Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2016/12/01

PS 167: Pembebasan Syam




Dia mencium Salib untuk melakukan syirik, hingga Rifaah menangis sedih dan berkata, “Nak, kenapa kau kafir setelah iman? Kau tersingkir dari Pintu Gerbang Rohman? Kau mengkufuri Penentu segala aturan? Kau melawan kodar baik untuk menjauhi Hadirat Rohman? Saya menangis bukan hanya karena berpisah darimu, tetapi karena kita telah melewati jalan yang berbeda. Kau melewati jalan para Iblis bersama para rahib dan tokoh Nashani menuju neraka keenam. Saya mengikuti Muhammad SAW meniti jalan, bergabung pada arwah yang damai. Nak! Jangan tergiur dengan gebyar duniawi! Jangan mengikuti nafsu melalaikan akhirat! Apa alasan saya di hadapan yang Maha Mulia Maha Pemaksa, nantinya? Nak, kau telah mempermalukan ayahmu yang beruban, karena mengkufuri pada yang Maha Tahu segala rahasia. Nak! Kau telah tertipu oleh angan-anganmu! Saya heran, kenapa kau bisa-bisanya merasa tenang berpisah dengan Muhammad Al-Mushthafa (محمد المصطفى) SAW? Nak! Kau akan minta syafaat pada siapa besok di hari kiamat? Kau tertipu oleh kekafiran hingga mengkufuri yang Maha Alim! Kau meninggalkan surga Naim menuju neraka Jachim! Apa kau tak malu pada Nabi Ahmad SAW di hari kiamat nanti? Tak sadarkah kau bahwa ayahmu pagi ini susah karena kekufuranmu? Kau akan lari ke mana jika di hari yang dahsyat Allah memanggilmu? Dia akan murka :
Ya hambaKu! Kamu telah mengkufuri yang Maha Esa’.
Hai anakku! Kini kau di dalam kehidupan hina! Sedangkan ayahanmu akan di dalam kejayaan yang baka.”

Seorang berkata, “Hati putramu telah tertutup” pada Rifaah.
Ikatan tangan putra Rifaah dilepas oleh sang bathriq. Lalu dia diperintah mencebur Air Makmudiah (المعمودية). 
Sejumlah ulama dan tokoh Nashrani mengelilingi untuk mengolesi dia, parfum Bakhur. 
Seorang bathriq menyerahkan kuda gagah, gadis sangat menawan dan rumah mewah. Anak murtad itu diperintah agar bergabung pada Pasukan Raja Jabalah.

Sang bathriq berkata, “Hai kaum Arab! Kenapa kalian tidak masuk agama kami seperti ini?.” 
Mereka menjawab, “Karena agama kami yang benar, dan keyakinan kami tak tergoyahkan. Kami takkan murtad, meskipun harus dibunuh.” 
Sang bathriq membentak, “Kalian akan diusir oleh Al-Masih agar tersingkir.”
Rifaah menjawab, “Allah yang tahu 'mana di antara kita' yang diusir jauh dari
Rahmat Allah.”
Rifaah menjawab, “Karena tujuan dia yang paling utama, akhirat.”
Hiraqla bertanya, “Bagaimana bentuk rumah dinas yang dia tempati?.”
Rifaah menjawab, “Dari bata yang direkatkan dengan tanah. Tidak dikawal oleh pasukan, sehingga
kaum Faqir dan Miskin berani menemui.”
Hiraqla bertanya, “Alas dia dari apa?.” 
Rifaah menjawab, “Keadilan dan kenyamanan.” 
Hiraqla bertanya, “Singgasananya dari apa?.” 
Rifaah menjawab, “Akal sehat dan keyakinan yang benar.” 
Hiraqla bertanya, “Dasar Kerajaannya apa?.” 
Rifaah menjawab, “Zuhud dan aturan sehat.” 
Hiraqla bertanya, “Apa kekayaan yang diandalkan?.” 
Rifaah menjawab, “Berdekatan pada Rabbul Aalamiin.” 
Hiraqla bertanya, “Siapa saja Pasukan Tempurnya?.” 
Rifaah menjawab, “Kaum yang mentauhidkan Allah. Tak tahukah kau bahwa kaum Umar bertanya ‘yang mulia, baginda telah merebut kekayaan para kaisar Romawi dan telah menundukkan para Bathriq maupun raja-raja Persia. Kenapa berpakaian sangat sederhana?.”
Beliau menjawab, “Kalian menghendaki perhiasan duni yang nyata, sedangkan saya menghendaki Tuhan dunia dan akhirat. Dan mendalil 
Alladziina in makkannaahum fil ardhi aqaamus shalaata wa aatuz zakaata wa amaruu bil maruufi wa nhau anil munkar’.” [1]

Hiraqla perintah agar para tawanan Muslimiin dimasukkan ke dalam penjara dekat biara Qisan. Lalu
dia keluar menuju pasukannya. Dia naik panggung, lalu ditutup pagar oleh para bathriq, untuk dilindungi. Lalu dia menaiki kuda untuk mengelilingi pasukan Berkudanya yang melaut. 

Ketika akan kembali ke istana, Hiraqla terkejut oleh datangnya pasukan berkuda berwajah ketakutan. Pasukan pengawal raja bertanya pada mereka, “Ada apa?.” 
Hiraqla dan pasukan pengawalnya mengamati mereka menjawab, “Jisrul-Chadid kita telah dikuasai dan dilewati oleh pasukan Arab."
Hiraqla terkejut dan jantungnya berdetak cepat, bagai kentongan dipukul bertalu-talu. Dia makin yakin bahwa kerajaannya akan segera direbut oleh Kaum Arab. 
Dia bertanya, “Bagaimana mungkin Kaum Arab bisa menguasai Jisrul-Chadid yang dijaga oleh 300 Bathriq kuat berpasukan banyak?.” 
Mereka menjawab, “Yang mulia, memang jembatan itu diserahkan oleh pasukan kita yang paling depan.”  





[1] الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ [الحج/41].
Artinya: Orang-orang yang jika Kami beri tempat di dalam bumi, mereka menetapi shalat, menunaikan zakat, amar maruf
, dan mencegah dari kemungkaran. Dan milik Allah lah Akibat segala perkara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar