Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2017/01/03

PS 193: Pembebasan Syam



 


“Jika suratku telah kau baca, segeralah kembali ke Qaisariyah! Saya akan segera memberangkatkan pasukan untuk menggempur kaum Shaur (صور), Akka (عَكّاءَ), Tharabulus (طرابُلُس), dan Qaisariyah (قَيْسارِيَةَ). Yang tidak taat Allah.”

Abu Ubaidah perintah agar pasukannya bersiap berangkat ke Sachil (Pantai). Abdullah Yuqana raja Chalab (Aleppo) berdiri untuk berkata, “Yang mulia, Allah telah menggulingkan Kekufuran dan menjayakan Ketauhidan. Saya ingin berangkat mendahului menuju kesana, dengan tujuan bisa mendahului berperang.”
Abu Ubaidah menjawab, “Ya Abdallah! Kalau memang tujuanmu mendekat pada Allah, Allah juga akan mendekati kamu! Silahkan!.”

Abdullah Yuqana bergegas menyiapkan pasukan yang terdiri dari kaum Chalab, berjumlah 4.000 pasukan berkuda. Derap kaki kuda mereka membahana; debu-debu beterbangan. Mereka pergi sebelum Abu Ubaidah dan pasukannya.


Di antara pasukan Abu Ubaidah yang dibawa oleh Abdullah Yuqana, ada 3.000 bathriq yang telah Islam, di bawah pimpinan Jirfas (
جرفاس). Mereka telah menyadari bahwa Islam, kelanjutan dari agama Isa bin Maryam AS. Dan telah sadar bahwa Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah, yang mutlak tidak berputra dan diputrakan.


Setelah kabur dari Jabiyah menuju kerajaan Qaisariyah, Raja Filasthin didampingi oleh 80.000 pasukan, perintah agar 3.000 pasukan berkuda dari kota Tharabulus (Tripoli) datang. Untuk memperkuat pertahanan kerajaan. 
Arak-arakan pasukan berkuda dari Tharabulus berbondong-bondong mendatangi undangannya. Dalam perjalanan panjang itu, mereka istirahat di hutan dan mengikat kuda.

Tiba-tiba 
Raja Yuqana dan pasukannya muncul. Di dalam pasukan Yuqana, ada Raja Romawi bernama Filanthinus.
Tadinya Filanthinus bertemu di jalan lalu bergabung pada pasukan Yuqana.

Jirfas memacu kuda untuk mendekati pasukan dari Tharabulus, lalu mengucapkan salam dan bertanya, “Siapa kalian?.”
Mereka menjawab, “Kami kaum yang telah berlindung pada kaum Arab. Tadinya, kami menyangka baik, ternyata mereka jahat dan agama mereka jelek. Kami kaum Chalab (Aleppo), Qinasrin, Izaz, Darim, dan Anthakiyah, yang akan menghadap pada Raja Hiraqla.”
Ketika mendengar jawaban mereka, Jirfas lega. Lalu dengan lembut, dia berkata, “Istirahatlah di sisi kami sejenak, untuk menghilangkan lelah. Kalian telah melakukan perjalanan berhari-hari, dan pasti khawatir pada serangan kaum Arab.”
Pada mereka, Yuqana bertanya, “Kalian akan pergi ke mana?.”
Mereka menjawab, “Raja Filasthin perintah agar kami datang ke Tharabulus.”
Yuqana berpesan, “Hati-hati! Setahu kami, Abu Ubaidah berencana pergi ke Sachil.”
Jirfas berkata, “Apa gunanya khawatir mereka. Masa kekuasaan kita telah hilang, dan hari-hari indah kita tinggal kenangan. Ternyata Salib yang kita sembah tidak bisa menolong kita.”

Arak-arakan kaum itu, mau istirahat di sisi pasukan Yuqana. Setelah rasa capek hilang, dan telah diberi makanan, mereka pergi meneruskan perjalanan. Jirfas hampir mengikuti, tetapi dihalang-halangi, “Jangan! Suruhlah agar pasukanmu mengenakan busana terbaik! Agar kalian berwibawa” oleh Yuqana.


Setelah rencana muslihatnya matang, Yuqana membawa pasukannya menuju Sachil (pantai), untuk menangkap ribuan orang yang terdiri dari 200 keluarga, di bawah pimpinan Al-Charits bin Sulaim. Tangan mereka diikat erat hingga belikat, dan digiring.
Ketika malam tiba, Al-Charits dan tawanan lainnya dikumpulkan, untuk diberi tahu, “Maaf saudara sekalian! Ini hanya siasat. Saya tidak murtad dari Islam, dan takkan mencelakai kalian. Ini siasat agar kaum Romawi menyangka saya telah menyerbu dan menangkap kalian kaum Arab” oleh Yuqana.

Setelah tahu maksud Yuqana, Al-Charits dan kaumnya merasa tenang. Mereka berkata, “Kalau tujuan anda bersiasat untuk menegakkan Agama Allah, maka Allah akan menolong anda mengalahkan lawan.”
Beberapa pria disuruh oleh Yuqana, agar berpura-pura membawa harta rampasan.
Jirfas merasa tenang, karena Al-Charits, dan kaumnya, tidak dilukai. Dan binatang mereka, hanya dikumpulkan, tidak dirampas oleh Yuqana.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar