(Bagian ke-57 dari seri tulisan Khalid bin Walid)
Dalam waktu cepat berita bahwa Abu Bakr wafat dan Umar RA diangkat menjadi Khalifah, sampai pada Raja Hiraqla. Sebagai orang yang suka membaca kitab, Hiraqla tahu pasti bahwa kekuasaannya akan segera berakhir.
Sejumlah bathriq dan pejabat tinggi memenuhi Gereja Qissiisiin yang artinya ulama. [1] Mereka menunggu-nunggu Raja Hiraqla yang akan menyampaikan khutbah penting.
Di atas mimbar Raja Hiraqla berkhutbah, “Hai keturunan Ashfar![2] Inilah yang dulu pernah saya katakan agar kalian waspada. Kini kekuasaan lelaki berkulit agak hitam ini telah menguat.[3] Yang akan segera terjadi adalah zaman kekuasaan pemborong kemenangan yang orangnya seperti Nabi Nuh AS. Demi Allah. [4] Demi Allah, dia pasti akan segera merebut negri yang kuperintah. Bersiaplah! Bersiaplah sebelum terjadi dan sebelum terlanda kekalahan besaar. Dia akan merobohkan istana-istana dan membunuh orang alim Nashrani, dan memberantas lonceng Gereja. Dia ahli berperang yang akan merenggut kerajaan Romawi dan Persia. Orang yang sangat zuhud di dunia ini, sangat keras terhadap orang yang tidak sefaham dengan agamanya. Kalau kalian melaksanakan kebaikan, menjauhi kemungkaran, meninggalkan berbuatan dosa, meninggalkan foya-foya untuk melaksanakan kewajiban, meningkatkan ketaatan, menjauhi perzinaan dan kesalahan, ada kemungkinan kalian menang. Namun jika kalian tetap melakukan dosa dan kemaksiatan, dan mengumbar nafsu untuk memburu duniawi, maka musuh kalian itu akan menyerang kalian. Allah akan membuat kalian takluk pada mereka.
Saya yakin bahwa agama mereka akan segera berjaya mengalahkan semua agama. Mereka akan selalu mendapat kebaikan selama menetapi agama dengan benar dan meninggalkan kepalsuan. Pilihan kita ada dua: kembali lagi menyerang, atau berdamai dengan mereka, dengan resiko membayar pajak pada mereka.”
Banyak bathriq dan pejabat yang benci bahkan marah ketika mendengar khutbah itu. Mereka keluar untuk berbisik-bisik, lalu masuk lagi untuk membunuh Raja Hiraqla. Hiraqla tahu bahwa hidupnya terancam; jantungnya berdebar-debar dan kalimat khutbahnya diperlunak. Khutbah yang tadinya disampaikan dengan berapi-api, kini diperlembut, “Sebetulnya tujuanku membela agama, dan agar hati kalian teguh jika ada kejadian apa saja.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar