Di hari yang menegangkan itu, mereka telah berhadapan dengan pasukan Romawi yang berjumlah jauh lebih banyak. Filasthin menjadikan 80.000 pasukannya menjadi tiga bagian. Pejalan kaki ditempatkan di barisan
depan; dua barisan berada di belakang, sebelah kanan dan sebelah kiri.
Filasthin dinaungi Salib oleh seorang berkuda, memacu kuda kedepan, melihat Amer yang membuat tiga barisan pasukannya merapat bersatu. Sebelah kanan terdiri dari para sahabat nabi SAW, di bawah pimpinan Syurachbil bin Chasanah penulis Wahyu Rasulillah SAW. Sebelah kiri di bawah pimpinan Shabub bin Jabalah Allaitsi yang sangat lihai berkuda.
Tiba-tiba seorang berkuda dari Romawi muncul, berbusana sutra dibaj gemerlapan. Pembawa perisai itu membawa tombak panjang, berkalung Salib emas. Dia memacu kudanya ke depan, lalu menancapkan tombaknya di tanah, dan memasang anak panah pada busurnya. Anak panah yang dibidikkan melesat dan melukai lelaki Arab. Bidikan panah kedua menembus dan menggugurkan lelaki Arab lainnya.
Amer terkejut saat menyaksikan dua pasukannya luka dan gugur. Lalu berteriak, “Hai! Lihatlah orang laknat itu telah memanah dua saudara kita! Balas!.”
Lelaki dari Tsaqif berbusana perang sederhana, muncul
untuk membela dua kawannya. Dia yang tak membawa perisai itu diyakini akan menjadi sasaran ketiga, oleh lelaki Romawi laknat itu.
Lelaki Romawi meluncurkan anak panah yang segera melesat dan menancap, pada baju perang pelindung dada, lelaki dari Tsaqif itu.
Lelaki Romawi meluncurkan anak panah yang segera melesat dan menancap, pada baju perang pelindung dada, lelaki dari Tsaqif itu.
Lelaki Romawi yang terkenal ahli memanah itu terkejut dan berang, ketika melihat anak panah yang ketiga, tak mampu membunuh musuh. Karena kebanyakan orang yang dipanah, pasti tewas. Bahkan dia semakin terkejut, ketika tahu-tahu lehernya terasa perih dan terasa
seakan-akan tenggelam di lautan air mendidih, dan tak mampu bernafas.
Dia tewas oleh anak panah lawan yang kecepatan luncurnya di luar batas. Menembus leher dan menumpahkan darah merah. Dia tewas.
Lelaki dari Tsaqif mendekati untuk mengambil kuda dan helm perang, milik mayat tersebut. Mayat ditarik sehingga pasukan Muslimiin terutama pamannya, menyambut dengan berbahagia, atas kemenangannya. Mayat itu diserahkan pada Amer.
Pasukan Romawi terkejut, karena tokoh besar mereka tewas. Dengan sedih, mereka menunjukkan jari ke langit, dan berkata, “Penolong mereka, malaikat dari langit.”
Pada seorang bahriq, Filasthin marah dan berteriak, “Balas dan belalah agama kalian!”
Seorang bathriq berbusana sutra dibaj hijau, berkalung Salib emas, muncul. Diikuti oleh pelayannya. Setelah mendekat, menantang berkelahi.
Tantangannya diabaikan oleh kaum Musimiin.
Seorang lelaki berkata, “Saya yang akan menghadapi
dia.”
Amer berdoa, “Semoga Allah memberi kau Barakah!.”
Lelaki Muslim itu bergerak cepat, melancarkan
serangan atas lawan, yang segera menangkis dan menyerang
dengan garang. Pedang sang bathrik ditebaskan atas lelaki Muslim, yang menangkis, “Crok!” dengan perisai kulit yang
langsung terbelah.
Lelaki Muslim menebaskan pedangnya, “Trang!” Helm perang sang bathriq terbelah menjadi dua. Sang
bathriq mundur menghindari tebasan berikutnya. Lalu menebaskan pedangnya. Yang
diserang bathriq, hanya tergores dan mengucurkan darah, karena menghindar.
Dia kesakitan dan mundur, lalu ditegur, “Kalau betul menyerahkan diri pada
Allah tentunya tidak mundur dari musuhnya.”
Dia mengumpat, “Kurang ajar! Kau akan
saya balas!.” Tetapi langkahnya terhenti oleh perintah, “Pakailah helm perang
dan perisai ini! Lalu maju!.”
Dia menjawab, “Keyakinan saya pada Kekuatan Allah, jauh lebih besar, daripada pada helm perang.” Lalu bergerak cepat ke
arah sang bathriq, sambil membaca syair:
Lelaki itu menyerang cepat, dengan tusukan pedang yang menembus lengan, hingga sang bathriq tewas.
Lalu loncat dan mengamuk hingga beberapa lawan tewas, oleh tebasan pedangnya. Tetapi serangan dari banyak lawan, dari berbagai penjuru, membuat dia gugur.
Lalu loncat dan mengamuk hingga beberapa lawan tewas, oleh tebasan pedangnya. Tetapi serangan dari banyak lawan, dari berbagai penjuru, membuat dia gugur.
Amer berkata, “Dia telah menukarkan dirinya dengan surga dari Allah. ‘Ya Allah, berilah yang dia minta’.”
Seri sebelumnya, klik di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar