Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2011/07/30

KW 105: Perang Yarmuk (اليرموك)


 (Bagian ke-105 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Qasim maula Hisyam bin Amer bin Utbah (قاسم مولى هشام بن عمرو ابن عتبة) tergolong veteran yang telah mengikuti Perang Penaklukan Kota-Kota Syam semuanya. Dia menjelaskan, “Jumlah seluruh pasukan penyembah Salib yang dikirim oleh Raja Hiraqla menuju kota Yarmuk adalah 600.000 pasukan berkuda.”
Teman Qasim bernama Yunus bin Abdil-A’la (يونس بن عبد الأعلى) menjelaskan berbeda, “Jumlah seluruh pasukan selain dari Anthakiyah yang dikirim oleh Raja Hiraqla menuju Yarmuk 700.000 pasukan berkuda.”
Rasyid bin Sa’id Al-Chimyari (راشد بن سعيد الحميري) yang mengikuti perang Yarmuk sejak awal hingga akhir berkata, “Ketika pasukan Romawi berdatangan dari jauh ke arah kami; saya mendaki gunung tinggi untuk melihat mereka dari puncak. Di antara arak-arakan pasukan berkuda itu ada 20 panji besar yang berkibar-kibar dan sejumlah Salib yang banyak."

Kota Yarmuk akan segera dipadati lautan pasukan berkuda; Abu Ubaidah perintah pada Rumas (روماس) penguasa kota Bushro (بصرى) agar memperkirakan jumlah pasukan lawan yang akan berdatangan. Sepertinya Rumas (روماس) ketakutan karena jumlah pasukan yang akan berdatangan terlalu banyak. Walau begitu dia pergi selama sehari semalam untuk melaksanakan perintah Abu Ubaidah.
Rumas (روماس) pulang dan dikerumuni pasukan Muslimiin yang telah menunggu-nunggu. Rumas laporan pada Abu Ubaidah, “Yang mulia, beberapa orang melaporkan ‘jumlah mereka semua 1.000.000 pasukan berkuda’. Saya tidak tahu apakah berita itu dihembuskan agar kita ketakutan, ataukah memang betul sekian jumlahnya.”
Abu Ubaidah bertanya, “Hai Rumas! Pasukan yang berada di belakang tiap panji ada berapa?.”
Rumas (روماس) menjawab, “Yang mulia, di belakang tiap panji ada 50.000 pasukan berkuda.”[1]
Abu Ubaidah RA bertakbir, “Allahu akbar! Berbahagialah! Kalian akan mendapat pertolongan besar! Allah berfirman ‘kam min fiatin qaliilatin gholabat fiatan katsiiratan bi idznillahi wallaahu ma’asshaabiriin’.”[2]
Artinya: Banyak golongan sedikit mengalahkan golongan banyak karena Idzin Allah. Dan Allah menyertai orang-orang sabar.

Raja Hiraqla perintah agar Raja Mahan segera mempersiapkan pemberangkatan pasukan yang suara mereka menggemuruh. Arak-arakan pasukan berkuda yang melaut itu mengalir bersamaan bunyi terompet membahana yang keras panjang. Hiraqla didampingi para pengawalnya menghantar mereka hingga pintu gerbang bernama Persia (Faris/فارس). Yang ikut di dalam rombongan Raja Hiraqla hanya para pengawalnya, Raja Mahan, Raja Qanathir, Raja Jarjir, Raja Dirjan, dan Raja Qurin.

Kepada Raja Qanathir, Raja Jarjir, Raja Dirjan, dan Raja Qurin, Hiraqla berpesan, “Masing-masing kalian agar menggiring pasukannya melalui jalan yang berbeda! Cepat segera berangkat!. Jika kalian telah bertemu pasukan Arab maka pemegang komando adalah Mahan! Ini tidak boleh ditentang! Peperangan terakhir kita dengan mereka adalah ini! Kalau mereka mengalahkan kalian, pasti kalian yang masih hidup dikejar terus ke manapun kalian lari, untuk dibunuh. Setelah itu harem-harem dan anak-anak kalian akan mereka perbudak. Oleh karena itu semangatlah dalam memerangi mereka untuk membela agama dan syari’at kalian.”
Raja Qanathir menggiring arak-arakan pasukan berkudanya yang panjang sekali melewati dua jalan; Jalan Jabalah dan Jalan Ladziqiyah (اللاذقية).
Raja Jarjir menggiring arak-arakan pasukan berkuda yang derap kaki mereka membahana, melalui Jalan Jadatul-Udlma (الجادة العظمى) kawasan Iraq.
Pasukan berkuda Raja Qurin mengalir bagai sungai yang panjang sekali, digiring melalui Jalan Chalb (حلب) dan Jalan Chamah (حماة).
Raja Dirjan menggiring  pasukan berkudanya melaui negri Awashim (العواصم).
Panglima perang mereka bernama Raja Mahan, menggiring pasukannya di barisan paling belakang. Sejumlah pasukan Raja Mahan yang berada di barisan depan membuat kerusakan di kota-kota dan negri-negri yang dilalui. Mereka memaksa penduduk agar menyerahkan pakan binatang dan melakukan sejumlah penganiayaan. Penduduk yang takut dan teraniaya mendoakan jelek pada mereka, “Semoga kalian tidak diselamatkan oleh Tuhan.”

Dengan takjub  penghuni bumi di sepanjang jalan yang dilalui menonton arak-arakan pasukan berkuda melaut, mengalir menakutkan. Sesekali Raja Jabalah pemimpin Nashrani Arab Ghasan, Lakhm, dan Judzam, mundur untuk mendekati Raja Mahan sang Panglima Besar.

Sejumlah mata-mata Abu Ubaidah bergerak untuk mengamati pasukan berkuda Raja Hiraqla. Kaum dzimi (taklukan) yang menjadi mata-mata itu bertugas segera melaporakan kekuatan pasukan lawan pada Abu Ubaidah. Ketika mata-mata sampai kota Syairaz, terkejut melihat pasukan Romawi berjumlah banyak sekali, mengalir tak henti-henti. Para mata-mata memacu kuda menuju Chimsh, untuk menyampaikan laporan pada Abu Ubaidah.

Sejumlah orang menjelaskan, “Abu Ubaidah dan pasukannya telah meninggalkan kota. Setelah menaklukkan Chimsh, Abu Ubaidah menunjuk orang, agar menarik hasil bumi dari penduduk. Dia juga perintah pada sejumlah pejabat Chimsh agar membantu tugas; menarik hasil bumi dari rakyat, untuk umat Islam.”

Para mata-mata memacu kuda menuju kota Jabiyah (الجابية) untuk menyampaikan laporan pada Abu Ubaidah. Mereka melaporkan, “Jumlah pasukan berkuda Romawi banyak sekali bagai lautan.”
Abu Ubaidah mendengarkan laporan lalu membaca, “Laa chaula wa laa quwwata illaa bi Allah Al-Aliyyil-Adliim.[3]
Artinya: Tiada upaya dan kekuatan sama sekali, keculi karena Allah yang Maha Tinggi Maha Agung.

Malam itu Abu Ubaidah kelihatan gusar karena mengkhawatirkan keselamatan pasukannya. Ketika suara adzan telah dikumandangkan bersamaan menyingsingnya fajar; Abu Ubaidah mengimami shalat subuh berjamaah. Setelah mengakhiri shalatnya dengan bacaan salam, berpesan, “Jamaah jangan pergi dulu sebelum mendengar pesan saya!.”
Abu Ubaidah berdiri untuk menyampaikan khutbah. Khutbah dimulai dengan memuji dan menyanjung Allah, lalu menjelaskan kebesaran nabi SAW, dan mendoakan rahmat untuk Abu Bakr Asshiddiq RA. Lalu memanjatkan doa agar Muslimiin deberi pertolongan oleh Allah. Inti khutbah, “Hai Muslimiin semuanya! Semoga Allah merahmati kalian! Ketahuilah bahwa Allah akan segera memberi ujian pada kalian dengan ujian yang baik. Selanjutnya Allah akan mengamati bagaimana kalian menyelesaikan ujian ini nanti. Ujian-iman ini diberikan pada kalian dalam rangka menunjukkan kebenaran Janji-Nya. Dilah yang telah menolong kalian di beberapa tempat yang banyak. Ketahuilah bahwa mata-mata saya telah melaporkan ‘sungguh Hiraqla telah minta bala bantuan pada raja-raja musyrik untuk memerangi kita. Hiraqla telah memberangkatkan bala bantuan itu agar segera menyerbu kita. Mereka dilengkapi perbekalan dan persenjataannya. Yuriiduuna liyuthfi’uu Nuura Allaahi bi afwaahihim wa Allaahu Mutimmu Nuuri-Hii walau karihal kaafiruun.[4] Ketahuilah bahwa pasukan lawan telah berjalan kemari melalui beberapa jalan yang berbeda. Hiraqla perintah agar mereka mengepung untuk menghabisi kita yang disertai oleh Allah ini. Ketahuilah bahwa sebanyak apapun kalau telah dihinakan Allah, berarti hanya sedikit; sedikit apapun kalau disertai oleh Allah, berarti banyak. Saya bertanya sebaiknya apa yang harus kita lakukan?! Semoga Allah menyayang kalian’.”
Abu Ubaidah perintah seorang mata-mata, “Berdirilah untuk menyampaikan yang telah kau saksikan mengenai pasukan yang dikirim oleh Hiraqla pada mereka ini!.”
Penjelasan mata-mata disimak dengan serius oleh seluruh Majlis. Penjelasan yang panjang lebar mengenai jumlah pasukan, perbekalan, dan persenjataan lawan, membuat pasukan Muslimiin lemas dan ketakutan. Mereka hanya menoleh pada kawan di sampingnya karena kesulitan berbicara. Pertanyaan Abu Ubaidah mengejutkan, “Kenapa semuanya diam tidak menjawab?! Semoga Allah menyayang kalian, usullah untuk musyawarah ini! Sungguh Allah telah berfirman pada Nabi-Nya SAW ‘wa syaawirhum fil amri fa idzaa azamta fatawakkal alaa Allah’.”[5]

Di bawah pimpinan panglima, kaum Muslimiin bermusyawarah dengan perasaan tegang. Seorang penduduk Sabaq menyampaikan pandangan, “Yang mulia! Kedudukan tuan sangat agung, sampai-sampai ada ayat Al-Qur’an yang turun karena tuan. Tuan pula yang pernah dinyatakan oleh Rasulullah SAW sebagai kepercayaan ini umat: ‘Semua umat memiliki orang kepercayaan, sedangkan kepercayaan ini umat adalah Abu Ubaidah Amir bin Jarrach RA’. Tuanlah yang lebih berhak menentukan kebijakan untuk kebaikan ini umat.”
Abu Ubaidah menjawab, “Sebetulnya saya hanyalah seperti kalian. Kita sama-sama boleh menentukan kebijakan; sedangkan yang memberi taufiq adalah Allah.”
Seorang lelaki dari Yaman berdiri dan mendekat untuk berkata, “Yang mulia! Saya mengusulkan agar tuan pergi meninggalkan tempat ini menuju ceruk jurang di Wadil-Qura (وادي القرى) agar mendekati kota Madinah! Agar jika bala bantuan dari Khalifah Umar bin Khatthab RA datang, bisa segera bergabung dengan kita. Kita menyerang jika mereka mencari kita.”
Orang-orang yang menyetujui usulan itu telah berdiri untuk meninggalkan tempat; Abu Ubaidah perintah, “Duduk dulu! Semoga Allah menyayang kalian. Kalian telah menyumbangkan pendapat. Kalau saya bergerak ke tempat yang kalian katakan, pasti Umar bin Khatthab RA menegur saya ‘kenapa kota yang telah diberikan oleh Allah melalui perjuangan kalian justru kalian tinggalkan?. Itu berarti kalian telah kalah siasat?.”
Abu Ubaidah RA berkata lagi, “Silahkan yang lain mengajukan usulan, semoga Allah menyayang kalian!.”
Qais bin Hubairah Al-Muradi (قيس بن هبيرة المرادي) berdiri untuk berkata, “Yang mulia! Kalau kita meninggalkan Syam untuk mendekati kota Madinah; justru Allah takkan membuat kita selamat. Bagaimana mungkin kita meninggalkan sungai-sungai yang airnya melimpah, persawahan, kebun anggur, tumpukan emas dan perak, dan sutra Dibaj, lalu berpindah ke kota Chijaz (الحجاز) yang gersang?. Di kota Chijaz (الحجاز) makanan kita hanyalah roti dari gandum dan busana kita hanya dari bulu; di sini kehidupan kita sangat nyaman. Kalau dalam peperangan ini kita kalah, justru akan mendapatkan kenikmatan surga yang melebihi kenikmatan dunia.”  
Abu Ubaidah berkata, “Demi Allah Qais bin Hubairah telah mengucapkan kebenaran.”
Hampir semua pasukan Muslimiin mengamati Abu Ubaidah dan Qais.
Beliau berkata lagi, “Hai Muslimiin semuanya! Masyak kalian justru akan kembali lagi menuju kota Chijaz dan Madinah? Dan akan meninggalkan rumah-rumah mewah, kastil-kastil, taman-taman, sungai-sungai, makanan yang lezat, tumpukan emas dan perak, untuk kaum kafir?. Kalau pun kita mati terbunuh, justru akan masuk ke dalam negri yang abadi yang makanannya jauh lebih lezat. Pendapat Qais bin Hubairah benar, kita tidak akan meninggalkan tempat ini, hingga Allah menentukan antara kita. Dialah sebaik-baiknya para hakim.”
Qais bin Hubairah bangkit dan berkata, “Allah telah membuat ucapan tuan benar wahai yang mulia! Semoga Dia memperkokoh kekuasaan tuan, jangan meninggalkan tempat ini! Bertawakkallah pada Allah, perangilah musuh-musuh Allah! Jika kitak tak berhasil meraih kemenangan duniawi; kita justru akan meraih pahala surgawi.”[6]   
Beberapa mata kaum Muslimin meneteskan air-mata karena terharu pada kesemangatan Qais yang berapi-api.       


[1] Penjelasan tiga orang di atas mengenai jumlah pasukan yang dikirim oleh Raja Hiraqla, yang saya anggap benar adalah pendapat Rumas dan Abu Ubaidah: 1.000.000 pasukan berkuda, dengan alasan yang loghis dan Abu Ubaidah adalah kepercayaan ini umat.
[2] {كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ} [البقرة: 249]. 
[3] لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم.
[4] {يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ} [الصف:8]. Artinya: Mereka bertujuan ingin memadamkan Nur Allah, padahal Allah akan menyempurnakan Nur-Nya, walaupun orang-orang kafir benci.
[5] {وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ} [آل عمران: 159].
Artinya: Dan ajaklah mereka bermusyawarah mengenai perkara, namun jika kau telah mengambil keputusan maka bertawakkallah pada Allah.
[6] Bagi yang memiliki kitab Futuchus-Syam silahkan disimak. Futuchus-Syam yang di Maktabatus-Syamilah di: فتوح الشام - (1 / 153).

2011/07/29

Rukun dan Kompak

Image result for rukun kompak


Allah mengajarkan, "Apa saja berasal dari kecil." Alam semesta pun awalnya juga hanya kecil. Jenis gajah besar telah punah yang namanya Mamut awalnya juga hanya setitik sperma atau nuthfah. Kerajaan Romawi yang pernah menjadi kerajaan terbesar sejagad juga berasal dari sebuah keluarga kecil. Setelah Kerajaan Romawi berhasil menaklukkan pasukan Persia tahun 6 Hijriah di kota Ninawa, maka makin melambunglah kerajaan Romawi Timur itu. Sebagai tanda syukur, pada tahun 7 Hijriah, Hiraqla melaksanakan nadzarnya, yaitu haji masyian dari kota Chimsh menuju Baitil-Maqdis.

Islam juga begitu, asalnya hanya Nabi Muhammad SAW lalu membesar dan menguat. Allah menggambarkan:
كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ [الفتح : 29].
Baca: Kazar’in akhraja syath’ahuu fa aazarahuu fastaghladza fastawaa ‘alaa suuqihii yu’jibuz zurraa’a.
Artinaya: Seperti pohon padi yang mengeluarkan tunasnya untuk memperkuat (diri)nya, akhirnya tegak atas pangkalnya menakjubkan petani.

Setelah nabi SAW wafat; Islam hampir saja bubar ditinggalkan oleh pemeluknya kecuali yang berada di sekitar 4 Masjid. Tapi lalu dibenahi hingga membaik dan menguat di bawah pimpinan Abu Bakr. Pada masa Abu Bakr pula, Islam mulai melambung ke langit kejayaan. 
Tepat ketika Abu Bakr wafat; kota besar dunia yaitu Damaskus ditaklukkan oleh Abu Ubaidah RA. Umat Islam yang mendengar berita Kemenangan Akbar yang dibaca oleh Umar, di Masjid Nabawi, meledakkan takbir membahana karena terlalu bahagia. 
Setelah zaman Umar yang oleh Hiraqla disebut sebagai Shochibul Futuch (Pemborong Kemenangan): kerajaan Romawi tumbang dan kerajaan Persia dilumpuhkan oleh pasukan Muslimiin. 
Raja terakhir Persia bernama Yazdajird dibunuh pada zaman Utsman karena membangkang pada Tuhan, yakni tidak mau Islam. Setelah itu kerajaan Persia tamat.

Penguasa alam semesta selanjutnya, umat Islam, di bawah Khalifah Utsman bin Affan. Kerajaan besar yang ada tinggal Turki, rajanya bernama Khaqan. 
Kerajaan Turki ditebas oleh pasukan Utsman, ketika membangkang perintah Rohman untuk Islam. Tetapi orang-orang Bughot justru membunuh Utsman yang sedang berpuasa dan membaca Surat Al-Baqarah. Saat itu pula, Allah meletakkan Bibit Penyakit yang sedikit-demi sedikit melumpuhkan Islam itu sendiri.

Terjadinya peperangan antara dua orang agung yang disebut Perang Jamal adalah sebuah bukti bahwa Islam saat itu sangat berkuasa: semua umat non Islam takut atau silau oleh kebesaran Islam. Kalau tidak takut atau silau, pasti musuh telah memukul mereka dari dua arah. 
Peperangan antara Ali dan Mu’awiyyah di Shiffin yang berkobar, juga menunjukkan bahwa saat itu, Islam sangat kuat. Karena tidak ada lawan, maka tokoh Islam justru bersitegang dengan saudara sendiri.

Islam tumbang setelah berkobarnya Perang Salib yang panjang sekali. Perang Salib satu meledak ketika Islam di langit kejayaan, tetapi sudah tidak rukun sesama ikhwan dan tidak memurnikan. Kalau umat Islam rukun dan memurnikan agama, maka takkan ada yang mampu melawan, meskipun seluruh penghuni bumi bersatu. Ada Hadits shahih yang menjelaskan demikian, secara sejarah juga demikian adannya. Bahkan Al-Qur’an juga menjelaskan demikian, secara tersimpul jelas sekali.

Yang perlu dicatat adalah: perubahan mendadak kaum Yahudi dan Nashrani. Dalam Perang Salib satu hingga tiga atau empat; kaum Yahudi yang telah menyatakan sebagai Pembunuh Isa AS, dihina oleh kaum Nashrani. Pembantaian masal besar-besaran dalam Perang Salib, korbannya bukan hanya umat Islam, tetapi kaum Yahudi dan tempat peribadatan mereka yang disebut Sinagog, juga menjadi sasaran utama, bagi kaum Salibis.

Tahun 1917 M, kaum Yahudi bermusyawarah untuk menentukan langkah, agar bisa membuat embryo kerajaan di Baitul-Maqdis. Perutusan kaum Yahudi datang menghadap Sultan Abdul-Hamid agar setitik dari permohonan mereka dikabulkan. Karena Sultan yang sangat agung itu menolak, mereka pulang untuk datang pada mentri luar negeri Inggris bernama Balfour. 
Balfour mengabulkan permohonan kaum Yahudi dengan dideklarasikannya Balfour Declaration. Sejak itu kaum Yahudi tahu bahwa Declaration itu, peletakan embryo dari kekuasaan yang sekarang telah meraksasa. Sejak itu pula nubuat (ramalan) atau mukjizat Muhammad SAW berbentuk Firman Tuhan, menjadi kenyataan.

Kini semua orang pintar tahu siapa Yahudi yang sangat kokoh itu. Yang jika berteriak; semua negara besar Nashrani akan berbondong-bondong sowan (bahasa Jawa) dan bersiap menunaikan perintah. Yang PBB saja, tidak berkutik di hadapannya, atau mungkin PBB itu, senjata politiknya. Yaitu pengendali segala urusan kemanusiaan, dan telah menjadikan kaum Arab berjumlah banyak, sebagai bola mainan yang ditendang, atau sebagai karpet yang diinjak-injak.


Perang Salib setelah itu lebih mengerikan, karena kaum Yahudi telah dilindungi oleh kerajaan Inggris. Siasat pasukan Salibis selanjutnya memerangi dan memberantas keimaman atau kekhalifahan atau kerajaan Islam. Di sisi lain kaum Yahudi menawarkan dan menekankan program sekularisasi untuk menyesatkan manusia melalui beberapa Faham Kafir. 
Ketika kekhalifahan Islam yang pusatnya di negeri Turki telah ditumbangkan, dan kaum Turki dipaksa agar adzan dengan bahasa Turki; tokoh-tokoh Yahudi dan Nashrani berjoget dan menari karena beranggapan Islam akan segera sirna dari muka bumi.
Kaum Wahabi tahu bahwa ini merupakan bahaya yang harus ditangani dengan cermat. Mereka memerangi Syarif Husain penguasa Makkah, Madinah, dan sekitarnya. 
KH Nur Asnawi (sahabat karib KH Nurhasan) dan lainnya menjelaskan, “Saat itu Inggris membantu persenjataan hingga kaum Wahabi berhasil mendirikan kerajaan Saudi Arabia.”

Saat ini umat Islam sedang dihimpit berbagai kesulitan. Iblis sebagai dalang kejahatan berada di belakang kaum Yahudi yang jeritannya diperhatikan dunia Nashrani. Ingatlah Perang Teluk yang lalu: saat itu kaum Nashrani dari berbagai negara besar, berdatangan untuk sang Yahudi. Secara lahiriah sepertinya untuk kerajaan Saudi. Jalan paling tepat untuk menghadapi kesulitan besar seperti itu, membaca di hadapan Rohman : حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ, memperdalam kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits, mengamalkannya dan mempererat kerukunan dan kekompakan.  



Mulungan Sleman Yogyakarta Indonesia Ponpes Kutubussittah Mulya Abadi

2011/07/28

KW 104: Perang Yarmuk (اليرموك)


 (Bagian ke-104 dari seri tulisan Khalid bin Walid)

Upacara Sakral Sebelum Perang
Di tengah lautan pasukan Salib itu; Raja Hiraqla berbahagia mendengar dan menyaksian pernyataan, maupun kesemangatan para raja bawahan maupun raja sahabat yang di depannya. Dari lautan pasukan Salib itu Hiraqla memilih lima raja Romawi agar menjadi pemimpin besar.
Hiraqla memasang panji dari sutra Dibaj yang dihias emas, lalu memindahkan Salib dari jauhari yang bertengger di atas kepalanya pada sisi raja Rusia bernama Qanathir (قناطير) sebagai kehormatan, sekaligus sebagai pertanda pasukan akan segera diberangkatkan.
Qanathir diperintah agar memimpin 100.000 pasukan berkuda dari kaum Shaqalibah (الصَّقَالِبَةُ) dan lainnya. Dengan bangga Raja Qanathir menerima mahkota, busana, ikat pinggang, dan gelang kehormatan dari Raja Hiraqla. Raja Qanathir juga menerima panji besar dari sutra Dibaj putih diberi gambar matahari dari emas.
Salib dari batu mulia jenis Zabarjad (الزَّبَرْجَدُ) hijau yang menaungi Raja Hiraqla, dipindahkan agar menaungi raja Amuriyah dan Maluriyah bernama Jarjir (جرجير). Raja Jarjir diberi mahkota, busana, dan ikat pinggang kehormatan, lalu diperintah agar memimpin 100.000 pasukan berkuda yang terdiri dari bangsa Romawi. Dua raja menyiapkan pasukan yang jumlahnya banyak sekali.
Raja Hiraqla memasang panji ketiga bergambar Salib untuk diserahkan pada raja Constantinople (Qusthanthiniyah/القُسْطَنْطِينِيَة), bernama Raja Dirjan (الديرجان), agar selanjutnya memimpin 100.000 pasukan berkuda yang terdiri dari bangsa Mughlith dan Perancis (Fraks/Ifranj/الإفْرَنْج). Raja Dirjan tampak lebih gagah setelah diberi mahkota, busana, ikat pinggang, dan gelang kehormatan dari Raja Hiraqla. Pasukan berkuda sejumlah 100.000 segera disiapkan.
Panji keempat diberi hiasan mutiara jenis Durr (الدُرّ), Jauhar (الجَوْهَر), dan segenggam emas. Dipasang lalu diberikan pada Mahan raja Arman (Armenia). Mahan pembawa Salib dari mutiara jenis Yaqut (الياقوت), adalah raja yang sangat dicintai oleh Raja Hiraqla, karena sangat pemberani dan pandai. Dia lah yang telah berkali-kali bergabung pada Raja Hiraqla untuk memerangi dan mengobrak-abrik pasukan Persia dan Turki. Rasa cinta Hiraqla padanya ditampakkan dengan perlakuan yang menyolok. Pemberian anugrah padanya melebihi daripada raja-raja sebelumnya. Busana Mahan ditanggalkan untuk diganti busana mewah pemberian Hiraqla. Kepalanya diberi mahkota, tangannya diberi gelang, dan perutnya diberi ikat pinggang gemerlapan. Bahkan sejumlah pemberian lainnya diberikan, sebagai pertanda dia yang akan disuruh memimpin raja-raja lainnya.

Semua pasukan disiapkan, teriakan Hiraqla didengarkan oleh lautan pasukan, “Hai Mahan! Kau kuperintah agar memimpin ini semuanya. Perintah dan hukum tertinggi berada ditanganmu!.”
Wakil-wakil Raja Mahan adalah Raja Qanathir, Raja Jarjir, Raja Dirjan, dan Raja Qurin (قورين). Kepada mereka Hiraqla berkata, “Ketahuilah bahwa Salib-Salib yang kalian bawa berada di bawah Salib Mahan. Segala urusan penting maupun kebijakan harus kalian rundingkan dengan Mahan. Gerakkan pasukan-pasukan ini untuk mencari kaum Arab! Jangan takut! Belalah agama kalian yang tua dan syariat kalian yang lurus! Bagilah pasukan menjadi empat agar tidak merusak lingkungan yang akan dilalui atau ditempati! Karena jumlah pasukan yang terlalu banyak semua ini!.”
Raja Hiraqla bergerak mendekat dan melepas untuk mengganti busana Raja Jabalah dengan yang lebih mewah. Pada Jabalah, Hiraqla menyerahkan semua pasukan Nashrani dari Arab Ghasan (غسان), Lakhm (لخم),  dan Judzam (جذام). “Barisan kalian agar berada di paling depan! Karena segala sesuatu rusaknya justru dengan jenisnya sendiri. Yang mematahkan besi juga besi yang lebih keras!,” perintah Hiraqla.

Sebelum berangkat, semua ulama Nshrani diperintah agar memandikan para tokoh penting dengan air Amudiyah (المعمودية). Para ulama Nashrani membacakan Injil lalu menshalati-mati pada tokoh-tokoh penting, sebagai pimpinan tinggi itu. Upacara sakral ini sebagai pertanda perang mati-matian akan segera dimulai.