Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

2015/07/09

Cerita Islami Jin Hutan Mulya Abadi





Entah tahun berapa saya lupa. Yang pasti di depan ribuan jamaah, penasehat Kataman Hadits Sunan Abi Dawud atau Tirmidzi, menjelaskan, “Laa Islaama illaa bil-jama’ah, diriwayatkan dalam Hadits Al-Khoroithi.”  Menurut KH Nurasnawi dan Ustadz Abdul-Mannan Abu Muslim, “Di Makkah, KH Nurhasan telah berguru tentang kitab itu, degan munawalah.”
Dalam kitab tersebut dijelaskan Cerita Islami, “Amer bin Madikarib bertemu jin di hutan belantara.”

Seorang lelaki berkata pada Assyabi, “Saya pernah duduk di sisi Umar bin Al-Khottob RA, yang saat itu, di pertengahan para sahabat nabi SAW. Mereka membicarakan ‘Keutamaan Al-Qur’an’. Ada yang berkata ‘akhir dari Surat Annahl’.
Ada yang berkata ‘Surat Yaasiin’.
Ali RA menimpal ‘bagaimana menurut kalian, mengenai Ayat Kursi? Untaiannya terdiri dari 70 lafal. Tiap lafalnya barokah!’.
Di antara mereka, ada Amer bin Madikarib. Dia diam tidak menjawab. Tiba-tiba bertanya ‘bagaimana menurut kalian? Keutamaan Bismillahir Rohmaanir Rohiim?’.
Umar RA perintah ‘hai Abatssaur! Ceritakan pada kami, keutamaannya!’.
Amer berkisah ‘ketika masih di dalam kehidupan Jahiliyah, saya pernah menderita kelaparan. Saya mengendarai kuda menuju hutan. Ternyata yang saya dapatkan hanya telor burung unta’.
Saya meneruskan perjalanan. Tiba-tiba saya melihat rumah yang di dalamnya ada lelaki Arab tua, menyanding gadis yang kecantikannya menyilaukan, bagai matahari terbit. Di sisinya terdapat rampasan perang berjumlah banyak. Saya bergumam ‘kalian akan saya ringkus! Hai keparat!’.
Dia mengangkat wajah untuk memandang saya, dan berkata ‘hai pemuda! Kalau menginginkan beberapa kebaikan, datanglah kemari! Jika memerlukan pertolongan, akan saya tolong!’.
Saya menjawab ‘kau akan saya tangkap! Keparat!’.
Dia menjawab ‘kami telah menawarkan agar kau singgah kemari, sebagai penghormatan. Namun kau justru tidak menanggapi dengan baik, bodoh! Kau seperti para penjahat! Datang kemari dengan brutal! Tidak seperti yang saya harapkan! Telor yang kau ambil harus diganti urat leher!’.
Dia bergerak cepat untuk melawan saya. Lisannya berdoa ‘Bismillahir Rohmanir Rohiim’. Tahu-tahu saya sudah dirobohkan dan ditindih dibawahnya. Dia bertanya ‘kau dibunuh atau dilepaskan?’.
Saya memohon ‘lepaskan saya’.
Saya dilepaskan. Sejenak kemudian, saya mengancam ‘kau akan saya ringkus! Keparat!’.
Dia berkata ‘dan berdoa Bismillahir Rohman, saya telah beruntung, di sana. Dengan Arrohiim, kami telah menang. Kekuatan orang perkasa takkan berarti, jika kami telah maju menyerang’.
Dengan gerak cepat, dia melumpuhkan, hingga saya ditindih dibawahnya. Dan bertanya ‘sebaiknya kau dibebaskan atau dibunuh?’.
Saya memohon ‘lepaskan saya’.
Setelah dilepaskan, saya menjauh. Saya berkata pada diri saya ‘hai Amer! Masyak kau ditaklukkan oleh orang tua bangka? Demi Allah, lebih baik mati daripada kalah!’.
Saya datang lagi untuk membentak ‘kau akan saya ringkus! Keparat!’.
Dia menyerang saya, sambil membaca ‘Bismillahir Rohmaanir Rohiim’. 
Saya benar-benar dilumpuhkan. Dalam waktu cepat, saya ditindih di bawahnya.
Dia bertanya ‘sebaiknya kau dibunuh apa dilepaskan?’.
Saya menjawab ‘lepaskan saya’.
Saya terkejut oleh teriakannya ‘hai pelayan! Kenapa di situ? Beri saya golok!’.
Pelayan wanita cantik sekali itu datang, membawakan golok. Golok diterima untuk dipergunakan menggundul jambul saya. Dan sudah menjadi adat bagi kaum Arab, taklukan yang telah dicukur jambulnya, berarti telah dijadikan budaknya
Sebagai budak, saya melayani dia, dalam waktu cukup lama.
Dia memanggil saya ‘hai Amer! Saya ingin, kau ikut saya pergi menuju hutan!’ Saya sudah tidak mengkhawatirkan kejahatanmu lagi. Karena saya punya doa andalan ‘Bismillaahir Rohmaanir Rohiim’.
Kami pergi ke hutan berduaan. Di jurang yang lebat, sepi, gelap, dan mengerikan, kami berhenti. Dia berteriak sekuat tenaga ‘Bismillahir Rohmaanir Rohiim!’. Aneh sekali, semua burung berjumlah sangat banyak, terbang meninggalkan sarang.
Dia berteriak lagi ‘Bismillahir Rohmaanir Rohiim!’. Tiba-tiba semua binatang buas lari meninggalkan tempat istirahat mereka.
Teriakan ketiga ‘Bismillahir Rohmaanir Rohiim!’ Membuat saya makin terperanjat, ada orang Habasyi besar, setingi pohon kurma menjulang, muncul dari arah jurang.
Tuanku yang tua memanggil saya ‘hai Amer!’ Jika saya nanti akan bertempur, katakan ‘majikan saya akan mengalahkan’ karena Bismillahir Rohmaanir Rohiim!’.

Ketika tuan saya akan bertempur melawan lelaki raksasa, saya berkata ‘dia akan dikalahkan oleh majikan saya, karena dua Tuhan Lata dan Uza’. Ternyata majikan saya tak mampu menyerang. Maka majikan mendekati saya untuk menegur ‘saya tahu pasti kau telah menyelisihi perintah saya!’.
Dengan terkejut, saya menjawab ‘betul, saya berjanji takkan mengulangi’.
Dia perintah ‘jika kau melihat saya akan bertempur’, katakan ‘dia akan dikalahkan’ oleh majikan saya dengan ‘Bismillahir Rohmaanir Rohiim!’.
Saya menjawab ‘ya’.
Setelah majikan saya hampir berkelahi, saya berkata ‘dia akan dikalahkan’ oleh majikan saya dengan ‘Bismillahir Rohmaanir Rohiim!’.
Dalam waktu cepat, raksasa dari Habasyi dirobohkan dan ditindih oleh majikan saya. Parang majikan ditebaskan untuk merobek pertutnya. Isi perutnya berbentuk seperti periuk hitam, dikeluarkan.
Majikan saya berkata ‘hai Amer! Inilah barang curiannya. Kau tahu pelayan cantik itu?’.
Saya menjawab ‘nggak’.
Dia menjelaskan ‘dia bernama Fariah bintus Salil Al-Jarhami, jin wanita pilihan. Kaum raksasa dari Habasyi yang telah tewas di sini, para putra pamannya yang memerangi saya. Tiap tahun datang seorang pamannya, memerangi saya. Namun saya diberi kemenangan berkat ‘Bismillahir Rohmaanir Rohiim!’ Kau telah menyaksikan raksasa dari Habasyi ini saya kalahkan. Kini saya benar-benar lapar. Carikan makanan untuk saya!’.
Saya segera memacu kuda ke tengah hutan, untuk mencari makanan. Ternyata yang saya dapatkan hanya telor burung unta. Setelah saya kembali untuk memberikan telor tersebut, ternyata majikan saya sedang tidur nyenyak. Saya terperanjat saat melihat benda panjang di dekat kepalanya. Setelah saya ambil, ternyata golok lebarnya sejengkal, panjangnya tujuh jengkal. Sekuat tenaga, golok saya tebaskan agar betisnya patah. Betis satunya juga saya patahkan. Dua telapak kakinya juga saya putuskan. 
Dengan kesulitan dia berusaha duduk. Dan berkata ‘semoga kau dilaknat oleh Allah! Kau jahat! Tidak berterimakasih!’.

Umar RA menyela ‘lalu kau apakan?!’.
Saya menjawab ‘tangan dan kakinya saya potong-potong dengan pedang saya. Dengan syok, dia membaca syair:
Kau telah mendapat saudara Islam karena kejahatan
Untuk meneguk kenikmatan
Yang belum pernah dilakukan
Oleh bangsa Arobiyan
Bahkan demi kesopanan
Kaum non Arab pun tak ada yang mau melakukan
Kau celaka karena telah melakukan
Memotongi tangan dan kaki majikan
Saya heran kenapa kau tak jadi kusiksa
Apa yang kau amalkan setelah berdosa
Majikan telah mengampuni kau yang bermoral bejat
Saat itu kau takluk hampir sakarat
Kalau saat itu aku mau menindak atas dosa yang kau lakukan
Niscaya keadilan dan kebaikanku justru membelai kau
Tapi kau justru menyerang orang berjasa pada kau!’

Umar RA berdiri untuk bertanya ‘lalu bagaimana pelayan cantik tersebut?’.
Saya menjawab ‘saya pergi ke rumahnya untuk menangkap dia’. Begitu melihat saya, dia bertanya ‘kenapa Syaikh tidak pulang bersama kau?’.
Saya menjawab ‘telah dibunuh oleh raksasa dari Habasyi’.
Dia membentak ‘kau bohong! Pasti kau yang telah membunuh, kau jahat!’.
Dengan menangis, si cantik membaca syair:
Airmata mengalir karna pahlawan berkuda perkasa wafat
Tangisan pilu lama karna kau jahat
Segera menangislah! Karena kau rugi oleh waktu
Ya Amru
Aku sedih karena waktu
Allah masih memberi kesempatan kau
Karena kodar kau masih hidup
Kalau beliau tidak kau tewaskan
Mungkin kau membunuh singa jantan

Syair yang dibaca bergema di dalam hati, hingga saya hafal. Dengan marah saya menghunus pedang untuk membunuh dia. Setelah rumahnya saya geledah, dia hilang.
Tetapi binatang ternaknya saya bawa pulang. Kejadian ini luarbiasa. Saya yakin bahwa lelaki tua yang saya bunuh itu ‘jin Islam’ yang telah mempelajari Al-Qur’an. Termasuk yang telah dia kaji ‘Bismillahir Rohmaanir Rohiim’. Yang dia jadikan sebagai doa perlindungan andalan.” [1]

Cerita Isami selanjutnya, in syaa Allah lebih bermanfaat.



[1] عمرو بن معد يكرب "

وقال الخرائطي حدثني أبو الحارث محمد بن مصعب الدمشقي وغيره حدثنا سليمان بن بنت شرحبيل الدمشقي حدثنا عبدالقدوس بن الحجاج حدثنا خالد بن سعيد عن الشعبي عن رجل قال كنت في مجلس عمر بن الخطاب وعنده جماعة من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم يتذاكرون فضائل القرآن فقال بعضهم خواتيم سورة النحل وقال بعضهم سورة يس وقال علي فأين أنتم عن فضيلة آية الكرسي أما إنها سبعون كلمة في كل كلمة بركة قال وفي القوم عمرو بن معدي كرب لا يحير جوابا فقال أين أنتم عن بسم الله الرحمن الرحيم فقال عمر حدثنا يا أبا ثور قال بينا أنا في الجاهلية إذ جهدني الجوع فأقحمت فرسي في البرية فما أصبت الا بيض النعام فبينا أنا أسير إذا أنا بشيخ عربي في خيمة وإلى جانبه جارية كأنها شمس طالعة ومعه غنيمات له فقلت له استأسر ثكلتك أمك فرفع رأسه إلي وقال يا فتى إن أردت قرى فانزل وإن أردت معونة اعناك فقلت له أستأسر فقال
 

عرضنا عليك النزل منا تكرما * فلم ترعوي جهلا كفعل الأشائم


وجئت ببهتان وزور ودون ما * تمنيته بالبيض حز الغلاصم


قال ووثب إلي وثبة وهو يقول بسم الرحمن الرحمن الرحيم فكأني مثلت تحته ثم قال اقتلك أم أخلي عنك قلت بل خل عني قال فخلى عني ثم إن نفسي جاذبتني بالمعاودة فقلت استأسر ثكلتك أمك فقال
 

ببسم الله والرحمن فزنا * هنالك والرحيم به قهرنا


وما تغني جلادة ذي حفاظ * إذا يوما لمعركة برزنا


ثم وثب لي وثبة كأني مثلت تحته فقال أقتلك أم أخلي عنك قال قلت بل خل عني فخلى عني فانطلقت غير بعيد ثم قلت في نفسي يا عمرو أيقهرك هذا الشيخ والله للموت خير لك من الحياة فرجعت إليه فقلت له استأسر ثكلتك أمك فوثب إلي وثبة وهو يقول بسم الله الرحمن الرحيم فكأني مثلت تحته فقال أقتلك أم أخلي عنك قلت بل خل عني فقال هيهات يا جارية إئتني بالمدية فأتته بالمدية فجز ناصيتي وكانت العرب إذا ظفرت برجل فجزت ناصيته استعبدته فكنت معه أخدمه مدة ثم إنه قال يا عمرو أريد أن تركب معي البرية وليس بي منك وجل فإني ببسم الله الرحمن الرحيم لواثق قال فسرنا حتى أتينا واديا أشبا مهولا مغولا فنادى بأعلى صوته بسم الله الرحمن الرحيم فلم يبق طير في وكره إلا طار ثم أعاد القول فلم يبق سبع في مربضه إلا هرب ثم أعاد الصوت فإذا نحن بحبشي قد خرج علينا من الوادي كالنخلة السحوق فقال لي ياعمرو إذ رأيتنا قد اتحدنا فقل غلبه صاحبي بسم الله الرحمن الرحيم قال فلما رأيتهما قد اتحدا قلت غلبه صاحبي باللات والعزى فلم يصنع الشيخ شيئا فرجع إلي وقال قد علمت أنك قد خالفت قولي قلت أجل ولست بعائد فقال إذا رأيتنا قد اتحدنا فقل غلبه صاحبي ببسم الله الرحمن الرحيم فقلت أجل فلما رأيتهما قد اتحدا قلت غلبه صاحبي ببسم الله الرحمن الرحيم فاتكأ عليه الشيخ فبعجه بسيفه فاشتق بطنه فاستخرج منه شيئا كهيئة القنديل الأسود ثم قال يا عمرو هذا غشه وغله ثم قال أتدري من تلك الجارية قلت لا قال تلك الفارعة بنت السليل الجرهمي من خيار الجن وهؤلاء أهلها بنو عمها يغزونني منهم كل عام رجل ينصرني الله عليه ببسم الله الرحمن الرحيم ثم قال قد رأيت ما كان مني إلى الحبشي وقد غلب علي الجوع فائتني بشيء آكله فأقحمت بفرسي البرية فما أصبت الا بيض النعام فأتيته به فوجدته نائما وإذا تحت رأسه شيء كهيئة الحشبة فاستللته فإذا هو سيف عرضه شبر في سبعةأشبار فضربت ساقيه ضربة أبنت الساقين مع القدمين فاستوى على قفا ظهره وهو يقول قاتلك الله ما أغدرك يا غدار قال عمر ثم ماذا صنعت قلت فلم أزل أضربه بسيفي حتى قطعته إربا إربا قال فوجم لذلك ثم أنشأ يقول
 

بالغدر نلت أخا الإسلام عن كثب * ما إن سمعت كذا في سالف العرب


والعجم تأنف مما جئته كرما * تبا لما جئته في السيد الأرب


إني لأعجب أني نلت قتلته * أم كيف جازاك عند الذنب لم تنب


قرم عفا عنك مرات وقد علقت * بالجسم منك يداه موضع العطب


لو كنت آخذ في الإسلام ما فعلوا * في الجاهلية أهل الشرك والصلب


إذا لنالتك من عدلي مشطبة * تدعو لذائقها بالويل والحرب


قال ثم ما كان من حال الجارية قلت ثم إني أتيت الجارية فلما رأتني قالت ما فعل الشيخ قلت قتله الحبشي فقالت كذبت بل قتلته أنت بغدرك ثم أنشأت تقول
 

يا عين جودي للفارس المغوار * ثم جودي بواكفات غزار


لا تملي البكاء إذ خانك الدهر * بواف حقيقة صبار


وتقي وذي وقار وحلم * وعديل الفخار يوم الفخار


لهف نفسي على بقائك عمرو * أسلمتك الأعمار للأقدار


ولعمري لو لم ترمه بغدر * رمت ليثا كصارم بتار


قال فأحفظني قولها فاستللت سيفي ودخلت الخيمة لأقتلها فلم أر في الخيمة أحدا فاستقت الماشية وجئت إلى أهلي وهذا أثر عجيب والظاهر أن الشيخ كان من الجان وكان ممن أسلم وتعلم القرآن وفيما تعلمه بسم الله الرحمن الرحيم وكان يتعوذ بها
 .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar