Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2016/11/17

PS 142: Pembebasan Syam




Image result for ‫كتب بالقلم‬‎





Umar mengangkat Abu Ubaidah sebagai penguasa kota Syamdan perintah agar dia menyerbu kota Chalab (حلب), Anthakiyah, Mafriq, dan sekitarnya, dengan 20.000 pasukan berkuda. Dan agar Amer bin Al-Ash menyerbu kota Mesir, dan agar Yazid bin Abi Sufyan menyerbu penduduk pesisir Syam.

Yazid dan pasukannya pergi ke negeri Caesarea (Qaisariyyah/قيسارية). Negeri yang penguasanya Raja Qushthanthin putra Hiraqla ini, memiliki pasukan berjumlah 80.000 orang yang terdiri dari kaum Arab Nashrani dan Rusia (الروسية). 
Qusthanthin terkejut ketika mendengar laporan bahwa Yazid dan pasukannya datang untuk menyerang. 
Qusthanthin minta bala bantuan pada ayahnya
Ayah Qusthanthin mengutus penguasa kota Marasy (مَرْعَشٍ) dan mengirim 20.000 pasukan dari Rusia. Ayah Qusthanthin mengeluarkan dana banyak, untuk melengkapi persenjataan, perbekalan, dan pakan binatang kendaraan.

Yazid terkejut setelah tahu bahwa musuh yang akan dihadapi terlalu banyak. Setelah berpikir takkan mampu mengimbangi kekuatan lawan, dia mengirimkan surat pada Umar:

Dari Yazid bin Abi Sufyan pegawai yang memerintah wilayah bagian dari Syam, untuk Umar bin Al-Khatthab RA
Sungguh saya telah memasuki wilayah Caesarea (Qaisariyyah/قيسارية) yang pasukannya sangat banyak. Jalan yang kami tempuh selanjutnya sulit. Selain itu Raja Qusthanthin telah minta bala bantuan pada ayahnya. Ayahnya telah mengirim bala bantuan 20.000 pasukan, dibawah pimpinan penguasa kota Marasy. Dalam perhelatan perang akbar ini pasukan dan rakyat Caesarea sibuk sekali. Saya mohon agar dikirimi bala bantuan.

Yang menghantar surat bernama Amer bin Salim bin Chumaid. Dia bergegas ke Madinah untuk memberikan surat pada Umar RA. 
Umar bertanya, “Ini surat dari siapa?.”
Amer mejawab, “Dari Yazid pegawai Baginda.”
Umar membuka dan membaca surat, lalu berpikir. 
Umar menunjukkan surat pada Ali RA yang tiba-tiba muncul dan mendekat. 
Ali menghibur, “Jangan merisaukan Yazid. Allah pasti akan menolong Dia in syaa Allah.”
Walau begitu, Umar menyurati Abu Ubaidah tentang itu. 
Abu Ubaidah mengurangi 3.000 pasukannya untuk dikirimkan pada Yazid. Pasukan kirimannya dipimpin oleh Charbu bin Adi (حرب بن عدي), sehingga pasukannya tinggal 17.000 orang yang kebanyakan dari Yaman.

Abu Ubaidah telah mengabulkan Permohonan Damai penduduk Qinasrin dan Awashim, dengan syarat mereka membayar pajak 15.000 mitsqal emas, dan 15.000 mitsqal perak. [1] Dan 1.000 pakaian dari bahan sutra Dibaj, 500 wasaq buah tin, dan minyak. 
Tempo perjanjian telah selesai. Para tokoh Qinasrin dan Awashim datang menghadap Abu Ubaidah, untuk memperbarui Perjanjian Damai. 

Abu Ubaidah bersama Khalid dan sejumlah Muslimiin memasuki kota itu untuk membangun Masjid.

Penduduk Chalab tahu bahwa penduduk Qinasrin telah berdamai dengan Muslimiin, yang akan segera menyerang kota mereka. Kaum yang dipimpin oleh dua orang kakak beradik itu ketakutan. Tempat tinggal dua pimpinan itu di castle (qalah/القَلْعَةُ) yang terpisah dari kota. Pimpinan mereka bernama Bathriq Yuchana (يوحنا) dan Bathriq Yuqana (يوقنا).
Dulu, ayah dua bathriq itu seorang raja yang wilahnya sangat luas, meliputi sungai Furat. Bahkan sebagian wilayah Chalab yang telah direbut oleh Muslimiin itu, dulunya dikuasai ayah mereka berdua hingga beberapa tahun. 
Selama dia memegang wilayah itu, tak ada musuh yang berani mendekat, dan tak ada yang berani menentang. Bahkan karena kehebatannya, Raja Hiraqla pun sungkan, dan belum pernah menyerang dia.
Raja yang kompak dengan kerabatnya ini pasukannya banyak dan serangannya ganas, dan dia bukan raja bawahan Hiraqla. Asalnya castle (qalah) mewah di atas gunung itu, dibangun oleh ayah mereka berdua, untuk tempat istirahat. Sedangkan tempat tinggalnya di Bilad. [2] Ketika dia telah wafat; yang menggantikan sebagai Raja. Bathriq Yuqana putra tertua yang sangat pemberani dan kaya-raya. Belum pernah ada seorang pun berani melawan dia. Adik dia Bathriq Yuchana melepaskan kerajaan Rusia yang dikuasai, untuk menjadi rahib.
Bathriq Yuqana menjawab, “Akan memerangi kaum Arab. Agar mereka sadar bahwa saya lebih hebat daripada raja-raja yang telah mereka taklukkan.”

Kesibukan Bathriq Yuchana, membaca Injil, kitab-kitab Mazmur, dan mengurusi biara-biara di negerinya, untuk memperbanyak tokoh agama: Ulama dan Rahib Nashrani.
Tiga berita: 
1.     Kota Awashim telah direbut oleh pasukan Muslimiin. 
2.     Penduduk Qinasrin telah tunduk pada Muslimiin. 
3.     Pasukan Muslimiin akan segera datang. Telah dipikirkan masak-masak oleh Raja Yuqana.

Pada Yuqana, Yuchana berkata, “Kak! Saya ingin nanti malam berembuk mengenai yang sangat rahasia dan sangat penting.”
Yuqana menjawab, “Ya.”

Dalam pertemuan terbatas di dalam kerajaan yang berada di atas gunung itu, Yuqana bertanya, “Dik! Kenapa pasukan Arab yang kekurangan makanan dan pakaian itu, setiap menyerang kerajaan pasti menang? Banyak sekali orang yang mereka bunuh dan harta mereka, mereka rampas? Kini pasukan yang berbahaya itu telah hampir datang kemari.”
Yuchana menjawab, “Saya menganjurkan dengan jujur dan tulus. Meskipun saya sebagai adik yang lebih muda, namun mengenai ini saya lebih tahu. Demi kebenaran Al-Masih ‘kalau Kakak mau menerima anjuran saya’, akan berjaya, dan harta Kakak akan selamat.”
Yuqana bertanya, “Bagaimana sebaiknya? Setahu saya kau adik yang baik?.”
Dia menjawab, “Utuslah seorang agar menyerahkan harta yang mereka minta dengan minta imbalan Damai. Sanggupilah permintaan pajak tiap tahun untuk mereka.”
Yuqana terkejut tersinggung dan marah, “Kau akan dihinakan oleh Al-Masih! Betapa pendapatmu keliru! Pantesan kau hanya menjadi rahib! Tidak menjadi raja atau pahlawan! Rahib takkan punya keberanian berperang, karena makanannya hanya sayuran! Tidak pernah makan daging, tidak pernah menikmati kehidupan bebas! Sehingga tidak tahu cara berperang! Saya raja putra raja, yang senang berperang! Tidak ada raja yang gampang ditundukkan oleh lawan! Saya tidak mungkin menyerahkan kerajaan dan harta pada mereka, tanpa berperang dulu.”
Yuchana tersenyum dan heran pada kakaknya yang keras kepala. Dengan tegas dia berkata, “Kakak! Demi kebenaran Al-Masih hidupmu hampir berakhir! Kau melampau batas dan suka membunuh! Jumlah pasukanmu dibanding dengan pasukan Raja Hiraqla yang diterjunkan dalam Perang Yarmuk sangat sedikit. Dengan pasukan Raja Hiraqla yang diterjunkan dalam Perang Ajnadin saja, pasukanmu kalah banyak. Kaum Arab ini memang diberi Pertolongan oleh Allah, jangan coba-coba melawan mereka! Takutlah pada Allah!.”
Yuqana makin marah, “Kau banyak bicara yang justru memuji kehebatan kaum Arab. Saya ini tidak seperti raja-raja yang telah mereka taklukkan seperti yang kau terangkan. Mereka mudah menyerah dan menyerahkan harta pada kaum Arab, padahal belum berjuang maksimal. Adanya saya menumpuk harta banyak sekali, karena agar saya selalu menang. Saya bertekat akan memerangi mereka. Jika Salib dan Al-Masih menolong saya menaklukkan mereka, mereka yang lari akan saya kejar dan saya bunuh semuanya. Bahkan saya ingin bersama raja-raja memasuki dan menggempur kota Chijaz (Arab). Jika telah menang, negeri Syam akan segera menjadi milikku sepenuhnya, dan Hiraqla pun takkan mampu melawan saya. Jika kalah, saya akan lari ke qalah (castle)ku. Di sana saya telah menimbun bahan makan yang sangat banyak, yang takkan habis saya makan sepanjang hidupku. Saya tidak sudi menyerah pada mereka. Kalau kau menakut-nakuti saya terus menerus, akan saya bunuh sebelum mereka.”
Yuqana telah bertekat akan memerangi kaum Arab demi meraih ambisinya yang besar. Dia terkejut mendengar adiknya bekata, “Saya tak mau berbicara denganmu hingga kau menerima pendapat saya!.” Lalu berdiri dan pergi.

Pagi itu, Yuqana mengumpulkan pasukan sebanyak-banyaknya. Banyak juga pasukan dari Armenia yang datang memenuhi panggilannya. Mereka diberi pedang dan perbekalan memadai. 
Di hadapan mereka Yuqana berkata, “Jumlah mereka hanya sedikit, jumlah kita banyak sekali. Pasukan mereka telah berkurang karena ada yang ke Qaisariyyah, ada yang ke Mesir.”
Yang diincar oleh Yuqana, pasukan Abu Ubaidah. Dia sengaja pergi menjemput; sebelum Abu Ubaidah dan pasukannya datang. 
Yang diserahi memimpin negerinya selama ditinggalkan, Bathriq Karakus (كراكس) dengan diserahi 1.000 pasukan berkuda. Sebelum Yuqana pergi, berpesan agar Karakus menjaga negerinya.
Yuqana meninggalkan kerajaannya bersama arak-arakan pasukan panjang sekali. Dari mereka, yang berbaju perang sejumlah 12.000 pasukan. Yang berjalan di barisan depan, para pembawa panji dan Salib. Salib paling dikeramatkan dari emas dan jauhar itu, diarak oleh 1.000 pemuda berbusana sutra dibaj, dihias mutiara.


Yang diperintah oleh Abu Ubaidah agar memimpin 1.000 pasukan berkuda, lelaki dari Bani Dhamrah gagah berani, bernama Kaeb. Dia tidak pernah lari dari pertempuran sedahsyat apapun. Kaeb mendengarkan pesan Abu baidah, “Hai Kaeb! Jika lawan yang kau hadapi terlalu banyak! Jangan kau lawan dulu! Saya akan menyusul membawa pasukan.”
Sebelum Kaeb sampai Chalab, Yuqana telah memasang mata-mata. Para mata-mata melaporkan bahwa pasukan berkuda Arab yang akan menyerang telah dalam perjalanan. 
Yuqana bertanya, “Jumlah mereka berapa?.”
Mereka menjawab, “Seribu orang. Jarak mereka dari sini enam mil.”
Yuqana menyuruh sebagian pasukannya, agar bersembunyi. 
Yuqana membawa pasukan dan sejumlah bathriq untuk menyerang Kaeb dan pasukannya. 
Ternyata Kaeb dan pasukannya sedang turun ke sungai, untuk memberi minum kuda dan berwudhu. Kedatangan Yuqana dan pasukannya mengejutkan mereka.
Kaeb dan pasukannya segera berbaris, setelah yakin bahwa pasukan pembawa Salib itu adalah lawan. Kaeb memperkirakan jumlah lawan 5.000 pasukan berkuda. Padahal sebetulnya yang dilihat itu hanya setengahnya. Jumlah yang bersembunyi juga sebanyak itu.
Kaeb mendekati pasukannya untuk berkata, “Hai Penolong Agama Allah! Jumlah mereka saya perkirakan 5.000 pasukan. Mereka akan kita kalahkan, seorang kalian melawan lima orang.”
Pasukan menjawab, “Oke, demi Allah.”

Mereka telah saling mendekat. Yuqana isarah dengan anak panah yang belum diberi mata pada pasukannya, agar segera menyerang Muslimiin.

Pasukan Muslimiin yang mengamuk dengan ganas, terkejut oleh datangnya pasukan Yuqana dari tempat persembunyian. Muslimiin yang tadinya menguasai medan, kini pecah menjadi tiga bagian. Ada yang lari; ada yang tetap mengamuk atas pasukan Yuqana; ada yang menyerbu musuh yang baru berdatangan.




[1] Sebuah kamus menjelaskan: تاج العروس - (ج 1 / ص 3429)
 القِنْطَارُ : مائةُ مثْقَالٍ المِثْقَالُ عشْرُون قِيرَاطاً
Artinya: Satu qinthar ialah 100 mitsqal. Satu mitsqal ialah 20 qirath.

[2] Di masa kejayaan Islam, Bukhari pernah mondok di kota ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar