Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2011/07/26

KW 103: Perang Yarmuk (اليرموك)


(Bagian ke-103 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Dalam waktu cepat berita pasukan Muslimiin menaklukkan pasukan Chimsh, Rostan, dan Syaizar, sampai pada Raja Hiraqla. Hiraqla juga mendapat laporan bahwa hadiyah yang dikirim pada Harbis, dirampas oleh pasukan Muslimiin, di tengah perjalanan.
Di hari yang menegangkan itu Raja Hiraqla menunggu datangnya bala bantuan dari beberapa kerajaan yang telah disurati. Luar biasa, belum pernah ada pasukan berdatangan melaut berjumlah sebanyak itu: Ujung pasukan berada di Antiokhia (Anthaqiyah/أَنْطَاكِيَة), ekornya berada di kota Romawi (Rumiyatul-Kubra/رومية الكبرى).
Hiraqla mengutus sejumlah pasukan agar pergi ke kota Kaisarea (Qaisariyyah/قَيْسَارِيَّة) untuk mengamankan kota Eka (Akka/عَكَّاءَ) dan Tiberias (Thobariyyah/طَبَرِيَّة). Sejumlah pasukan lainnya diutus agar pergi ke Baitul-Maqdis, untuk menunggu Mahan Al-Armani (ماهان الأرمني) raja Armenia dan pasukannya, yang akan segera datang.
Raja Mahan Al-Armani telah mengumpulkan pasukan yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada pasukan Raja Hiraqla.

Beberapa hari kemudian Mahan Al-Armani datang untuk menemui Raja Hiraqla di kerajaan. Ketika Mahan dan pasukannya telah mendekat pada Hirqla, turun dari kuda untuk berjalan kaki dan mengamalkan amalan kufur. Mahan dan rombongannya menangis sambil melaporkan kota-kota besar yang direbut kaum Muslimiin.
Hiraqla berkata, “Hai pemeluk agama Nashrani dan putra air Amudiyah.[1] Sejak dulu kalian sudah saya suruh agar waspada terhadap kekuatan kaum Arab yang mengancam; namun saat itu kalian tidak menerima anjuran saya. Demi kebenaran Al-Masih dan Injil yang shahih dan orang yang menjadi sembelihan kurban, dan tempat penyembelihan yang bernama Al-Amdan (المعمدان), pasukan Arab pasti akan merebut singgasana yang saya duduki ini. Yang pantas menangis saat ini hanyalah kaum wanita. Di dunia, hari ini jumlah kumpulan pasukan yang mendukung kalian tidak ada yang membandingi. Saya sendiri telah mengorbankan kekayaan dan pasukan saya untuk membela kalian, agama kalian, dan harem kalian. Kini bertobatlah pada Al-Masih agar mengampuni dosa kalian. Dan berniat baiklah untuk rakyat kalian. Jangan berbuat aniaya! Bersabarlah di dalam berperang! Jangan berselisih! Jangan merasa hebat maupun dengki! Karena pelakunya justru akan hina! Saya ingin kalian menjawab pertanyaan saya.”
Para pejabat tinggi Romawi dan para raja menjawab, “Bertanyalah, akan kami jawab.”  
Hiraqla berkata, “Kalain semua jumlahnya sangat banyak, dan kekuatan kalian sangat dahsyat; namun kenapa kalian saat ini telah dihinakan oleh kaum Arab?. Padahal kaum Persia dan Turki dan Jaramiqah yang dahsyat ketakutan pada kalian.[2] Mereka semua telah berkali-kali menyerang kalian, namun serangan mereka kalian patahkan hingga mereka pulang dengan menderita kekalahan. Kini justru kaum Arab yang lemah berbusana compang-camping, berperut lapar, berpedang sederhana, mengalahkan kalian, sehingga mereka merebut Bosra (Bushro/بصرى), Horan (Chauran/حوران), Ajnadin (أَجْنَادِين), Damaskus (Dimasqa/دِمَشْقَ), Balbek (Balabak/بَعْلَبَكَّ) dan Homs (Chimsh/حمص)?.”
Semua raja di hadapan Hiraqla diam tidak bisa menjawab. Seorang qisis (alim) besar dalam bidang agama Nashrani berdiri untuk berkata, “Yang mulia tidak tahu kenapa kaum Arab mengalahkan kaum kita?.”
Hiraqla menjawab, “Demi kebenaran Al-Masih saya tidak tahu.”
Dia berkata, “Yang mulia, karena kaum kita merubah agama dan menentang ajakan Al-Masih Isa bin Maryam AS. Banyak orang kita yang tidak peduli kaumnya berbuat aniaya. Tidak ada yang beramar makruf nahi munkar. Keadilan dan ichsan (احسان) tidak ditegakkan. Tidak melakukan ketaatan dan menyia-nyiakan waktu shalat. Makan riba, suka berzina, dan berbuat maksiat. Sementara kaum Arab sangat taat pada Tuhan mereka, memurnikan agama, menjadi rahib (shalat malam) di malam hari, berpuasa di siang hari. Selalu menyebut Tuhan mereka dan mendoakan sholawat untuk nabi mereka. Di dalamnya tidak ada penganiayaan maupun permusuhan. Tidak ada orang yang sombong. Busana luar mereka kebenaran dan busana dalam mereka ibadah. Kalau mereka menyerang kita, pasti menang; kalau kita menyerang mereka, mereka takkan mundur. Karena mereka tahu bahwa dunia akan fana sedangkan akhirat akan baka.”  
Hiraqla dan beberapa orang berkata, “Demi kebenaran Al-Masih kau benar. Ini semua lah yang menyebabkan kaum Arab mengalahkan kaum kita. Kalau kum kita melakukan yang mereka lakukan pasti juga akan menang.”
Hiraqla berkata, “Kalau begitu tak ada gunanya saya berjuang. Semua bala bantuan yang datang kemari akan saya persilahkan pulang. Saya dan keluarga saya akan meninggalkan kota Syria (Suriyah/سورية) menuju Asbuk, yakni Constantinople (Qusthanthiniyah/الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ). Agar di sana saya merasa aman dari serangan bangsa Arab.”
Pasukan berjumlah banyak sekali itu sangat khawatir jika Hirqla melaksanakan ucapannya. Sebagaian mereka bergerak cepat untuk mendekat dan berkata, “Tuan yang mulia, jangan!. Jangan kau biarkan agama Al-Masih dihinakan manusia, karena Al-Masih pasti akan menuntut tuan di hari kiamat nanti. Selain itu para raja akan mencerca tuan yang mulia, akan menila tuan bodoh. Ada lagi tuan: musuh-musuh kita akan bersuka-ria jika tuan meninggalkan surga kota Syam yang akan segera diduduki kaum Arab. Selain pasukan yang jumlahnya banyak bagaikan lautan ini, ada lagi pasukan yang akan membantu tuan. Yang pasti sepanjang sejarah belum pernah ada pasukan yang berjumlah sebanyak ini. Kami berjanji akan berperang dengan penuh semangat melawan kaum Arab, dan berdoa semoga Al-Masih menolong kita mengalahkan mereka. Angkatlah panglima perang yang kau inginkan! Kami akan mentaati untuk memerangi kaum Arab apapun yang terjadi.”


[1] Kaum Romawi meyakini bahwa air Amudiyah adalah suci dan barokah, dan mereka menamakan diri keturunan air Amudiyah.
[2] Kaum Jamariqah adalah kaum non Arab yang tinggal di Mousul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar