(Bagian ke-106 dari seri tulisan Khald bin Walid)
Pada Qais bin Hubairah, Abu Ubaidah berkata, “Semoga
Allah membalas keutamaan dan memberi ampunan kau dan kami. Usulanmu saya
setujui.”
Beberapa Muslimiin silih berganti menyampaikan usulan baik, pada
Abu Ubaidah, kecuali Khalid bin Al-Walid RA. Dia hanya diam saja.
Pada Khalid, Abu Ubaidah bertanya, “Hai Ayah Sulaiman! Kau lelaki
pemberani! Ahli berkuda, perkasa, memiliki pandangan cemerlang dan siasat yang
jitu. Bagaimana pendapatmu mengenai usulan Qais bin Hubairah?.”
Seluruh Majlis memperhatikan Khalid menjawab, “Saya menyetujui
usulan Qais; walau sebetulnya saya punya pandangan tersendiri. Saya tidak mau berbeda
pendapat dengan Kaum Muslimiin.”
Seluruh Majlis memperhatikan Abu Ubaidah berkata, “Jika kau
memiliki pandangan yang baik, katakan! Kami akan menerima usulanmu!.”
Khalid menjawab, “Ketahuilah yang mulia, jika kau tinggal di sini,
berarti terjebak. Karena kota Jabiyah ini dekat kota Kaisarea (Qaisariyyah/قَيْسَارِيَّة), yang rajanya bernama Qusthanthin (قُسْطَنْطِينَ) putra Raja Hiraqla. Qusthanthin telah menyiapkan 40.000
Pasukan berkuda dan para Pemuda dari kota Yordan (الأُرْدُنّ). Mereka telah berkumpul di kerajaan Qusthanthin, karena
mengkhawatirkan ‘Serangan kita’. Saya justru mengusulkan agar ‘kita pergi ke
kota Yarmuk’, di sebelah kota Adzriat (أذرعات). Karena jika Amirul Mukminiin, Umar bin Khatthab RA akan mengirim
bala bantuan, juga dekat. Selain itu tempat luas itu, akan leluasa untuk
Pasukan Berkuda berjumlah banyak.”
Dengan hati berdebar, semua yang telah menyimak ‘Ucapan Khalid’,
berkata, “Kami menyetujui usulan Khalid.”
Abu Sufyan bin Charb (أَبُو
سُفْيَانَ بْنُ حَرْبٍ) berkata, “Yang mulia, laksanakan usulan Khalid. Perintahlah
dia pergi ke dekat kota Ramadah (الرَّمَادَةُ)! Sebagai penghalang antara Pasukan kita dan
Pasukan Romawi, yang berada di kota Yordan. Agar kita tenang. Karena perjalanan
kita yang berjumlah banyak sekali, menyeberangi hutan ini, pasti akan
menimbulkan suara gaduh dan ribut, sehingga mudah diketahui oleh lawan. Jika
pasukan dari Yordan menyerbu kita; yang akan melawan, Pasukan Khalid.”
Khalid menimpal, “Demi Allah hai putra Charb (حَرْبٍ)!
Sungguh pendapatmu sesuai dengan harapanku! Memang demikian yang saya harapkan.”
Abu Ubaidah menyetujui usulan Khalid dan Abu Sufyan. Dan perintah
agar Pasukan Muslimiin segera meninggalkan Jabiyah, menuju Yarmuk. Dia juga
perintah agar Khalid menggerakkan Pasukannya bernama Jaisuzzahf (جيش
الزحف)
yang terkenal, yang artinya Pasukan Pengobrak-abrik, terdiri dari 4.000 Pasukan
berkuda. Tugas Pasukan Khalid selain itu, mengamati Pasukan Romawi yang akan
menyerang dari belakang.
Pasukan Muslimiin yang banyak sekali itu, mengalir bersamaan suara
derap kaki kuda yang menggemuruh. Suara derap kaki kuda mereka mencapai jarak
dua Farsakh (6 Mil).
Pasukan Romawi yang berada di kota Yordan, mendengar gemuruh dari
derap kaki kuda Pasukan Muslimiin, yang mengalir tak henti-henti. Pasukan
Romawi di Yordan menyangka, 'Pasukan Muslimiin lari pulang' menuju kota Chijaz (الْحِجَاز), karena ketakutan menghadapai mereka yang jumlahnya jauh lebih
banyak.
Pasukan Romawi bergerak cepat, untuk menyerbu Pasukan Muslimiin
bagian belakang. Namun Khalid berteriak keras pada pasukannya, “Serbu! Ini
pertanda kita akan menang!.”
Pasukan Khalid menghunus pedang dan memegang tombak untuk menyerbu
Pasukan Romawi. Yang bergerak menyerang paling cepat, Khalid, Dhirr bin
Al-Azwar, Marqal (المرقال), Thalchah bin Naufal (طلحة بن نوفل), Zahid bin Al-Aswad, Amir bin Thufail, Ibnu Akiluddam (ابن أكال الدم), dan ada lagi lainnya.
Serbuan Pasukan Khalid terlalu ganas, sehingga Pasukan Romawi
terdesak kesulitan, dan berlari pontang-panting. Serangan Pasukan yang disebut Jaisuzzahf makin menggila. Hingga Musuh
berguguran; yang lain ditangkap. Sisa-sisa mereka berlari menuju Urdun,
menghindari serangan Pasukan ganas mematikan.
Khalid dan Pasukan Jaisuzzahf membatalkan pengejaran, karena yang
dikejar telah bergabung pada Pasukan Induk di Urdun, yang berjumlah banyak
sekali.
Abu Ubaidah sang Panglima dan Pasukannya, telah sampai Yarmuk
membelakangi kota Adzriat (أذرعات). Di Yarmuk ada gunung besar yang menjulang
tinggi. Di tempat itulah, Abu Ubaidah RA menempatkan Wanita Muslimaat dan
anak-anak. Mereka disuruh naik, agar mencari tempat yang aman. Sejumlah Pria
diperintah, agar berjaga di sudut-sudut jalan, dan agar mengamati keadaan.
Ketika Khalid dan pasukannya datang, membawa sejumlah rampasan
perang. Abu Ubaidah sangat berbahagia, “Berbahagialah! Ini pertanda kita akan
mendapat pertolongan dan kemenangan.”
Pasukan Muslimiin di Yarmuk telah siaga penuh, untuk menghadapi
Musuh yang akan datang sewaktu-waktu.
Di tempat yang beda Raja Qusthanthin putra Raja Hiraqla terkejut,
oleh khabar, "Pasukannya telah dikalahkan oleh sebagian Pasukan Muslimiin.
Pasukan Muslimiin lain yang jauh lebih banyak, justru berpindah ke
Yarmuk."
Kepada raja-raja yang telah bergerak menggiring Pasukan menuju
Yarmuk, Raja Qusthanthin mengirim berita, “Anggapan kalian 'Pasukan Muslimin
remeh atau lemah' keliru! Perangilah mereka hingga habis semuanya!.”
Raja Mahan membaca surat Raja Qusthanthin, di hadapan para Raja
dan para Bathriq
(patriach), yang berkumpul di hadapannya. Mahan perintah agar Pasukan
Romawi yang melaut, meneruskan perjalanan ke Yarmuk.
Arak-arakan Pasukan yang melaut itu, mencaci-maki Penduduk
kota-kota taklukan kaum Muslimiin, “Kalian celaka! Meninggalkan agama kalian
untuk mengalah pada kaum Arab.”
Mereka menjawab, “Justru kalian yang lebih pas untuk dicaci-maki,
daripada kami. Karena kalian telah menghindari serangan mereka, dan meningglkan
kami diserbu mereka. Hingga kami terpaksa berdamai dengan mereka. Akhirnya Kaum
Arab makin tahu kebenaran.”
Pasukan Romawi telah memenuhi daerah, dekat kota Romadah (الرمادة),
dan kota Jaulan (الجولان), yang bernama Al-Jabal (الجبل).
Jarak tempuh tempat itu, dari pasukan Muslimiin; 3 Farsakh (9 Mil).
Pasukan Romawi mengalir terus, memenuhi kawasan yang sangat luas
di Yarmuk. Dari lautan pasukan itu, ada 60.000 Pasukan berkuda, dipimpin oleh
Raja Jablah. Mereka bergerak berarak-arak, menutupi Panglima Besar mereka
bernama Raja Mahan dan pasukannya, menuju tempat yang lurus pasukan
Muslimiin, yang dipimpin oleh sejumlah Sahabat Rasulillah SAW.
Mereka lah 60.000 pasukan berkuda Arab Nashrani dari Ghasan,
Lakhm, dan Judzam.
Para Sahabat Rasulillah SAW dan lainnya ketakutan, dan membaca, “Laa Chaula walaa quwwata illaa bi
Allah Al-Aliyyil-Adliim.”
Artinya: Tiada upaya mupun kekuatan, kecuali karena Allah yang
Maha Agung Maha Dahsyat. [1]
Kini Pasukan Romawi yang melaut itu berombak dan bergerak.
Pasukan Muslimiin pucat ketakutan, karena menyaksikan Pasukan
Lawan terlalu banyak. Mereka terus-menerus membaca, “Laa Chaula walaa quwwata illaa bi
Allah Al-Aliyyil-Adliim.”
Abu Ubaidah berdoa, “Rabbanaa afrigh alainaa shabran wa tsabbit
aqdaamanaa wanshurnaa alal qaumil kaafiriin.” [2]
Artinya: Ya Tuhan kami! Tuangkan kesabaran atas kami! Dan tetapkan
tumit-tumit kami! Dan tolonglah kami mengalahkan Kaum Kafir.
Abu Ubaidah perintah sejumlah Kaum Dzimi (taklukan), agar masuk ke Lautan
Pasukan Romawi. Untuk mengecek jumlah dan peralatan perang mereka. Dia berkata,
“Saya berharap Allah menjadikan mereka semua, sebagai taklukan dan rampasan
perang kita.”
Dua Pasukan dari Jabalah dan Mahan, telah berdatangan semuanya,
menempati kawasan yang lurus Pasukan Muslimiin. Riuh dan ribut dari lautan
Insan, dan ringkikan kuda, membahana. Bagaikan suara hujan lebat mengguyur
bumi. [3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar