(Bagian ke-3 dari seri tulisan Imam Al-Ghazali Pengikut Ahlus-Sunnah)
Lautan ilmu yang dikatakan oleh Al-Ghazali adalah Al-Qur’an. Allah
berfirman:
قُلْ لَوْ كَانَ
الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ
كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا [الكهف/109.
Artinya: Katakan, “Kalau lautan telah menjadi
tinta bagi Kalimat Tuhanku, niscaya telah habis sebelum Kalimat Tuhanku habis.
Walaupun Kami datangkan semisal itu tintanya’. [Qs Al-Kahfi 109].
Imam Tirmidzi menulis pernyataan Sayyidinaa Ali dari Nabi صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ di dalam
Sunannya juz 11 halaman 93 mengenai keluasan ilmu Al-Qur’an: [1]
أَمَا إِنِّى قَدْ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ - « أَلاَ إِنَّهَا سَتَكُونُ
فِتْنَةٌ ». فَقُلْتُ مَا الْمَخْرَجُ مِنْهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ «
كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ نَبَأُ مَا كَانَ قَبْلَكُمْ وَخَبَرُ مَا بَعْدَكُمْ
وَحُكْمُ مَا بَيْنَكُمْ هُوَ الْفَصْلُ لَيْسَ بِالْهَزْلِ مَنْ تَرَكَهُ مِنْ
جَبَّارٍ قَصَمَهُ اللَّهُ وَمَنِ ابْتَغَى الْهُدَى فِى غَيْرِهِ أَضَلَّهُ
اللَّهُ وَهُوَ حَبْلُ اللَّهِ الْمَتِينُ وَهُوَ الذِّكْرُ الْحَكِيمُ وَهُوَ
الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيمُ هُوَ الَّذِى لاَ تَزِيغُ بِهِ الأَهْوَاءُ وَلاَ
تَلْتَبِسُ بِهِ الأَلْسِنَةُ وَلاَ يَشْبَعُ مِنْهُ الْعُلَمَاءُ وَلاَ يَخْلَقُ
عَلَى كَثْرَةِ الرَّدِّ وَلاَ تَنْقَضِى عَجَائِبُهُ هُوَ الَّذِى لَمْ تَنْتَهِ
الْجِنُّ إِذْ سَمِعَتْهُ حَتَّى قَالُوا (إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا
يَهْدِى إِلَى الرُّشْدِ) مَنْ قَالَ بِهِ صَدَقَ وَمَنْ عَمِلَ بِهِ أُجِرَ
وَمَنْ حَكَمَ بِهِ عَدَلَ وَمَنْ دَعَا إِلَيْهِ هُدِىَ إِلَى صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ » .
Artinya:
Ingat! Sungguh saya pernah mendengarRasulallah صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ bersabda,
“Sungguh akan ada fitnah.”
Saya bertanya, “Berbentuk apakah jalan keluar
darinya ya Rasulallah?.”
Beliau bersabda, “Kitab Allah, di dalamnya ada:
1.
Cerita yang telah ada sebelum kalian.
2.
Khabar setelah kalian.
3. Hukum antara kalian.
Dialah penjelasan yang
bukan sembarangan. Barang siapa meninggalkan karena sombong, Allah mematahkan dia. Barang siapa mencari petunjuk pada selain
dia, Allah menyesatkan. Dia Tali Allah yang sangat kuat. Dia peringatan yang
bijaksana. Dia jalan yang lurus. Dia yang membuat hawa nafsu takkan berbelok,
dan takkan tercampur oleh bahasa makhluq. Ulama yang meneguknya, takkan puas. Takkan rusak karena sering diulang-ulang. Dan
kejaiban-keajaibannya takkan berakhir. Dia yang ketika didengar oleh jin, maka
mereka tak henti-henti merenungi hingga berkata ‘إِنَّا
سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا يَهْدِى إِلَى الرُّشْدِ – Sungguh
kami telah mendengarkan Al-Qur’an menakjubkan yang menunjukkan pada
kebenaran’. Barang siapa berkata berdasarkan dia, maka telah benar.
Barang siapa mengamalkan, maka diberi pahala. Barang siapa menghukumi
berdasarkan dia, maka adil. Barang siapa mengajak menuju dia, maka diberi
Bimbingan ke jalan yang sangat lurus.”
Meskipun Imam Tirmidzi menjelaskan nilai Hadits tersebut:
“هَذَا حَدِيثٌ لاَ نَعْرِفُهُ إِلاَّ مِنْ
هَذَا الْوَجْهِ وَإِسْنَادُهُ مَجْهُولٌ. وَفِى الْحَارِثِ مَقَالٌ.
Artinya: Ini Hadits tidak kami ketahui kecuali hanya dari
ini arah. Dan isnad-nya pun majhul, maksudnya
ada perowi yang tak dikenali oleh para ahli Hadits. Dan perowi bernama Harits
mendapat komentar tidak baik.”
Namun di dalam Syifa’ul-Ghilal Imam Tirmidzi
berkata:
“جَمِيعُ مَا فِى هَذَا الْكِتَابِ مِنَ
الْحَدِيثِ فَهُوَ مَعْمُولٌ بِهِ وَقَدْ أَخَذَ بِهِ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ مَا
خَلاَ حَدِيثَيْنِ.
Artinya: Semua Hadits yang berada di dalam ini kitab
(Sunan Tirmidzi) adalah ma’mul, maksudnya bisa diamalkan.
Bahkan sungguh sebagian ahli ilmu telah berpedoman dengannya, keculi dua
Hadits:
1. ‘حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- جَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ
بِالْمَدِينَةِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ مِنْ غَيْرِ خَوْفٍ وَلاَ سَفَرٍ وَلاَ
مَطَرٍ’ Artinya: Hadits Ibnu Abbas: “Sesungguhnya
Rasulullah SAW pernah menjamak dluhur dan ashar, maghrib dan isyak, di Madinah. Bukan karena khauf (takut
musuh), pergi jauh, ataupun karena hujan.”
2. ‘حَدِيثُ النَّبِىِّ -صلى
الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ إِذَا شَرِبَ الْخَمْرَ فَاجْلِدُوهُ فَإِنْ
عَادَ فِى الرَّابِعَةِ فَاقْتُلُوهُ – Hadits Nabi SAW.’ Artinya: “Sesungguhnya nabi bersabda ‘ketika dia minum
arak maka deralah dia, jika mengulangi yang keempat kali maka bunuhlah!’.”
Nasehat Ghazali pada Muridnya
Yang membuat banyak orang terperangah dan terpesona, karena Imam Ghazali sering kali membahas
mengenai hati atau niat:
وَإِنْ صاَدَفْتَ
قَلْبَكَ عِنْدَ مُواَجِهَتِكَ إِياَّهاَ بِهاَ مَسُوْفاً، وَبِالْعَمَلِ
بِمُقْتَضاَهاَ مُماَطِلاً؛ فَاعْلَمْ أَنَّ نَفْسَكَ الْماَئِلَةُ إِلَى طَلَبِ
الْعِلْمِ هِيَ النَّفْسُ اْلأَماَّرَةُ بِالسُّوْءِ، وَقَدِ انْتَهَضَتْ
مُطِيْعَةً لِلشَّيْطاَنِ اللَّعِيْنِ لِيُدْلِيَكَ بِحَبْلِ غُرُوْرِهِ؛
فَيَسْتَدْرِجُكَ بِمَكِيْدَتِهِ إِلَى غَمْرَةِ الْهَلاَكِ، وَقَصْدِهِ أَنْ
يَرُوْجَ عَلَيْكَ الشَّرَّ فِي مَعْرِضِ الْخَيْرِ حَتَّى يُلْحِقَكَ
(بِاْلأخسَرِيْنَ أَعْماَلاً، الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا). وَعِنْدَ ذَلِكَ يَتْلُوْ عَلَيْكَ الشَّيْطاَنُ فَضْلَ
الْعِلْمِ وَدَرَجَةَ الْعُلَماَءِ، وَماَ وَرَدَ فِيْهِ مِنَ اْلأَخْباَرِ
وَاْلآثاَرِ. وَيُلْهِيكَ عَنْ قَوْلِهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ:
(مَنِ ازْداَدَ عِلْماً وَلَمْ يَزْدَدْ هُدىً، لَمْ
يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْداً)، وَعَنْ قَوْلِهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ
وَسَلّمَ: (أَشَدُّ الناَّسِ عَذاَباً يَوْمَ
الْقِياَمَةِ عاَلِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ اللهُ بِعِلْمِهِ) وَكاَنَ صَلّى اللّهُ
عَلَيْهِ وَسَلّمَ يَقُوْلُ: (اللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ ، وَقَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ ، وَعَمَلٍ
لاَ يُرْفَعُ، وَدُعَاءٍ لاَ يُسْمَعُ).
Artinya:
Dan jika kau dapati hatimu, saat serius mengaji, tiba-tiba susah atau tidak semangat, dan
mengamalkan ilmu terasa berat. Maka ketahuilah bahwa, jiwamu yang telah condong mencari ilmu, adalah nafsu yang akan mendorong pada
kejelekan, dan mentaati Syaitan laknat yang akan menurunkan kau dengan tali tipuannya. Akhirnya ia akan
menjebak kau dengan usahanya, ke arah sumber kerusakan, dan akan mengaburkan kau dengan kejelekan yang disusupkan pada kebaikan,
untuk akhirnya menyusulkan kau pada golongan orang-orang yang lebih rugi amalannya. Yaitu orang-orang
yang usaha mereka di dalam kehidupan dunia tersesat, namun mereka
meyakini bahwa sungguh mereka berkelakuan baik. Saat itu pula Syaitan
membacakan padamu mengenai Keutamaan Ilmu dan Derajat Ulama, dan berita maupun Hadits apa saja yang membahas mengenai
itu. Selain itu Syaitan juga akan membuatmu melupakan
sabda nabi SAW:
” مَنِ ازْداَدَ
عِلْماً وَلَمْ يَزْدَدْ هُدىً، لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْداً. Artinya: Barang
siapa ilmunya bertambah, namun hidayahnya tidak bertambah, maka takkan
menambahi dia kecuali jauhnya dari Allah.” [Kanzul-‘Ummal juz 10 halaman 193].
أَشَدُّ الناَّسِ عَذاَباً يَوْمَ الْقِياَمَةِ عاَلِمٌ لَمْ
يَنْفَعْهُ اللهُ بِعِلْمِهِ. Artinya: Lebih sangatnya siksaan di hari kiamat, orang alim yang Allah
tak memberi manfaat dia melalui ilmunya.” [Kanzul-‘Ummal juz 10 halaman 208].
[1] Semua rujukan di sini fersi Maktabatus-Syamilah.
شكرا يأستاذ
BalasHapusجزاك الله خيرا
jangan lupa kunujungi blog saya juga ustadz http://ponda-samarkand.blogspot.com.
ngfwan, gmana caranya spaya bisa mengikuti blog ini......sukron
امين ان شاؤ الله
BalasHapusKami di mulya-abadi.blogspot.com
BalasHapus