Ada tujuh kalimat tasbih ‘ajaib’. Thabarani meriwayatkan Cerita Islami ini, di dalam kitab ‘Doa’nya.
Sungguh Raja terbesar sejagad bernama Sulaiman bin Abdil-Malik,
telah membuat ketakutan pada seorang rakyatnya. Karena menarget harus mati,
padanya.
Dia telah berkali-kali diuber oleh para utusan Sulaiman, namun
selalu lolos.
Makin lama, makin ketakutan, karena tiap kali datang kesuatu
wilayah, lelaki itu diberi tahu, “Barusan, ada pasukan mencari kau.”
Setelah berpikir lama, dia menentukan langkah, akan kabur ke luar
wilayah kekuasaan Sulaiman. Setelah mantap dengan tekatnya, dia pulang dulu
menuju keluarganya. Di malam kelam, dia mengetuk pintu rumahnya.
Istrinya bertanya, “Siapa kau?.”
Dia menjawab, “Bukalah! Saya suamimu.”
Istri menjawab, “O Allah, kenapa kau pulang? Kami sekeluarga dan
para tetangga merasa tidak aman, karena kau. Walau begitu, kami yakin hari ini kau
pasti pulang.”
Setelah menyalakan lampu, dan membangunkan anak-anaknya, istri
mempersiapkan makan malam untuk suami.
Malam itu, istri tidak menolak keinginan suaminya, bermesraan.
Pada pelayan wanita, istri perintah, “Letakkan lampu penerang di
tempat wudhu! Dan pergilah ke rumah fulan, fulan, fulan, dan fulan! Agar mereka
datang kemari!.” Maksud lafal ‘fulan’ nama-nama empat tetangganya.
Dengan terperangah, mereka bertanya, “Apa ada orang mencurigakan
yang mengetuk pintu rumah majikanmu?.”
Pelayan menjawab, “Tidak.”
Mereka bertanya, “Kenapa kau diutus mengundang kami?.”
Pelayan menjawab, “Saya juga tidak tahu.”
Dengan gerak cepat, mereka mengetuk pintu para tetangga, dan
berkata, “Ayo kita tolong! Wanita yang sedang bahaya ini! Dia telah minta
tolong pada kita!.”
Tetangga telah berdatangan, dan segera dipersilahkan masuk.
Lelaki buruan muncul, untuk berpelukan dengan para
tetangga yang berdatangan masuk, ke rumahnya.
Dengan perasaan khawatir, mereka bertanya, “Kenapa kau pulang?
Demi Allah, selama ini perasaan kami tidak tenang, karena memikirkan kau. Walau
kami yakin saat ini, kau pasti bisa pulang.”
Dia berkata, “Hai kaumku. Di mana saja, saya kabur; saya diburu.
Saya akan segera kabur keluar wilayah kekuasaan Raja Sulaiman. Saya pulang
untuk berpamitan pada kalian. Saya akan mempersaksikan pada kalian mengenai
‘istri’ saya ini. Saya akan menyampaikan Wasiat Kematian. Karena jika
telah pergi keluar wilayah Islam, mungkin saya tidak bisa pulang lagi. Untuk
itulah, saya akan menyampaikan persaksian yang akan segera kalian saksikan.”
Persaksian telah disampaikan, dan mereka telah berdiri untuk
pulang. Beberapa orang bertanya, pada wanita yang akan ditinggalkan
oleh suami; “Kenapa kau memanggil kami? Hanya untuk ini?.”
Dia menjawab, “Bukankah kalian telah tahu bahwa dia suami saya?.”
Mereka menjawab, “Betul.”
Dia berkata, “Tadi, kami berdua telah bermesraan. Saksikan! Jika
nantinya saya hamil! Jangan ada yang berkata ‘kok bisa hamil? Padahal suaminya
pergi jauh?’.”
Dengan pulang, mereka berkata, “Betapa cerdik wanita ini. Kami
belum pernah melihat wanita sepandai dia.”
Perjalanan jauh akan segera dimulai. Para tetangga telah berdatangan
untuk melepaskan dia.
Beberapa langkah perjalanannya telah dilalui; kampung halaman
telah ditinggal pergi.
Suatu hari, dia berada di pertengahan hamparan tanah tandus
sangat luas. Tidak ada pepohonan dan tidak ada air mengalir di sana. Dia
terheran-heran, kenapa ada orang shalat di tempat tersebut?. Jantungnya terasa
bergoyang lebih kencang, karena takut jika lelaki tersebut, prajurit yang
diperintah agar menangkap dirinya.
Hatinya berkata, “Tapi kenapa dia tidak berkendaraan? Tidak
membawa bekal air?.”
Dengan pelan, dia mendekati orang yang sedang shalat.
Ketika telah berada di belakang belikatnya; lelaki itu rukuk,
lalu sujud.
Setelah menyelesaikan shalat, lelaki misterius itu berkata,
“Barangkali raja itu membuat kau ketakutan?.”
Yang ditanya, menjawab, “Betul. Semoga kau disayang oleh Allah.”
Dia bertanya, “Kenapa kau tidak mengamalkan tujuh amalan?.”
Dia bertanya, “Apa maksud kau? ‘Tujuah amalan?’.”
Dia menjawab, “Katakan;
1.
‘سُبْحَانَ الْوَاحِدِ
الَّذِي لَيْسَ غَيْرَهُ إِلَهٌ’.
2.
‘سُبْحَانَ الْقَدِيمِ
الَّذِي لَا بَادِيَ لَهُ’.
3.
‘سُبْحَانَ الدَّائِمِ
الَّذِي لَا نَفَادَ لَهُ’.
4.
‘سُبْحَانَ الَّذِي
كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ’.
5.
‘سُبْحَانَ الَّذِي
يُحْيِي وَيُمِيتُ’.
6.
‘سُبْحَانَ الَّذِي
خَلَقَ مَا يُرَى وَمَا لَا يُرَى’.
7.
‘سُبْحَانَ الَّذِي
عَلِمَ كُلَّ شَيْءٍ بِغَيْرِ تَعْلِيمٍ’.”
Dia berkata lagi, “Ucapkanlah!.”
Lelaki buruan mengucapkan ‘Tujuh Kalimat Tasbih’, berkali-kali,
hingga hafal. Berkat dari bacaan tasbih tersebut, Allah meletakkan rasa tenang
di hatinya.
Setelah merasa aman, dia mendatangi lagi pada lelaki misterius,
melalui jalan yang telah dilewati. Ternyata dia tidak bisa dicari.
Lelaki buruan bertekat akan pulang kerumah. Dan berkata, “Saya
akan mendatangi Raja Sulaiman bin Abdul-Malik.”
Di hari indah itu, Raja Sulaiman membuka pintu gerbang kerajaan,
untuk Pisowanan Agung. Saat itu pula, lelaki itu datang menghadap.
Raja yang sedang duduk di atas singgasana, terperangah dan
isarah, memanggil lelaki buruan yang datang. Berkali-kali raja perintah agar
lelaki buruannya mendekat. Hingga akhirnya duduk bersanding.
Raja berkata, “Kau juga menyihir saya, seperti penyihir
lainnya?.”
Dia menjawab, “Demi Allah, ya Amiral Mukminiin, saya
bukan penyihir, dan tidak kenal para penyihir.”
Raja bertanya, “Kenapa ini bisa terjadi? Padahal tadinya saya
yakin, kekuasaan saya akan sempurna jika telah membunuh kau? Namun setelah
melihat kau, saya justru tak tahan, hingga memanggil kau? Hingga kita duduk
berduaan?.”
Raja menepukkan tangan pada pahanya. Lalu perintah, “Jawablah
dengan jujur! Kenapa ini bisa terjadi?.”
Lelaki itu mengkisahkan semua yang dialami pada raja.
Raja berkata, “Demi Allah satu-satunya Tuhan yang harus
disembah, dia Nabi Khadhir AS. Mengajarkan Kalimat Tasbih Ajaib tersebut,
pada kau.”
Titah raja selanjutnya, “Tulislah dia sebagai ‘Orang Amanat!’
Istimewakan hidangannya! Dan antarlah pulang kerumahnya!.” [1]
Semoga Cerita Islami berikutnya lebih bermanfaat. Alloohumma aamiiiin.
1067 - حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدٍ
الْحِنَّائِيُّ، ثنا الْمُعَلَّى بْنُ جُزَيِّ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ مُهَاجِرٍ
الْبَصْرِيُّ، حَدَّثَنِي أَبُو عُبَيْدِ اللَّهِ بْنُ التُّومِ الرَّقَاشِيُّ،
أَنَّ سُلَيْمَانَ بْنَ عَبْدِ الْمَلِكِ أَخَافَ رَجُلًا فَطَلَبَهُ لِيَقْتُلَهُ
فَهَرَبَ الرَّجُلُ مِنْ عِنْدِهِ فَجَعَلَتْ رُسُلُهُ تَخْتَلِفُ إِلَى مَنْزِلِ
ذَلِكَ الرَّجُلِ يَطْلُبُونَهُ وَفِي جِيرَانِهِ فَلَمْ يَظْفَرْ بِهِ، فَهَرَبَ
الرَّجُلُ فَجَعَلَ لَا يَأْتِي بَلْدَةً إِلَّا قِيلَ لَهُ قَدْ كُنْتَ تُطْلَبُ
هَاهُنَا، فَلَمَّا طَالَ عَلَيْهِ الْأَمْرُ وَخَشِيَ أَنْ لَا يُفْلِتَ مِنْهُ
قَالَ: مَا أَجِدُ شَيْئًا خَيْرًا مِنْ أَنْ أَذْهَبَ إِلَى بِلَادٍ لَيْسَ لَهُ
فِيهَا مَمْلَكَتُهُ، فَعَزَمَ عَلَى ذَلِكَ، فَأَقْبَلَ قَاصِدًا إِلَى أَهْلِهِ
حَتَّى طَرَقَهُمْ لَيْلًا، فَدَقَّ الْبَابَ فَقَالَتِ الْمَرْأَةُ: مَنْ هَذَا؟
فَقَالَ: افْتَحِي أَنَا فُلَانٌ، فَقَالَتْ: وَيْحَكَ وَمَا الَّذِي جَاءَ بِكَ
فَوَاللَّهِ مَا نَأْمَنُ وَلَا يَأْمَنُ جِيرَانُنَا، وَلَكِنْ أَرَى وَاللَّهِ
الْحَيْنَ جَاءَ بِكَ، فَفَتَحَتْ لَهُ وَأَسْرَجَتْ لَهُ سِرَاجًا وَنَبَّهَتْ
لَهُ عِيَالَهُ وَجَاءَتْهُ بِعَشَاءٍ فَتَعَشَّى، وَإِنَّهُ أَرَادَهَا عَلَى
نَفْسِهَا فَلَمْ تَمْتَنِعْ عَلَيْهِ فَوَقَعَ بِهَا، وَقَالَتْ: يَا جَارِيَةُ
ضَعِي لِمَوْلَاكِ فِي الْمُتَوَضَّأِ سِرَاجًا، وَضَعِي لَهُ مَاءً وَاذْهَبِي إِلَى
فُلَانٍ وَفُلَانٍ أَرْبَعَةٌ مِنْ جِيرَانَهَا، وَلَا يَعْلَمُ الرَّجُلُ،
فَأَتَتْ أَبْوَابَهُمْ فَدَقَّتْ عَلَيْهِمْ، فَقَالَتْ لَهَا: وَيْلَكِ مَا
لُكُمْ، أَطَرَقَكُمُ اللَّيْلَةَ أَحَدٌ؟ قَالَتْ: لَا، قَالُوا فَلِأَيِّ شَيْءٍ
بَعَثَتْكِ؟ قَالَتْ: مَا لِي بِهِ عِلْمٌ، قَالَ: فَدَقَّ هَذَا عَلَى هَذَا
وَقَالُوا تَعَالَوْا إِلَى هَذِهِ الْبَائِسَةِ فَقَدِ اسْتَغَاثَتْ بِكُمْ،
فَأْتَوْهَا فَفَتَحَتْ لَهُمُ الْبَابَ وَقَالَتِ: ادْخُلُوا الْبَيْتَ
فَدَخَلُوا الْبَيْتَ فَقَامَ إِلَيْهِمْ فَاعْتَنَقَهُمْ، فَقَالُوا: مَا الَّذِي
جَاءَ بِكَ فَوَاللَّهِ مَا نَأْمَنُ فِي مَنَازِلِنَا وَلَكِنَّا نَرَى الْحَيْنَ
وَاللَّهِ جَاءَ بِكَ، فَقَالَ: يَا قَوْمُ إِنِّي لَمْ آتِ بَلْدَةً إِلَّا
وَجَدْتُنِي أُطْلَبُ فِيهَا، فَلَمْ أَرَ شَيْئًا خَيْرًا مِنْ أَنْ أَدْخُلَ
بَلْدَةً لَيْسَ عَلَيْهَا مَمْلَكَتُهُ وَهَذَا وَجْهِي، وَإِنَّمَا جِئْتُ
لِأُوصِيَ هَذِهِ الْمَرْأَةَ وَصِيَّةَ الْمَوْتِ؛ لِأَنِّي إِنَّ دَخَلْتُ
بِلَادًا غَيْرَ بِلَادِ الْإِسْلَامِ لَمْ أَقْدِرْ أَنْ أَخْرُجَ مِنْهَا،
فَأَوْصَيْتُ إِلَيْهَا وَأُشْهِدُهُمْ عَلَى ذَلِكَ، ثُمَّ وَدَّعَهُمْ وَقَامُوا
يَخْرُجُونَ، قَالُوا: أَيَّتُهَا الْمَرْأَةُ لِأَيِّ شَيْءٍ بَعَثْتِ إِلَيْنَا؟
فَقَالَتْ: أَلَيْسَ تَعْرِفُونَ الرَّجُلَ إِنَّهُ زَوْجِي؟ قَالُوا: بَلَى
قَالَتْ: فَإِنَّهُ قَدْ كَانَ مِنْهُ اللَّيْلَةَ مَا يَكُونُ مِنَ الرَّجُلِ
إِلَى أَهْلِهِ فَاشْهَدُوا عَلَى هَذِهِ اللَّيْلَةِ فَإِنِّي لَا أَدْرِي مَا
يَكُونُ هَاهُنَا - وَأَوْمَأَتْ إِلَى بَطْنِهَا - فَيَقُولُ النَّاسُ مِنْ
أَيْنَ جَاءَتْ بِهَذَا وَزَوْجُهَا غَائِبٌ، قَالَ: فَخَرَجَ الْقَوْمُ وَهُمْ
يَقُولُونَ: مَا رَأَيْنَا كَالْيَوْمِ امْرَأَةً قَطُّ أَحْسَنَ عَقْلًا وَلَا
أَقْرَبَ مَذْهَبًا، قَالَ: وَوَدَّعُوهُ وَخَرَجَ الرَّجُلُ تَرْفَعُهُ أَرْضٌ
وَتَضَعُهُ أُخْرَى، حَتَّى ظَنَّ أَنَّهُ قَدْ خَرَجَ مِنْ مَمْلَكَتِهِ، قَالَ:
فَبَيْنَا هُوَ فِي صَحْرَاءَ لَيْسَ فِيهَا شَجَرٌ وَلَا مَاءٌ إِذَا هُوَ
بِرَجُلٍ يُصَلِّي، قَالَ: فَخِفْتُهُ وَقُلْتُ: هَذَا يَطْلُبُنِي، قَالَ: ثُمَّ
رَجَعْتُ إِلَى نَفْسِي، فَقُلْتُ: وَاللَّهِ مَا مَعَهُ رَاحِلَةٌ وَلَا دَابَّةٌ
وَلَا قِرْبَةٌ، قَالَ: فَكَأَنِّي آنَسْتُ فَقَصَدْتُ نَحْوَهُ، فَلَمَّا صِرْتُ
بَيْنَ كَتِفَيْهِ رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ، ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَيَّ وَأَنَا قَائِمٌ،
فَقَالَ: «لَعَلَّ هَذَا الطَّاغِي أَخَافَكَ» ، قُلْتُ: أَجَلْ، يَرْحَمُكَ
اللَّهُ، قَالَ: «فَمَا يَمْنَعُكَ مِنَ السَّبْعِ» ، قُلْتُ: يَرْحَمُكَ اللَّهُ
وَمَا السَّبْعُ؟ فَقَالَ: " قُلْ سُبْحَانَ الْوَاحِدِ الَّذِي لَيْسَ
غَيْرُهُ إِلَهٌ، سُبْحَانَ الْقَدِيمِ الَّذِي لَا بَادِيَ لَهُ، سُبْحَانَ
الدَّائِمِ الَّذِي لَا نَفَادَ لَهُ، سُبْحَانَ الَّذِي كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي
شَأْنٍ، سُبْحَانَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ، سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ مَا يُرَى
وَمَا لَا يُرَى، سُبْحَانَ الَّذِي عَلِمَ كُلَّ شَيْءٍ بِغَيْرِ تَعْلِيمٍ،
ثُمَّ قَالَ: قُلْهَا، قَالَ: فَقُلْتُهَا وَحَفِظْتُهَا، قَالَ: فَأَلْقَى
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي قَلْبِي الْأَمْنَ وَرَجَعْتُ رَاجِعًا مِنْ طَرِيقِي
الَّذِي جِئْتُ بِهِ، فَالْتَفَتُّ فَلَمْ أَرَ الرَّجُلَ، وَقَصَدْتُ قَاصِدًا
أُرِيدُ أَهْلِي فَقُلْتُ: لَآتِيَنَّ بَابَ سُلَيْمَانَ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ
فَأَتَيْتُ بَابَهُ فَإِذَا هُوَ يَوْمَ إِذْنِهِ وَهُوَ يَأْذَنُ لِلنَّاسِ،
فَدَخَلْتُ وَإِنَّهُ لَعَلَى فَرْشِهِ فَمَا غَدَا أَنْ رَآنِيَ فَاسْتَوَى عَلَى
فَرْشِهِ ثُمَّ أَوْمَأَ إِلَيَّ فَمَا زَالَ يُدْنِينِي حَتَّى قَعَدْتُ مَعَهُ
عَلَى الْفِرَاشِ، ثُمَّ قَالَ: سَحَرْتَنِي وَسَاحِرٌ أَيْضًا مَعَ مَا بَلَغَنِي
عَنْكَ، فَقُلْتُ: وَاللَّهِ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ مَا أَنَا بِسَاحِرٍ
وَلَا أَعْرِفُ السَّحَرَةَ وَلَا سَحَرْتُكَ، قَالَ: فَكَيْفَ، فَمَا ظَنَنْتُ
أَنَّهُ يَتِمُّ مُلْكِي إِلَّا بِقَتْلِكَ، فَلَمَّا رَأَيْتُكَ لَمْ أَسْتَقِرَّ
حَتَّى دَعَوْتُكَ فَأَقْعَدْتُكَ مَعِي عَلَى فِرَاشِي، وَهُوَ يَضْرِبُ بِيَدِهِ
عَلَى فَخِذِهِ ثُمَّ قَالَ اصْدُقْنِي أَمْرَكَ، فَأَخْبَرَهُ بِقِصَّتِهِ
وَخَوْفِهِ وَأَمْرِهِ كُلِّهِ وَمَا كَانَ فِيهِ، قَالَ: يَقُولُ لَهُ
سُلَيْمَانُ: الْخَضِرُ وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَّمَكَهَا،
اكْتُبُوا لَهُ أَمَانَةً وَأَحْسِنُوا جَائِزَتَهُ وَاحْمِلُوهُ إِلَى أَهْلِهِ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar