yang Maha Dahsyat Maha Bijak.[1]
Pasukan kita yang gugur 10 Orang, di antaranya: 1), Railah (راعلة).
2), Jafar bin Al-Musayyab (جعفر بن
المسيب). 3), Naufal bin
Waraqah (نوفل بن ورقة). 4), Qais bin Amir (قيس بن عامر). 5), Salamah bin Sallamah Al-Khazraji (سلمة بن سلامة الخزرجي). Dan lainnya. Yang ditawan 5 orang: 1), Rafi bin Umairah (رافع بن عميرة).
2), Rabiah bin Amir (ربيعة بن عامر). 3), Dhirar bin Al-Azwar (ضرار بن الأزور).
4), Ashim bin Amer (عاصم بن عمرو). 5), Yazid bin Abi Sufyan (يزيد بن
أبي سفيان).
Saat
ini kami masih ingin melanjutkan peperangan, maka kirimilah kami, Bala bantuan Pasukan Tauhid. Kami memohon agar Allah menolong kami, Islam, dan pemeluknya.”
والسلام
عليك وعلى جميع المسلمين ورحمة الله وبركاته
Abu Ubaidah melipat lalu memberikan surat itu pada Abdullah bin
Qurth, agar dikirimkan ke Madinah untuk Umar. Saat itu hari Jumat ba’dal asar
tanggal 12 Dzul-Chijjah. Abdullah bin Qurth memacu kendaraannya
menyusuri jalan yang sangat panjang.
Bila malam tiba; udara semakin dingin; bulan bersinar indah
menawan. Dan hiburan terindah adalah bertasbih dan membaca Al-Qur’an.
Abdullah memasuki kota Madinah pada hari Jumah siang hari. Masjid
Nabawi dipenuhi Jamaah Jumah yang berjejal. Dia menambatkan kendaraan di depan
pintu gerbang Babu Jibril yang artinya Gerbang Jibril AS. Lalu datang ke
Roudhah untuk mendoakan salam pada Rasulillah SAW dan Abu Bakr Asshiddiq
RA. Lalu shalat dua rakaat, lalu mendekat pada Umar bin Al-Khatthab RA.
Celoteh Jamaah Masjid menyeruak, karena ingin tahu isi surat. Beberapa orang menyodorkan wajah, ingin membaca.
Dia mengucapkan salam dan mencium tangan Umar RA.
Dia mengucapkan salam dan mencium tangan Umar RA.
Ketika membuka dan membaca surat itu, wajah Umar memerah dan
mengucapkan, Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun.”[2]
Jamaah Jumat terkejut; Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdur
Rohman bin Auf, Thalchah (طلحة) dan yang lain, bertanya, “Yang mulia! Beritahu kami mengenai
isi surat dari saudara kami itu.”
[1] وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
[آل عمران/126]
[2] إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ [البقرة :
156].
Artinya: Sungguh kami milik Allah dan akan kembali pada-Nya.,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar