(Bagian ke-102 dari seri tulisan Khalid bin
Walid)
Pasukan Muslimiin memacu kuda agar berlari kencang menuju pintu-pintu
gerbang kota Chimsh. Dari jalan yang berbeda, pasukan Chimsh lari keluar untuk menjarah harta di dalam
barak pengungsian pasukan Muslimiin. Pasukan Muslimiin lainnya menyerbu Harbis
dan pasukannya yang sangat sombong. Serangan Muslimiin yang bertubi-tubi ganas
sekali menggugurkan pasukan elit pengawal Raja Harbis. Dari 5.000 pasukan
Raja Harbis yang masih hidup hanya sekitar 100 orang, lainnya berguguran tewas.
Pasukan Chimsh yang tewas bertambah terus. Korban berjatuhan paling banyak
yang di sekitar pintu-pintu gerbang. Yang masih hidup, kabur untuk menyelamatkan
diri. Penduduk Awashim dan lainnya yang mengungsi di kota itu, hanya berada di
dalam beteng, karena takut menghadapi serangan Muslimiin. Jumlah korban pasukan
Chimsh yang berguguran bertambah terus.
Sa’id bin Zaid (سعيد بن زيد) yang mengikuti peperangan itu berkata,
“Jumlah mereka yang berguguran 5.006 orang, yang luka berat dan yang ditawan
tidak dihitung.”
Sa’id mendekat untuk berkata pada Abu Ubaidah, “Yang mulia, jumlah musuh
yang tewas 5.006 orang, yang tertawan dan menderita luka tidak dihitung.”
Abu Ubaidah berkata, “Ya Sa’id, ini berita menggembirakan. Apa sudah kau
cek Bathriq Harbis tewas apa tidak?.”
Sa’id menjawab, “Kalaupun tewas, yang membunuh saya sendiri.”
Abu Ubaidah bertanya, “Betulkah?.”
Sa’id menjawab, “Yang pasti saya telah melihat orang tinggi besar naik kuda
berkulit agak merah, membawa pedang berbaju perang, dikawal oleh pasukan berjumlah
banyak. Saya mendekat dan berdoa ‘ya Allah, hamba mengajukan kemampun-Mu di
depan kemampun hamba. Ya Allah pastikan tewasnya dia di tangan hamba, agar
hamba mendapat pahala membunuh dia.”[1]
Abu Ubaidah bertanya, “Apakah lucutan dia telah kau ambil hai Sa’id?.”
Sa’id menjawab, “Belum. Tetapi dia telah saya beri tanda dengan anak panah
yang saya tancapkan pada jantungya. Saya juga melumpuhkan kawan-kawan orang
yang loncat dari kuda. Lalu dia yang Yahudi itu saya kejar untuk saya tebas
dengan pedang. Pedang saya hanya merobek sarungnya, tetapi anak panah saya
menembus dadanya.”
Abu Ubaidah berteriak, “Carilah Harbis! Semoga Allah menyayang kalian.
Berikanlah lucutannya pada Sa’id ini!.”
Pasukan Muslimiin mencari jasad Harbis raja Chimsh, lalu memberikan
lucutannya pada Sa’id. Peperangan telah berakhir; pasukan Muslimiin
mengumpulkan lucutan, perisai, dan kuda. Semua dikumpulkan di hadapan Abu
Ubaidah RA. Yang seperlima diberikan pada Baitul-Mal; sisanya dibagi
untuk semua pasukan.
Di kota Chimsh banyak sekali orang menangis histeris dan
berteriak-berteriak. Kekasih dan keluarga tewas, dan kota mereka dikuasai
oleh pasukan Muslimiin. Dengan sedih, orang-orang tua dan tokoh-tokoh kota Chimsh (حمص)
berkumpul di biara, untuk membicarakan kebijakan, bersama para ulama (qasus/القَسُوس),
dan para rahib (ruhban/الرُّهْبَانُ) Nashrani. Dalam musyawarah itu diputuskan
bahwa kota Chimsh akan segera diserahkan pada pasukan Muslimiin.
Rombongan yang terdiri dari ulama dan pejabat tinggi Nashrani mengahadap
Abu Ubaidah, untuk meyerahkan kota Chimsh, dan menyatakan sanggup menjadi dzimi
(dzimah). Abu Ubaidah menerima kota dan penyerahan-diri penduduk Chimsh.
“Tetapi saya tidak mau masuk kota ini sehingga tahu pasti bagaimana keadaan
Raja Hiraqla,” kata Abu Ubaidah.
Sejumlah pejabat Chimsh memohon diperkenankan memulikan pasukan Muslimiin
di dalam kota; namun Abu Ubaidah melarang mengabulkan permohonan mereka. Tak
ada seorang pun dari pasukan Muslimiin yang masuk kota itu kecuali setelah
Perang Yarmuk usai. Tujuannya agar persahabatan dengan kaum Romawi di Chimsh
berjalan alami, dan agar mereka tahu bahwa 'Islam mengajarkan keadilan', sehingga
persahabatan menjadi lebih indah.
An-Najar (النجار) tergolong veteran Perang Chimsh yang
bergabung dalam Penaklukan Kota-Kota Syam, menjelaskan, “Setelah raja kota Chims
bernama Harbis tewas, dan penduduknya telah menyerahkan kota itu pada pasukan
Muslimiin; penduduk Chimsh keluar kota mencari keluarga mereka yang tewas, untuk
dikuburkan.
Pasukan Muslimiin kehilangan sejumlah sahabat Rasulillah SAW yang gugur
sebagai syuhada. Kaum Muslimiin hanya menemukan 235 mayat dari pasukan Chimyar
(حمير) dan Hamdan (همدان). Pasukan dari Makkah yang gugur 30 orang.
Di antara mereka yang terpenting:
1.
Tokoh besar mereka: Ikrimah bin
Abi Jahl (عكرمة بن أبي جهل).
2.
Shobir bin Jari (وصابر بن جرىء).
3.
Ris bin Uqail (الريس بن عقيل).
4.
Marwan bin Amir (مروان بن عامر).
5.
Minhal bin Amir (المنهال بن عامر).
6.
Anak paman Abbas RA (ابن عم العباس).
7.
Jamch bin Qadim (جمح بن قادم).
8.
Jabir bin Khuwailid (جابر بن خويلد).
Selain delapan dari 30 tokoh yang tertulis ini,
adalah pasukan dari Yaman, Hamdan, dan lain-lain.”
اللهم إني اقدم قدرتك على قدرتي وغلبتك
على غلبتي اللهم اجعل قتله على يدي وارزقني اجره
Tidak ada komentar:
Posting Komentar