(Bagian ke-101 dari seri tulisan Khalid bin
Walid)
Serangan pasukan Muslimiin yang tampak mengerikan yang dari Bani Makhzum di
bawah pimpinan Ikrimah bin Abi Jahl. Ikrimah sendiri serangannya sangat dahsyat
hingga ada orang yang mengingatkan, “Takutlah pada Allah! Jangan terlalu
brutal.”
Ikrimah menjawab, “Di zaman saya masih kafir saja mau membela berhala
mati-matian, apa lagi sekarang dalam rangka mentaati Raja alam. Lagian di sini
saya menyaksikan sejumlah bidadari yang kecantikannya tiada tara memandangiku
dengan menggiurkan. Kalau seorang mereka menampakkan diri untuk penduduk bumi,
niscaya tak dibutuhkan lagi sinar matahari dan bulan. Janji Rasulullah SAW pada
kita benar.”
Ikrimah maju dan mengayun-ayunkan pedang membelah barisan lawan. Bagi yang
bersikeras melawan, berguguran oleh tebasan pedangnya yang ganas menggila.
Setiap kali dia dikerubut musuh, dia justru semakin mengamuk dan menerjang
dengan garang, hingga sejumlah pasukan lawan ketakutan dan mundur teratur.
Bathriq Harbis (البطريق هربيس) bergerak cepat mengayunkan tombak yang taringnya gemerlapan ke
arah Ikrimah. Secepat kilat tombak menembus jantung Ikrimah yang sedang
mengayun-ayunkan pedang. Allah mempercepat ruh Ikrimah ke surga; sementara
dadanya menyemburkan darah merah. Bathriq Harbis dan pasukannya kabur; Khalid bergerak
cepat mendekati Ikrimah yang rebah bersimbah darah. Wajah Khalid berubah
menjadi merah dan air matanya tumpah membasahi pipi. Dia berkata, “Oh
seandainya Umar menyaksikan anak pamanku dibunuh orang, pasti akan murka.”
Khalid benar-benar sedih dan syok menyaksikan Ikrimah gugur dengan dada
lobang bermandi darah.
Peperangan berkecamuk terus-menerus hingga sore semakin gelap; Khalid marah
dan sedih karena Ikrimah gugur. Pasukan Chimsh sama pulang dan menutup seluruh
pintu gerbang kota. Sejumlah penjaga bertengger di atas beteng di tempat
pengintaian, untuk mengamati gerak-gerik Muslimiin yang membahayakan. Pasukan
Muslimiin juga telah ditarik agar istirahat di barak pengungsian. Beberapa
pasukan lainnya sama berjaga.
Di pagi yang cerah itu Abu Ubaidah berkata, “Hai Muslimiin semuanya!? Kenapa
serangan kalian atas mereka dipatahkan? Kenapa kalian mundur menghadapi
serangan lawan?. Padahal Allah menyelimutkan ampunan dan keselamatan yang
luas?. Bahkan sejumlah bathriq juga telah kalian kalahkan? Beteng-beteng yang
kokoh juga telah kalian rebut. Kenapa kesemangatan kalian hanya sampai di sini,
padahal Allah melihat kalian?.”
Khalid berkata, “Pasukan Romawi yang telah terlatih dan teruji di sini
lebih dahsyat daripada lainnya, demi membela anak-cucu dan istri mereka.”
Abu Ubaidah bertanya, “Sebaiknya bagaimana hai Abu Sulaiman? Semoga Allah
menyayangmu,” pada Khalid.
Khalid menjawab, “Wahai pimpinan. Jika boleh, saya akan bermakar dengan
cara mengumpankan binatang ternak dan unta-unta kita. Lalu kita berpura-pura
kalah dan lari. Jika kita telah berhasil menjauhkan mereka dari kota, kita
berbalik cepat untuk menyerang mereka sekuat tenaga. Saat itulah mereka kita
robek dengan tombak dan kita patahkan punggung mereka dengan pedang kita.”
Abu Ubaidah berkata, “Silahkan hai Abu Sulaiman. Usulanmu baik sekali.”
Pasukan Muslimiin telah menyepakati usulan Khalid bahwa akan berpura-pura
kalah, dan lari meninggalkan binatang ternak dan unta-unta. Di pagi yang
semakin cerah itu seluruh pintu gerbang kota Chimsh dibuka lebar untuk keluar para
pasukan yang berarak-arak panjang sekali. Derap kaki kuda mereka menggemuruh.
Peperangan pun berlangsung dengan sengit; sejumlah pasukan Muslimiin minta
pada pasukan lawan agar menghentikan serangan. Pasukan Muslimiin sengaja mundur
dan hanya bertahan, lalu sama lari kabur menjauh.
Sinar matahari telah menerangi bumi; alam indah berseri; pasukan Muslimiin
telah meninggalkan gelanggang perang ketika pasukan Chimsh mengamuk bagai orang-orang
kesurupan. Bathriq Harbis dikawal 5.000 pasukan elit berkuda kelabu. Merekalah
pasukan terhebat di kota Chimsh.
Pasukan Muslimiin kabur menghindari kejaran para bathriq menuju daerah
persawahan dan jalan raya Jausiyah. Sejumlah pasukan Chimsh berlari untuk
menjarah berbekalan dan bahan makan pasukan Muslimiin. Ada seorang alim (qisis)
Nashrani yang agung dari penduduk Chimsh, yang telah sangat tua. Dialah
tokoh Nashrani yang telah berpengalaman mengikuti perang suci, dia juga rajin
membaca Taurat, Injil, Zabur, kitab Nabi Syits, dan kitab Nabi Ibrahim AS.
Pandai main musik, dan pernah bertemu hawari Nabi Isa AS.[1]
Orang alim (qisis) itu mengamati dengan terperangah pada pasukan Chimsh
yang mengejar pasukan Muslimiin. Ketika dia tahu bahwa pasukan Chimsh telah
merampas harta milik pasukan Muslimiin, berteriak, “Demi kebenaran Al-Masih! Ini
adalah makar dari pasukan Arab! Mereka tak mungkin membiarkan anak-anak dan
unta-unta mereka, meskipun harus mati sekalipun!.”
Teriakan itu tak digubris karena mereka lebih senang menjarah harta milik
pasukan Muslimiin. Amukan bathriq Harbis dan 5.000 pasukan elitnya yang
membabi-buta menambah semangat berperang pasukan Chimsh lainnya. Ketika pasukan
Chimsh telah meninggalkan jauh dari kota mereka; Abu Ubaidah RA berteriak,
“Berbaliklah untuk menyerbu mereka sekuat tenaga!,” dengan keras sekali.
Pasukan Chimsh terkejut oleh serangan mendadak dari pasukan Muslimiin yang
tadinya dikejar. Tiba-tiba tombak-tombak dan pedang-pedang telah menembus dan
menebas tubuh mereka. Mereka terlambat menghindar atau menangkis, tahu-tahu merasa
kesakitan dan tepelanting atau terlempar dari kuda mereka, sakarat dan tewas.
Berserakan.
Bathriq Harbis dan 5.000 pasukan elitnya dikeroyok oleh pasukan Muslimiin
yang jumlahnya jauh lebih banyak. Semakin lama pasukan Muslimiin yang
mengeroyok dan memerangi mereka semakin banyak, hingga yang berguguran tewas oleh
amukan Muslimiin pun banyak sekali. Walau begitu pasukan elit yang telah
terlatih itu bertahan melawan pasukan Muslimiin.
Yang paling mendebarkan ialah Khalid yang bergerak cepat menembus pasukan lawan
dengan kuda coklatnya. Dadanya dilindungi baju perang berlapis emas hadiyah
dari raja Balabak (بعلبك/Balbek), ketika dia merebut kota itu.[2]
Surban merah yang pernah dikenakan ketika Perang Balabak (بعلبك /Balbek) dikenakan
lagi oleh Khalid. Khalid menghunus pedang dari sarungnya lalu memutar-mutar
hingga pedang itu tampak berkilauan, sambil berteriak, “Semoga Allah Ta’ala
merahmati orang yang menghunus pedang dan memperteguh tekat perjuangannya untuk
memberantas musuh-musuh-Nya.”
Pasukan Muslimiin menghunus pedang untuk menyerang dengan garang. Dalam
waktu cepat serangan mereka makin mengacaukan pertahanan lawan. Abu Ubaidah berteriak,
“Hai anak kaum Arab! Perperanglah untuk melindungi para wanita, agama, dan
harta kalian! Sungguh Allah memandang dan menolong kalian mengalahkan musuh
kalian!.”
Mu’adz bin Jabal dan 500 pasukan berkuda menyerbu pasukan lawan yang
menjarah harta pasukan Muslimiin. Di saat bersukaria, punggung-punggung mereka ditusuk
dengan tombak hingga mereka tewas.
Ada yang berteriak keras, “Hai para pemuda Arab! Hadanglah mereka di pintu
gerbang agar tidak ada yang masuk kota!.”
Mayat-mayat kaum Chimsh yang bergelimpangan di mana-mana itu membuat sedih
dan membuat ketakutan mereka yang masih hidup, baik teman maupun keluarga
mereka.
[1]
Arti dari tulisan aslinya memang begitu: وقد
قرأ التوراة والإنجيل والزبور والمزأمير وصحف شيث وابراهيم وأدرك حواري عيسى ابن
مريم عليه السلام.
Tapi penulis yakin bahwa yang dimaksud adalah pernah bertemu keturunan harawi-nya Nabi Isa AS.
[2]
Mungkin Khalid belum tahu bahwa memakai baju berlapis emas haram bagi lelaki. Wa
Allahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar