Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2016/03/29

Sapaan Nabi Membuat Khowat Sungkan







Khawat bin Jubair Al-Anshori veteran Perang Badar yang dianugerahi usia 74 tahun. [1] Melalui Hadits Atthobaroni, beliau berkisah, “Saya pernah ikut rombongan Rasulillah SAW, singgah di Marrizzhoron. Setelah saya keluar dari tenda, ternyata ada sejumlah wanita sedang berbincang-bincang. Saya masuk lagi, untuk mengambil pakaian dari wadah. Setelah mengenakan pakaian Hullah (Setelan), saya keluar dari tenda, dan duduk di dekat mereka.
Rasulullah SAW keluar dari tenda dan bersabda pada saya ‘hai Ayah Abdillah, apa yang mendorong kau duduk bersama mereka ?’
Begitu melihat Rasulillah SAW, saya sungkan dan bingung. Dan menjawab ‘ya Rasulallah, unta saya lepas. Ketika saya mencari tali pengikat, unta kabur. Saya sedang mencari’.
Beliau meletakkan selendangnya untukku, lalu masuk ke semak-semak pohon Arok. Sepertinya saya melihat punggungnya putih. Setelah buang hajat, beliau berwudhu, dan datang dengan basah. Air di jenggotnya membasahi dadanya. Dan bertanya ‘ya Ayah Abdillah, bagaimana untamu yang lepas ?’.
Kami melanjutkan perjalanan. Tiap beliau bertemu saya, bertanya ‘Assalamu ‘alaika, ya Ayah Abdillah, bagaimana untamu yang lepas ?’.
Saya mendahului beliau, pulang ke Madinah, menjauhi Masjid, dan tidak menghadiri pengajian yang dipimpin oleh nabi SAW.
Setelah lama, saya datang ke Masjid yang kosong. Ketika saya shalat, Rasulillah SAW muncul mendadak dari kamarnya. Dan shalat dua rakaat di dalam Masjid. Saya memanjangkan shalat, dengan harapan beliau SAW meninggalkan saya.
Ternyata beliau bersabda ‘ya Ayah Abdillah, panjangkan shalatmu, terserah kau ! saya takkan berdiri hingga kau selesai shalat’.
Dalam hati, saya berkata ‘demi Allah, saya akan menyampaikan alasan pada beliau. Ingin membuat hatinya lega’.
Setelah beliau bersabda ‘Assalamu alaika, ya Ayah Abdillah, bagaimana untamu yang lepas itu ?’ Saya menjawab ‘demi yang mengutus kau dengan hak, unta itu belum pernah kabur, sejak saya Islam’.
Rasulillah SAW bersabda ‘semoga kau disayang oleh Allah’ 3 X. Dan tak pernah lagi mengulangi pertanyaannya.”  [2]




حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنْبَاعِ رَوْحُ بْنُ الْفَرَجِ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، قَالَ: «تُوُفِّيَ خَوَّاتُ بْنُ جُبَيْرٍ سَنَةَ أَرْبَعِينَ وَسِنُّهُ أَرْبَعٌ وَسَبْعُونَ».

4146 - حَدَّثَنَا الْهَيْثَمُ بْنُ خَالِدٍ الْمِصِّيصِيُّ، ثنا دَاوُدُ بْنُ مَنْصُورٍ الْقَاضِي، ثنا جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ، ح وَحَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ أَحْمَدُ بْنُ سَهْلٍ الْأَهْوَازِيُّ، ثنا الْجَرَّاحُ بْنُ مَخْلَدٍ، ثنا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ، ثنا أَبِي، قَالَ: سَمِعْتُ زَيْدَ بْنَ أَسْلَمَ، يُحَدِّثُ، أَنَّ خَوَّاتَ بْنَ جُبَيْرٍ، قَالَ: نَزَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ الظَّهْرَانِ، قَالَ: فَخَرَجْتُ مِنْ خِبَائِي فَإِذَا أَنَا بِنِسْوَةٍ يَتَحَدَّثْنَ، فَأَعْجَبْنَنِي، فَرَجَعْتُ فَاسْتَخْرَجْتُ عَيْبَتِي، فَاسْتَخْرَجْتُ مِنْهَا حُلَّةً فَلَبِسْتُهَا وَجِئْتُ فَجَلَسْتُ مَعَهُنَّ، وَخَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قُبَّتِهِ فَقَالَ: «أَبَا عَبْدِ اللهِ مَا يُجْلِسُكَ مَعَهُنَّ؟» ، فَلَمَّا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هِبْتُهُ واخْتَلَطْتُ، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ جَمَلٌ لِي شَرَدَ، فَأَنَا أَبْتَغِي لَهُ قَيْدًا فَمَضَى وَاتَّبَعْتُهُ، فَأَلْقَى إِلَيَّ رِدَاءَهُ وَدَخَلَ الْأَرَاكَ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى بَيَاضِ مَتْنِهِ فِي خَضِرَةِ الْأَرَاكِ، فَقَضَى حَاجَتَهُ وَتَوَضَّأَ، فَأَقْبَلَ وَالْمَاءُ يَسِيلُ مِنْ لِحْيَتِهِ عَلَى صَدْرِهِ - أَوْ قَالَ: يَقْطُرُ مِنْ لِحْيَتِهِ عَلَى صَدْرِهِ - فَقَالَ: «أَبَا عَبْدِ اللهِ مَا فَعَلَ شِرَادُ جَمَلِكَ؟» ، ثُمَّ ارْتَحَلْنَا فَجَعَلَ لَا يَلْحَقُنِي فِي الْمَسِيرِ إِلَّا قَالَ: «السَّلَامُ عَلَيْكَ أَبَا عَبْدِ اللهِ مَا فَعَلَ شِرَادُ ذَلِكَ الْجَمَلِ؟» ، فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ تَعَجَّلْتُ إِلَى الْمَدِينَةِ، واجْتَنَبْتُ الْمَسْجِدَ وَالْمُجَالَسَةَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا طَالَ ذَلِكَ تَحَيَّنْتُ سَاعَةَ خَلْوَةِ الْمَسْجِدِ، فَأَتَيْتُ الْمَسْجِدَ فَقُمْتُ أُصَلِّي، وَخَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ بَعْضِ حِجْرِهِ فَجْأَةً فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ وطَوَّلْتُ رَجَاءَ أَنْ يَذْهَبَ ويَدَعُنِي فَقَالَ: «طَوِّلْ أَبَا عَبْدِ اللهِ مَا شِئْتَ أَنْ تُطَوِّلَ فَلَسْتُ قَائِمًا حَتَّى تَنْصَرِفَ» ، فَقُلْتُ فِي نَفْسِي: وَاللهِ لَأَعْتَذِرَنَّ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ولَأُبْرِئْنَ صَدْرَهُ، فَلَمَّا قَالَ: «السَّلَامُ عَلَيْكَ أَبَا عَبْدِ اللهِ مَا فَعَلَ شِرَادُ ذَلِكَ الْجَمَلِ؟» فَقُلْتُ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا شَرَدَ ذَلِكَ الْجَمَلُ مُنْذُ أَسْلَمَ، فَقَالَ: «رَحِمَكَ اللهُ» ثَلَاثًا ثُمَّ لَمْ يُعِدْ لِشَيْءٍ مِمَّا كَانَ.

2016/03/19

Semoga Allah Melaknat Dengki


Semoga Allah Melaknat Dengki

Sebuah blok, menerbitkan pernyataan lelaki pedesaan, “Qootalalloohul Hasada maa a’dalah, bada a bi shoohibihii faqotalah” Artinya ‘semoga Allah melaknat dengki. Betapa Dia Maha Adil. Mengawali hukuman dengan cara mengkodar mati terbunuh, pada pendengki’. (Maksudnya, orang yang mendukung kejahatannnya juga diberi hukuman).
Penerjemah kurang yakin bahwa riwayat ini shohih. Tetapi menilai ajaran yang disampaikan bermanfaat :

بسم الله الرحمن الرحيم
Kalimat Pelajaran di atas, (“Qootalalloohul Hasada maa a’dalah, bada a bi shoohibihii faqotalah” ) disampaikan pada raja Islam terbesar sejagad, Khalifah Al-Mu’tashim Billah, oleh lelaki pedesaan, yang akhirnya menjadi Wazir (Wakil) sang Khalifah.
Sebuah hikayat (kisah) menjelaskan, “Lelaki pedesaan tersebut, masuk ke kerajaan Al-Mu’tasim. Dialah lelaki pedesaan yang akhirnya diangkat sebagai orang dekat Raja Al-Mu’tasim, yang sering diajak musawarah khusus.
Sebelum memiliki wazir (wakil) dia, Raja Al-Mu’tashim Billah memiliki wakil pendengki yang mendengki dia. Dalam hatinya, wakil raja berkata ‘dia telah disenangi oleh Amiirul-Mukminiin (raja), ini akan membuat saya tersingkir.
Wakil raja mendekati dan berhasil mengajak lelaki pedesaan, untuk berkunjung ke rumahnya. Bahkan dengan senang, dia membuatkan masakan yang diperbanyak bawang putihnya, untuk tamunya, yakni lelaki pedesaan. Untuk dimakar.
Setalah makan, tamunya dihasud ‘hati-hati jika berdekatan dengan Amiirul-Mukminiin ! Kalau beliau mencium aroma mulutmu, pasti benci. Beliau benci dengan aroma ini’.
Pada Amiirul-Mukminiin, wakilnya, datang untuk menghasud ‘ya Amiirul-Mukminiin, sungguh lelaki pedesaan itu telah menggunjing Baginda’. Dia berkata ‘aroma Amiirul-Mukminiin tidak sedap ! Dan Baginda juga pasti tak tahan jika mencium aroma dia !’.
Ketika masuk ke kerajaan Al-Mu’tashim, lelaki pedesaan itu berbicara dengan menutup mulutnya, dengan ujung lengan bajunya. Karena takut bila raja mencium aroma mulutnya yang berbau bawang.
Raja Al-Mu’tashim yakin bahwa laporan wakilnya benar (bau mulut lelaki pedesaan, tidak sedap). Maka raja menulis surat perintah ‘jika surat saya ini telah sampai, potonglah ! leher pembawa surat !’.
Surat diserahkan pada lelaki pedesaan, dengan pesan ‘berikan surat ini, pada fulan ! Sampaikan jawaban dia padaku !’.
Lelaki pedesaan segera melaksanakan perintah raja. Memberikan surat pada alamatnya.
Hati pendengki berkata ‘lelaki pedesaan itu mendapatkan harta banyak, padahal hanya taqlid (bodoh)’. Lalu bertanya ‘hai lelaki pedesaan, apa yang menyebabkan kau selamat, dari kesulitan yang mestinya menjerat kau ? Dan membuat Beliau memberi kau 1.000 dinar ?’.
Dia menjawab ‘engkau yang hebat, yang memutuskan perkara. Yang kau katakan, saya laksanakan’.
Pendengki minta ‘berikan surat itu pada saya !’.
Setelah diberi surat, pendengki memberikan 2.000 dinar. Dan membawa surat pada tujuan.
Setelah membaca surat perintah, pejabat kerajaan menebas tengkuk pendengki dengan pedang. (Melaksanakan isi perintah dalam surat)
Beberapa hari setelah itu, Amiirul-Mukminiin bertanya tentang wakilnya yang pendengki, dan tentang lelaki pedesaan. Dan dijawab ‘telah beberapa hari beliau tidak muncul, sedangkan lelaki pedesaan tinggal di kota.
Dengan heran, raja memanggil lelaki pedesaan. Dan bertanya mengenai Cara Menyelamatkan Diri dari tebasan pedang, secara lengkap. ‘Bukankah kau pernah mengatakan’ pada orang-orang ‘aroma raja tidak sedap ?’.
Dia menjawab ‘Ma’aadzallooh (Saya berlidung pada Allah), ya Amiiral-Mukminiin, saya tidak mungkin melakukan yang tidak tahu ilmunya’. Yang pasti itu makar pendengki’.
Dengan lengkap, dia kisahkan ketika didekati dan diajak ke rumah pendengaki. Lalu berkata ‘ya Amiral-Mukminiin, Allah telah melaknat dengki. Betapa Dia Adil. Telah membunuh pendengki hingga berhasil meninggal dunia’.”  [1]

Kenapa penulis menilai Hikayat atau Kisah ini bermanfaat. Karena ini sebagai gambaran bahwa manusia pada zaman sekarang juga demikian. Berebut mendekati raja atau penguasa, dengan dengki.

2016/03/15

Ya Waduudu






Meskipun nilai Hadits ini tidak shohih, tetap saya terjemahkan karena Hikmah yang terkandung bermanfaat. Sebagai pelajaran bahwa Menyebut Nama Allah, membuat Allah ridho, dan mengabulkan doa.

Dari Anas bin Malik, “Sungguh dulu, ada sahabat Rasulillah SAW dari Anshar, yang panggilannya Abu Muallaq. Dia pedagang yang menjalankan modal miliknya sendiri dan milik temannya. Di beberapa daerah. 
Dia sering berhaji dan mutawarik (hati-hati).
Ketika bepergian jauh, dia dihadang oleh perampok yang memanggul pedang. Dan diancam ‘letakkan harta yang kau bawa! Kau akan saya bunuh!’
Abu Muallaq bertanya ‘apa tujuanmu membunuh saya ? Ambil saja harta saya !’
Perampok menjawab ‘ini memang harta saya ! Tujuan awal saya memang jiwamu !’
Abu Muallaq berkata ‘kalau kau bersikeras, lepaskan ! Saya akan shalat dulu 4 rakaat’.
Dia berkata ‘silahkan shalat ! Terserah berapa rakat !’

Setalah wudhu, Abu Muallaq shalat 4 rakaat. Doa yang dibaca di sujud akhir ‘ya Waduud ya Dzal-‘Arsyil-Majiid, ya Fa’aalun limaa yuriid, as aluka bi ‘Izzikalladii laa yuroomu, wa MulkiKalladzii laa yudhoomu, wa bi NuuriKalladzii mala a arkkaani ArsyiKa an Takfiyanii syarro haadzalliish. Yaa Mughiitsu aghitsnii’  x 3."

Arabiknya  يا ودود ! يا ذا العرش المجيد ! يا فعَّال لما يريد ! أسألك بعزك الذي لا يرام ، وملكك الذي لا يضام ، وبنورك الذي ملأ أركان عرشك ، أن تكفيني شرَّ هذا اللص ، يا مغيث أغثني.

Artinya, “Ya yang Maha Cinta, ya Pemilik Singgasana Agung, ya yang sangat melakukan yang dikehendaki. Dengan :
1.     KedahsyatanMu yang takkan terraih (oleh makhluq).
2.     KerajaanMu yang (kokoh) takkan tergoyahkan.
3.     NurMu yang memenuhi sudut-sudut ArasyMu.
Hamba mohon padaMu, agar Kau cukupi hamba dari kejahatan perampok ini.”

Tiba-tiba dia melihat lelaki berkuda datang menghadap. Membawa tombak yang membujur di atas kepala kudanya.
Ketika perampok tahu keadaan, lelaki berkuda mendekat, menusuk dan membunuh. Lalu mendatangi dan perintah ‘berdirilah !’ pada lelaki yang barusan berdoa.
Lelaki itu menjawab ‘dengan ayah dan ibuku, siapakah kau ? Sungguh di hari ini, Allah menolong saya melalui kau’.
Pembawa tombak menjawab ‘saya malaikat penghuni langit empat. Kau telah membaca doa pertama kali, maka saya mendengar pintu-pintu langit berderit. Lalu kau membaca yang ke dua kali, dan saya mendengar penghuni langit menggemuruh’. Begitu kau membaca doa yang ke tiga kalinya, saya diperintah ‘ini doa orang sedih !’.
Saya memohon agar Allah menyerahkan pembunuhan perampok ini pada saya.

Anas bin Malik RA berkata ‘ketahuilah bahwa sungguh orang yang berwudhu dan shalat 4 rakaat. Lalu berdoa dengan doa ini, sedih atau tidak. Maka dikabulkan’.” [1]

Bahasan lengkap tentang Hadits ini, klik !




[1] عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال : ( كان رجل من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم من الأنصار يكنى ( أبا معلق ) ، وكان تاجراً يتجر بماله ولغيره يضرب به في الآفاق ، وكان ناسكا ورعا ، فخرج مرة فلقيه لص مقنع في السلاح ، فقال له : ضع ما معك فإني قاتلك ، قال : ما تريد إلى دمي ! شأنك بالمال ، فقال : أما المال فلي ، ولست أريد إلا دمك ، قال : أمَّا إذا أبيت فذرني أصلي أربع ركعات ؟ قال : صلِّ ما بدا لك ، قال : فتوضأ ثم صلَّى أربع ركعات ، فكان من دعائه في آخر سجدة أن قال : ( يا ودود ! يا ذا العرش المجيد ! يا فعَّال لما يريد ! أسألك بعزك الذي لا يرام ، وملكك الذي لا يضام ، وبنورك الذي ملأ أركان عرشك ، أن تكفيني شرَّ هذا اللص ، يا مغيث أغثني ! ثلاث مرار ) قال : دعا بها ثلاث مرات ، فإذا هو بفارس قد أقبل بيده حربة واضعها بين أذني فرسه ، فلما بصر به اللص أقبل نحوه فطعنه فقتله ، ثم أقبل إليه فقال : قم ، قال : من أنت بأبي أنت وأمي فقد أغاثني الله بك اليوم ؟ قال : أنا ملَكٌ من أهل السماء الرابعة ، دعوت بدعائك الأول فسمعت لأبواب السماء قعقعة ، ثم دعوت بدعائك الثاني فسمعت لأهل السماء ضجة ، ثم دعوت بدعائك الثالث فقيل لي : دعاء مكروب ، فسألت الله تعالى أن يوليني قتله . 
قال أنس رضي الله عنه : فاعلم أنه من توضأ وصلى أربع ركعات ودعا بهذا الدعاء استجيب له مكروباً كان أو غير مكروب ).

2016/03/12

Hadits Bani Israil (Israiliyat)




Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Ceritakan (Hadits Israiliyat) dari Bani Israil ! Tidak berdosa.” [1]

Dalam Ma’alimussunan, dijelaskan, “Makna Hadits di atas bukan berarti:
1.     Memperbolehkan bohong di dalam menjelaskan berita-berita dari Bani Israil (Hadits Israiliyat).
2.     Menyatakan ‘Gugur Dosanya’, pada orang yang menukil kebohongan  (Hadits Israiliyat) dari mereka.
Tetapi memperbolehkan menceritakan Hadits (Israiliyat) dari mereka. Sekedar menyampaikan, meskipun keshahihan berita tersebut, tidak mungkin tercapai dengan kemanqulan berisnad. Karena perintah pemberitaan tersebut, (ta’adzzarra / تعذر) dimaafkan. Karena :
1.     Jauhnya jarak.
2.     Jauhnya waktu.
3.     Dan terbentangnya zaman Fatroh sebelum zaman Kenabian.
Hadits di atas merupakan dalil bahwa Hadits Nabi SAW, tidak boleh disampaikan kecuali dengan kemanqulan berisnad, dan dipastikan shahih.” [2]




3662 - حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «حَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ»
__________
[حكم الألباني] : صحيح.


ليس معناه إباحة الكذب في أخبار بني إسرائيل ورفع الحرج عمن نقل عنهم الكذب، ولكن معناه الرخصة في الحديث عنهم على معنى البلاغ وإن لم يتحقق صحة ذلك بنقل الإسناد، وذلك لأنه أمر قد تعذر في اخبارهم لبعد المسافة وطول المدة ووقوع الفترة بين زماني النبوة وفيه دليل على أن الحديث لا يجوز عن النبي صلى الله عليه وسلم إلاّ بنقل الإسناد والتثبت فيه.

Belatung Buta Bertasbih




Diriwayatkan, “Sungguh suatu hari, Sulaiman AS duduk di pinggir laut. Tiba-tiba dia melihat semut membawa sebulir gandum dengan mulutnya. Setelah sampai laut, seekor kura-kura (katak) muncul dari air, membuka mulutnya. Kura-kura (Katak) yang mulutnya dimasuki oleh semut, segera menyelam ke dalam air yang dalam.  
Melihat kejadian tersebut, Sulaiman AS takjub, hingga fikirannya tenggelam di dalam lautan fikiran (tepekur). Tiba-tiba kura-kura (katak) muncul lagi, dengan membuka mulut. Semut keluar dari mulutnya, namun bulir gandum yang dibawa telah hilang. Sulaiman AS mencari dan bertanya mengenai bulir gandum yang hilang. Dan dijawab ‘ya Nabiyalloh, sungguh di dasar laut, ada batu berlobang yang di dalamnya ada belatung buta. Allah yang telah menciptakan dia, perintah agar saya memberi makanan. Allah juga perintah agar kura-kura (katak) mengambil dan membawa saya melalui mulutnya. Dia membawa saya menuju lobang batu tersebut. Lalu membuka mulut agar saya keluar memberikan makanan. Kura-kura (katak) membuka mulut, agar saya masuk. Lalu saya disampaikan ke daratan’.
(Dengan heran) Sulaiman AS bertanya ‘apa kau mendengar ucapan tasbihnya ?’.
Semut menjawab ‘betul’. Dia bertasbih ‘yaa man laa yansaanii fii jaufi haadzihisshokhroh, tahta haadzihillujjah, laa tansa ‘IbaadaKa Al-Mukminiina bi RohmatiKa, yaa Arhamarroohimiiin’.”

Arabiknya يا من لا ينساني في جوف هذه الصخرة تحت هذه اللجة لا تنس عبادك المؤمنين برحمتك يا أرحم الراحمين.
Artinya, “Wahai yang tidak pernah melupakan saya yang di dalam lobang batu, di dasar lautan yang dalam ini, jangan lupa merahmati Hamba-HambaMu Al-Mukminiin, wahai yang melebih sayang kaum Penyayang.” [1]





[1] روي أن سليمان بن داود عليه السلام جلس يوماً على ساحل البحر فرأى نملة في فمها حبة حنطة تذهب الى البحر فلما بلغت اليه خرجت من الماء سلحفاة و فتحت فاها فدخلت فيه النملة و دخلت السلحفاة الماء و غاصت فيه فتعجب سليمان من ذلك و غرق في بحر من التفكر حتى خرجت السلحفاة من البحر بعد مدة و فتحت فاها وخرجت النملة من فيها و لم يكن الحنطة معها فطلبها سليمان و سألها عن ذلك
فقالت:يا نبي الله ان في قعر هذا البحر حجراً مجوفاً و فيه دودة عمياء خلقها الله تعالى فيه و أمرني بايصال رزقها و أمر السلحفاة بأن تأخذني و تحملني في فيها الى أن تبلغني الى ثقب الحجر فاذا بلغته تفتح فاها فأخرج منه وأدخل الحجر حتى أوصل اليها رزقها ثم أرجع فأدخل في فيها فتوصلني الى البر فقال سليمان: سمعت عنها تسبيحاً قط؟ قالت: نعم تقول يا من لا ينساني في جوف هذه الصخرة تحت هذه اللجة لا تنس عبادك المؤمنين برحمتك يا أرحم الراحمين.
(http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=72020).

2016/03/05

Ali Imran 65 – 67




{ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ إِلَّا مِنْ بَعْدِهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (65) هَا أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (66) مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (67)} [آل عمران: 65 - 67].

Artinya:
Hai ahli kitab ! Kenapa kalian berhujah mengenai Ibrahim ? Padahal Taurat dan Injil, tidak diturunkan kecuali setelahnya ? Apa kalian tidak mempergunakan akal ? [65].

Ibnu Katsir menjelaskan, “Allah Taala mengingkari kaum Yahudi dan Nashrani. Mereka berdebat tentang Ibrahim. Setiap golongan mengaku ‘Ibrahim golongan mereka’
Muhammad bin Ishaq bin Yasar menjelaskan :
Kaum Najran dan ulama Yahudi berkumpul di sisi Rasulilah SAW. Mereka berdebat di sisinya. Ulama Yahudi berkata ‘Ibrahim dipastikan sebagai orang Yahudi’. Kaum Nashrani berkata ‘Ibrahim dipastikan sebagai Nashrani. Maka Allah Taala menurunkan Firman :
Hai ahli kitab ! Kenapa kalian berhujah mengenai Ibrahim ? Padahal Taurat dan Injil, tidak diturunkan kecuali setelahnya ? Apa kalian tidak mempergunakan akal ?’.
Maksudnya, bagaimana mungkin kalian menuduh dia Yahudi ? hai kaum Yahudi ? padahal dia hidup pada zaman sebelum Allah menurunkan Taurat pada Musa AS ? Bagaimana mungkin kalian kaum Nashrani menuduh dia Nashrani ? padahal agama Nashrani ada, setelah dia AS dalam waktu lama ? oleh karena itu Allah berfirman ‘Afalaa ta’qiluun ?’.” [1]

Hai kalian ! Hai mereka ini ! Kalian telah berhujah mengenai yang kalian memiliki ilmunya. Namun kenapa kalian menyampaikan hujah yang kalian tidak memiliki ilmunya ? Allah tahu ; kalian tidak tahu. [56].

Konon Ibrahim bukan Yahudi dan bukan Nashrani, tetapi telah konon dia AS sebagai orang yang condong Muslim. Konon tidak tergolong kaum Musyrik. [67]

In syaa Allah bersambung.




يُنْكِرُ تَعَالَى عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى فِي مُحَاجَّتِهِمْ فِي إِبْرَاهِيمَ الْخَلِيلِ، وَدَعْوَى كُلِّ طَائِفَةٍ مِنْهُمْ أَنَّهُ كَانَ مِنْهُمْ، كَمَا قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ يَسَارٍ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي مُحَمَّدٍ مَوْلَى زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ، حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ أَوْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عباس قال: اجْتَمَعَتْ نَصَارَى نَجْرَانَ وَأَحْبَارُ يَهُودَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَتَنَازَعُوا عِنْدَهُ، فَقَالَتِ الْأَحْبَارُ: مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ إِلَّا يَهُودِيًّا. وَقَالَتِ النَّصَارَى مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ إِلَّا نَصْرَانِيًّا. فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ [وَمَا أُنزلَتِ التَّوْرَاةُ وَالإنْجِيلُ إِلا مِنْ بَعْدِهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ] } أَيْ: كَيْفَ تَدّعُون، أَيُّهَا الْيَهُودُ، أَنَّهُ كَانَ يَهُودِيًّا، وَقَدْ كَانَ زَمَنُهُ قَبْلَ أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ التَّوْرَاةَ عَلَى مُوسَى، وَكَيْفَ تَدّعُون، أَيُّهَا النَّصَارَى، أَنَّهُ كَانَ نَصْرَانِيًّا، وَإِنَّمَا حَدَثَتِ النَّصْرَانِيَّةُ بَعْدَ زَمَنِهِ بِدَهْرٍ. وَلِهَذَا قَالَ: {أَفَلا تَعْقِلُونَ}.