(Bagian ke-104
dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Upacara Sakral Sebelum Perang
Di tengah lautan pasukan Salib itu; Raja Hiraqla berbahagia mendengar dan menyaksian pernyataan, maupun kesemangatan
para raja bawahan maupun raja sahabat yang di depannya. Dari lautan pasukan
Salib itu Hiraqla memilih lima raja Romawi agar menjadi pemimpin besar.
Hiraqla memasang panji dari sutra Dibaj yang dihias emas, lalu memindahkan Salib dari jauhari yang bertengger
di atas kepalanya pada sisi raja Rusia bernama Qanathir (قناطير) sebagai kehormatan, sekaligus
sebagai pertanda pasukan akan segera diberangkatkan.
Qanathir
diperintah agar memimpin 100.000 pasukan berkuda dari kaum Shaqalibah (الصَّقَالِبَةُ) dan lainnya. Dengan bangga Raja Qanathir menerima mahkota,
busana, ikat pinggang, dan gelang kehormatan dari Raja Hiraqla. Raja Qanathir
juga menerima panji besar dari sutra Dibaj putih diberi gambar matahari dari
emas.
Salib
dari batu mulia jenis Zabarjad (الزَّبَرْجَدُ) hijau yang menaungi Raja Hiraqla,
dipindahkan agar menaungi raja Amuriyah dan Maluriyah bernama Jarjir (جرجير). Raja Jarjir diberi mahkota,
busana, dan ikat pinggang kehormatan,
lalu diperintah agar memimpin 100.000 pasukan berkuda yang terdiri dari bangsa
Romawi. Dua raja menyiapkan pasukan yang jumlahnya banyak sekali.
Raja
Hiraqla memasang panji ketiga bergambar Salib untuk diserahkan pada raja
Constantinople (Qusthanthiniyah/القُسْطَنْطِينِيَة), bernama Raja Dirjan
(الديرجان), agar selanjutnya memimpin 100.000 pasukan berkuda yang
terdiri dari bangsa Mughlith dan Perancis (Fraks/Ifranj/الإفْرَنْج). Raja Dirjan tampak lebih gagah setelah diberi mahkota,
busana, ikat pinggang, dan gelang kehormatan dari Raja Hiraqla. Pasukan berkuda
sejumlah 100.000 segera disiapkan.
Panji
keempat diberi hiasan mutiara jenis
Durr (الدُرّ), Jauhar (الجَوْهَر), dan segenggam emas. Dipasang lalu diberikan pada Mahan raja Arman (Armenia). Mahan pembawa
Salib dari mutiara jenis Yaqut (الياقوت), adalah raja yang sangat dicintai
oleh Raja Hiraqla, karena sangat pemberani dan pandai. Dia lah yang
telah berkali-kali bergabung pada Raja Hiraqla untuk memerangi dan
mengobrak-abrik pasukan Persia dan Turki. Rasa cinta Hiraqla padanya
ditampakkan dengan perlakuan yang menyolok. Pemberian anugrah padanya melebihi
daripada raja-raja sebelumnya. Busana Mahan ditanggalkan untuk diganti busana
mewah pemberian Hiraqla. Kepalanya diberi mahkota, tangannya diberi gelang, dan
perutnya diberi ikat pinggang gemerlapan. Bahkan
sejumlah pemberian lainnya diberikan,
sebagai pertanda dia yang akan disuruh memimpin raja-raja lainnya.
Semua
pasukan disiapkan, teriakan Hiraqla didengarkan oleh lautan pasukan, “Hai
Mahan! Kau kuperintah agar memimpin ini
semuanya. Perintah dan hukum tertinggi berada ditanganmu!.”
Wakil-wakil
Raja Mahan adalah Raja Qanathir, Raja Jarjir, Raja Dirjan, dan Raja Qurin (قورين). Kepada mereka Hiraqla berkata, “Ketahuilah bahwa Salib-Salib
yang kalian bawa berada di bawah Salib Mahan. Segala urusan penting maupun
kebijakan harus kalian rundingkan dengan Mahan. Gerakkan pasukan-pasukan ini
untuk mencari kaum Arab! Jangan takut! Belalah agama kalian yang tua dan syariat
kalian yang lurus! Bagilah pasukan menjadi empat agar tidak merusak lingkungan
yang akan dilalui atau ditempati! Karena jumlah pasukan yang terlalu banyak
semua ini!.”
Raja
Hiraqla bergerak mendekat dan melepas untuk mengganti busana Raja Jabalah
dengan yang lebih mewah. Pada Jabalah, Hiraqla menyerahkan semua pasukan
Nashrani dari Arab Ghasan (غسان), Lakhm (لخم), dan Judzam (جذام). “Barisan kalian agar berada di
paling depan! Karena segala sesuatu rusaknya justru dengan jenisnya
sendiri. Yang mematahkan besi juga besi yang lebih keras!,” perintah Hiraqla.
Sebelum berangkat, semua ulama Nshrani diperintah agar memandikan
para tokoh penting dengan air Amudiyah (المعمودية). Para ulama Nashrani membacakan
Injil lalu menshalati-mati pada tokoh-tokoh penting, sebagai pimpinan tinggi
itu. Upacara
sakral ini sebagai pertanda perang mati-matian akan segera dimulai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar