Berdirinya
Kerajaan Israil merupakan Cerita Islami yang dikisahkan oleh Allah, di dalam
KitabNya. Dalam kisah tersebut terdapat pelajaran beberapa bab:
1.
Wajib
iman pada Nabi Allah.
2.
Pernyataan
menarik karena berambisi.
3.
Maha
Pandai tentang kaum Aniaya.
4.
Tanya
jawab nabi dan kaum.
5.
Pelajaran
tentang Allah.
6.
Mukjiat
(Tanda kenabian) Syamwil AS.
7.
Sentuh
Mesra Allah untuk Nabi Muhammad SAW.
8.
Wajib
taat pimpinan.
9.
Rukun,
kompak, dan kerjasama.
10.
Pernyataan
kaum Khusuk.
11.
Doa
Minta Dituangi Semangat.
12.
Empat
besar karena doa.
13.
Hukum
Allah untuk melindungi dunia.
14.
Sentuhan
Mesra dan Pernyataan Allah.
Bab 1, 2, dan 3
Wajib Iman pada Nabi SAW
Pernyataan menarik karena berambisi
Maha Pandai tentang Kaum Aniaya
(Kepada
Nabi Muhammad SAW,) Allah berfirman, “Apa kau belum memperhatikan pada
tokoh-tokoh dari Bani Israil, setelah Musa AS? Ketika itu pada nabi mereka,
mereka berkata ‘utuslah! Seorang raja untuk kami! Kami akan berperang di Jalan
Allah!’.”
Arah
Pertanyaan dan Keterangan Allah, agar Nabi Muhammad SAW bersabar atas kekufuran
umatnya. Meskipun mereka wajib beriman pada Nabi Allah SAW. Kisah mereka minta,
“Utuslah!’ Seorang raja untuk kami! Kami akan berperang di Jalan Allah!” Pada
nabi mereka, adalah berita bahwa awalnya, mereka ragu-ragu dengan kenabian
Nabi Syamwil AS.
Nabi
AS bersabda, “Bukankan kalian telah menginginkan tidak berperang? Jika
perang telah diwajibkan atas kalian?.”
(Karena berambisi duniawai), jawaban mereka (menarik), “Bagaimana mungkin ‘kami tidak akan
berperang?’ Padahal sungguh kami telah diusir dari kampung-kampung dan
anak-anak kami?.”
Namun
ketika perang telah diwajibkan atas mereka, mereka berpaling kecuali
sangat sedikit. Allah Maha Pandai mengenai kaum Aniaya. [1]
Dalam
Irsyadul-Aqli, Abus Su’ud menjelaskan jawaban mereka :
“Bagaimana
mungkin kami tidak berperang di Jalan Allah? Padahal yang mewajibkan agar kami
berperang, telah datang? :
1.
Kami diusir dari kampung-kampung dan kota-kota.
2.
Kami diasingkan dari keluarga dan anak-anak.”
Dengan sengaja,
mereka menyebutkan “Anak-anak kami” sebagai alasan penyebab mereka akan Perang
Sabilillah kuat. Itu karena Jalut pimpinan dan raja kaum Amaliqah, tinggal
di pantai Laut Romawi. Di antara Mesir dan Palestin. Telah menaklukan Bani
Israil, bahkan telah merampas kampung-kampung dan menahan anak-anak tokoh,
berjumlah 400 orang.” [2]
Bab 4 dan 5
Tanya Jawab Kaum dan Nabi
Pelajaran Tentang Allah
Pada
mereka, nabi mereka AS bersabda, “Sungguh Allah telah mengutus Thalut (Syawul) sebagai
Raja (Pimpinan) untuk kalian.”
Mereka
berkata, “Bagaimana mungkin kerajaan (kepemimpinan) diserahkan dia, atas kami?
Padahal kami lebih berhak menjadi raja daripada dia? Lagian dia tidak diberi
keluasan harta?.”
Nabi
SAW bersabda, “Sungguh Allah telah telah memilih dia atas kalian. Dan telah
memberi tambahan ilmu dan fisik, padanya. Allah Maha Luas (PemberianNya) Maha
Alim.” [3]
Bab 6
Mukjiat (Tanda kenabian) Syamwil AS
Tafsir
Firman Allah yang artinya, “Pada mereka, nabi mereka AS bersabda ‘sungguh tanda
kerajaannya, peti yang di dalamnya ada 1), Ketenangan dari Tuhan kalian, 2),
sisa dari peninggalan keluarga Musa, dan keluarga Harun AS, akan datang
pada kalian. Dibawa oleh para malaikat.”
Mengenai
itu, (hai Muhammad atau Syamwil) merupakan Mukjiat untuk kalian, jika kalian (dua
kaum) telah beriman: [4]
Diriwayatkan,
“Sungguh mereka bertanya ‘apa tanda Thalut sebagai Raja ?’
Dia
bersabda ‘tanda rajanya akan datang peti pada kalian’.
Peti
yang di dalam Al-Qur’an ditulis ‘Attaabuut’ adalah ‘Asshonduuq’ se-wazan (semodel) dengan (lafal) ‘Fa’luut.’
Asal lafal ‘Attaabuut’ dari ‘Attaub’ yang artinya kembali.
Karena tak henti-henti, yang dikeluarkan darinya, maka kembali lagi.
Hurufnya ‘ta’ di akhir lafal ‘Attaabuut’ sebagai tambahan, bukan
untuk menyatakan perempuan. Seperti lafal ‘malakuut’ dan ‘rahabuut’.
Pengertian yang masyhur, huruf ‘ta’ tersebut dibiarkan, tidak boleh
dirubah menjadi ‘ha’. Namun sebagian orang, ada yang merubah menjadi ‘ha’.
Yang dimaksud peti tersebut wadah kitab Taurat. Sungguh setelah Musa AS
wafat, Allah azza wajalla mengangkat peti itu, karena murka atas Bani
Israil. Tepatnya ketika mereka telah maksiat dan melakukan pelanggaran.
Ketika
mereka minta bukti kuat bahwa Thalut adalah raja (pimpinan), nabi
mereka AS menjawab, “Tanda kerajaannya, peti dari langit akan datang pada
kalian. Dijaga oleh sejumlah malaikat.”
‘Ternyata
peti benar-benar datang seperti penjelasannya. Disaksikan oleh kaum, hingga
turun di sisi Thalut’. Terang Ibnu Abbas RA. [5]
Tafsir
kalimat, “Inna fii dzaalika (إِنَّ فِى ذَلِكَ).”
Dalam Irsyadul-Aqli,
Abus Su’ud menulis, “Inna fii dzaalika (Sungguh mengenai itu), adalah
isarah yang tertuju pada penjelasan tentang peti. Ini merupakan
kesempurnaan penjelasan Nabi (Syamwil) AS pada kaumnya, atau kesempurnaan nukilan
dan penjelasan kisah tersebut. Ini merupakan Permulaan Penjelasan dari Allah Taala.
Kalimat ini dihadirkan untuk menyempurnakan kisah. Sebagai pertanda nyata Pertolongan
(Allah) pada nabi SAW. Penentuan pelaku tunggal pada huruf Khithob (‘ka’)
yang diajak berbicara), padahal yang diajak berbicara dua arah, karena dua
perkiraan :
1.
Untuk menjelaskan
golongan.
2.
Atau untuk
menjelaskan selain itu. Sebagaimana penjelasan yang telah lalu.” [6]
Ada yang menjalaskan, “Huruf ‘ka’
dalam lafal ‘dzaalika’ semacam isarah Sentuhan Mesra Allah pada Nabi
Muhammad SAW.”
Kalau huruf ‘ka’ dalam
lafal ‘dzaalika’ bukan untuk menyentuh perhatian Nabi Muhammad SAW,
tentu lafalnya “Dzaalikum.”
Semoga Cerita Islami Syamwil dan Thalut selanjutnya,
lebih bermanfaat. Alloohumma aamiiiin. Bianna laKal-Hamd.
[1] {أَلَمْ
تَرَ إِلَى الْمَلَإِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ
لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ هَلْ
عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلَّا تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَا
لَنَا أَلَّا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا
وَأَبْنَائِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلَّا قَلِيلًا
مِنْهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ} [البقرة: 246].
وَمَا
لَنَا أَلاَّ نقاتل أي أيُّ سبب لنا في أَن لا نقاتل فِى سَبِيلِ الله وَقَدْ
أُخْرِجْنَا مِن ديارنا وَأَبْنَائِنَا أي والحال أنه قد عَرَض لنا ما يوجب
القتالَ إيجاباً قوياً من الإخراج عن الديار والأوطان والاغترابِ من الأهل والأولاد
وإفرادُ الأبناء بالذكر لمزيد تقوية أسبابِ القتال وذلك أن جالوت رأسَ العمالقةِ
وملكهم وهو جبارٌ من أولاد عمليق بن عاد كان هُو ومَنْ مَعَهُ من العمالقة يسكنون
ساحلَ بحرِ الرومِ بين مصر وفلسطين وظهروا على بني إسرائيلَ وأخذوا ديارَهم
وسبَوْا أولادهم وأسرُوا من أبناء ملوكهم أربعمائة.
[3] {وَقَالَ
لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا
أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ
وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ
وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ
يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ} [البقرة: 247].
[4] {وَقَالَ
لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ
سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ
تَحْمِلُهُ الْمَلَائِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ
مُؤْمِنِينَ} [البقرة: 248].
رُوي أنهم قالوا ما آية ملكة فقال إن آية ملكِه
أن يأتيكم التابوت أي الصُندوقُ وهو فَعْلوتٌ من التَّوْب الذي هو الرجوعُ لما أنه
لا يزال يرجِعُ إليه ما يخرُج منه وتاؤه مزيدةٌ لغير التأنيث كمَلَكوت ورَهَبوت
والمشهورُ أن يوقف على تائه من غير أن تُقلبَ هاءً ومنهم من يقلِبُها إياها
والمراد به صُندوقُ التوراةِ وكان قد رفعه الله عزَّ وجلَّ بعدَ وفاةِ موسى عليه
السلام سُخطاً على بني إسرائيلَ لما عَصَوا واعتدَوْا فلما طلب القوم من نبيهم
آيةً تدل على مُلك طالوتَ قال لهم إن آية ملكِه أن يأتيَكم التابوتُ من السماءِ
والملائكةُ يحفَظونه فأتاهم كما وصف والقومُ ينظرون إليه حتى نزل عند طالوتَ وهَذا
قولُ ابنِ عباسٍ رضي الله عنهما.
{إِنَّ
فِى ذَلِكَ} إشارةٌ إلى ما ذكر من شأن التابوت فهو من تمام كلامِ النبي عليه
السلام لقومه أو إلى نَقلِ القصة وحكايتها فهو ابتداءُ كلامٍ من جهة الله تعالى
جيءَ به قبل تمامِ القصةِ إظهاراً لكمال العنايةِ به وإفرادُ حرفِ الخطاب مع
تعدُّد المخاطَبين على التقديرين بتأويل الفريق أو غيرِه كما سلف.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar