Penduduk Damaskus marah. Lautan pasukan mereka berbaris-baris memanjang sejauh satu farsakh (tiga mil). Mereka mengira yang akan datang, Abu Ubaidah dan pasukannya. Ternyata yang muncul Khalid dan pasukannya.
Saat itu, Rifaah bin Muslim sebagai pasukan Khalid.
Pasukan Damaskus yang berjumlah sangat banyak, mendekati Khalid dan pasukannya. Perisai Khalid bernama Maslamah telah diangkat.
Pada pasukannya, Khalid berteriak, “Inilah hari istimewa yang takkan ada lagi yang menandingi! Pasukan berkuda mereka akan segera melancarkan serangan! Ayo kita berjihad! Tolonglah Allah! Agar Allah menolong kita! Bergabunglah pada kaum yang menyerahkan diri pada Allah! Sepertinya bala-bantuan untuk kalian di bawah pimpinan Abu Ubaidah, akan segera datang kemari!.”
Pada pasukannya, Khalid berteriak, “Inilah hari istimewa yang takkan ada lagi yang menandingi! Pasukan berkuda mereka akan segera melancarkan serangan! Ayo kita berjihad! Tolonglah Allah! Agar Allah menolong kita! Bergabunglah pada kaum yang menyerahkan diri pada Allah! Sepertinya bala-bantuan untuk kalian di bawah pimpinan Abu Ubaidah, akan segera datang kemari!.”
Banyak pasukan Damaskus yang terkejut, saat Khalid berteriak keras, menggerakkan pasukan. Mereka makin terkejut ketika tiba-tiba Syurachbil, Abdur Rohman, dan Dhirar bin Al-Azwar, melancarkan serangan ganas bertubi-tubi.
Dalam waktu cepat Dhirar telah membunuh lima pasukan berkuda di kanannya, dan lima pasukan berkuda di kirinya.
Serangan selanjutnya, oleh Dhirar diarahkan pada enam orang di depannya. Perlawanan mereka dikalahkan dengan jurus-jurus mematikan. Dalam waktu cepat mereka tewas.
Sejumlah anak-panah dari pasukan Damaskus melesat bertubi-tubi, untuk menghentikan serangan Dhirar.
Setelah berhenti, Khalid mengucapkan rasa sukur pada Dhirar. Lalu perintah pada Abdur Rohman, “Serbulah mereka! Semoga Allah memberi Barakah padamu!.”
Abdur Rohman bergerak cepat mengayun-ayunkan pedang.
Beberapa lawan berguguran karena amukannya yang terlalu dahsyat.
Beberapa lawan berguguran karena amukannya yang terlalu dahsyat.
Khalid mempersiapkan serangan. Tombaknya telah diangkat lalu diayun-ayunkan. Ketangkasan dan keberanian dia yang luar-biasa, membuat pasukan Damaskus ketakutan.
Setelah melihat dia melancarkan serangan-mematikan, yang menewaskan sejumlah pasukan, Bathriq Kalus mengetahui ‘Khalid yang dicari-cari’.
Kalus takut karena Khalid bergerak cepat mendekat.
Kalus berlari ke belakang. Seorang bathriq bawahannya maju untuk menghalang-halangi serangan Khalid. Sejumlah anak-panah melesat bertubi-tubi ke arah Khalid. Subhanallah, Khalid tidak memperdulikan sejumlah anak-panah yang melukai. Dia justru meningkatkan serangan ganasnya hingga duapuluh pasukan tewas berserakan.
Kalus berlari ke belakang. Seorang bathriq bawahannya maju untuk menghalang-halangi serangan Khalid. Sejumlah anak-panah melesat bertubi-tubi ke arah Khalid. Subhanallah, Khalid tidak memperdulikan sejumlah anak-panah yang melukai. Dia justru meningkatkan serangan ganasnya hingga duapuluh pasukan tewas berserakan.
Khalid memacu kudanya agar berlari-cepat, di antara barisan kawan dan lawan. Kudanya loncat dan lari cepat mengikuti kemauannya, dan segera menantang perang satu lawan satu.
Tak seorang pun dari mereka, berani mengabulkan tantangannya. Mereka berkata, “Yang akan kami hadapi selain dia!.”
Khalid menjawab, “Goblok! Masyak kalain takut pada saya yang hanya sendirian! Kami semua sama! Kalau berperang membahayakan!.”
Kebanyakan mereka tidak menjawab, karena tidak memahami bahasanya.
Azazir mendekati Kalus untuk berkata, “Bukankah kau telah diperintah oleh raja untuk memimpin pasukan yang dikirim kemari, untuk memerangi kaum Arab? Ayo maju! Lindungi negeri dan rakyat!.”
Kalus menjawab, “Kau yang lebih berhak memerangi mereka, karena kau telah lebih dulu memerangi. Semula kau berjanji takkan memerangi kaum Arab, kecuali jika Raja Hiraqla telah memberi ijin! Sekarang ijin telah turun dan suratnya sudah dibacakan! Ayo lawanlah mereka!.”
Pada mereka berdua, sejumlah pasukan Damaskus berkata, “Diundi saja! Yang berkewajiban memerangi pimpinan kaum Arab, yang undiannya keluar!.”
Kalus berkata, “Jangan begitu! Sebaiknya kita berdua bersatu melawan dia! Demikan itu lebih menakutkan dia!.”
Raja Kalus takut jika perkataannya sampai ke telinga Raja Hiraqla, karena bisa berakibat dirinya ‘dipecat atau dibunuh’.
Azazir perintah, “Kau yang bertugas melawan dia! Majulah! Tunjukkan keahlianmu bermain pedang!.”
In syaa Allah bersambung. Allahu Akbar Allahu Arrohman
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
Maha Suci Allah Robbul-'Aalamiiiin
Ponpes Mulya Abadi Mulungan
Maha Suci Allah Robbul-'Aalamiiiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar