Ketika Umar akan melewati lembah menuju Baitul-Maqdis; sejumlah Muslimiin berbusana sutra dibaj datang menghadap. Busana mewah itu, mereka dapatkan dari rampasan Perang Yarmuk. Umar perintah agar mereka dilempar dengan pasir dan agar busana mereka dirobek.
Setelah
semua busana mewah itu dirobek, Umar melanjutkan perjalanan ke Baitul-Maqdis.
Umar
meneriakkan, “Allahu Akbar,”
ketika menyaksikan Baitul-Maqdis makin dekat. Lalu berdoa, “Ya
Allah, berilah kami Kemenangan dengan
cara yang mudah. Dan berilah kami Kekuatan Dahsyat yang mempermudahkan segala
urusan.”
Lalu
dia berjalan lagi dan ditemui beberapa rombongan berjumlah cukup banyak.
Umar
berjalan terus hingga
mendekati tenda Abu Ubaidah. Tenda yang dipersiapkan untuk Umar, tidak diberi
alas.
Umar
duduk di atas tanah untuk istirahat sebentar, lalu shalat 4 rakaat. Pasukan
Muslimiin sekitar 35.000 menyambut kedatangannya dengan gegap-gempita.
Kebanyakan mereka meneriakkan tahlil dan takbir, hingga suara menggemuruh
seakan-akan memenuhi bumi.
Penguasa
Baitul-Maqdis ketakutan ketika
mendengarkan tahlil dan takbir menggelegar seakan-akan membelah langit. Dia dan
pengawalnya bergegas mendekati benteng Baitul-Maqdis.
Seorang lelaki di atas benteng berteriak, “Hai kaum Arab! Kenapa kalian ribut?” dengan bahasa Arab.
Seorang lelaki di atas benteng berteriak, “Hai kaum Arab! Kenapa kalian ribut?” dengan bahasa Arab.
Beberapa
Muslimiin di luar benteng berteriak, “Amirul Mukminiin Umar, telah
datang kemari. Kami riuh karena terlalu bahagia.”
Lelaki
itu turun untuk melaporkan pada pimpinannya.
Sang bathriq petinggi kaum Baitul-Maqdis dalam urusan agama, menundukkan wajah dan membisu dalam waktu lama.
Sang bathriq petinggi kaum Baitul-Maqdis dalam urusan agama, menundukkan wajah dan membisu dalam waktu lama.
Di
pagi yang indah itu, Umar mengimami shalat subuh.
Setelah usai, perintah pada Abu Ubaidah, “Ya Amir! Datang dan katakanlah pada mereka, 'saya telah datang!'.”
Setelah usai, perintah pada Abu Ubaidah, “Ya Amir! Datang dan katakanlah pada mereka, 'saya telah datang!'.”
Abu Ubaidah mendekati benteng dan berteriak, “Hai
penduduk ini negeri! Pimpinan kami Amirul Mukminiin telah datang kemari! Bagaimana tanggapan kalian?!.”
Pasukan
Baitul-Maqdis melaporkan pada tokoh
agama mereka yang sedang berada
di dalam biara. Bathriq itu terkejut mendengar laporan beberapa orangnya.
Dia
segera mengenakan busana sederhana untuk keluar menemui Umar. Para rahib, ulama
Nashrani, dan para usquf
(asaqifah/الأساقِفَةُ)
mengiringi perjalanannya.
Salib paling keramat yang tidak pernah
dikeluarkan kecuali pada perayaan besar, dikeluarkan untuk dibawa. Bathriq agung yang mengurusi keagamaan itu didampingi Bathaliq (الباطليق) penguasa tertingggi Baitul-Maqdis yang mengurusi
pemerintahan.
Bathaliq berkata, “Wahai Bapa,
jika kau tahu betul pada dia, silahkan pintu gerbang kau bukakan. Namun jika dia bukan orang yang kau
maksud, jangan sekali-kali dibukakan. Kami akan memerangi mereka mati-matian” padanya.
Bathriq
menjawab, “Akan saya cek dengan seksama.”
Bathriq
didampingi oleh Bathaliq dikawal oleh arak-arakan pasukan sangat panjang,
berjalan menuju benteng. Di atas benteng, Bathriq didampingi oleh Bathaliq, dinaungi Salib paling keramat.
Pada
Abu Ubaidah yang di luar benteng, Bathriq berteriak, “Apa maumu!?.”
Abu
Ubaidah berteriak, “Inilah Amirul Mukminiin Baginda Umar pimpinan
tertinggi kami. Mohonlah agar baginda menjamin
kalian aman dengan syarat kalian membayar pajak!.”
Bathriq
berteriak, “Kalau betul dia Umar, mintalah agar beliau mendekat kemari! Akan
saya amati apakah benar beliau Umar. Jangan ada yang menemani beliau, agar kami
bisa mengamati beliau! Kalau beliau betul seperti yang kami baca di dalam
Injil, kami akan turun untuk memohon aman dan akan menyerahkan pajak pada beliau. Namun jika beliau bukan
Umar, kami justru akan mengamuk pada kalian.”
In syaa Allah bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar